Diduga Telah Muncul Patient Zero, Penemu Ebola Ingatkan Ancaman Pandemi Baru Virus Tak Terduga DX

3 Januari 2021, 10:28 WIB
Ilustrasi Virus Covid-19.* /PIXABAY/Dieterich01/

GALAMEDIA - Profesor Jean-Jacques Muyembe Tamfum yang ikut menemukan virus Ebola pada tahun 1976 mengatakan virus baru yang berpotensi fatal muncul dari hutan hujan tropis Afrika.

Dikutip Galamedia dari DailyMail, Minggu (3 Januari 2021) virus pembawa Desease X (DX) atau penyakit tak terduga itu saat ini masih bersifat hipotetis tetapi bisa mematikan.

Baca Juga: Kiamat Berawal dari Rusia, Enam Peringatan Menakutkan Nostradamus dalam 12 Bulan Mendatang

Tamfun memperingatkan virus mematikan baru tersebut dapat menyerang umat manusia dan kalangan medis mulai mengkhawatirkannya.

Tamfun jug mengatakan penduduk Bumi menghadapi sejumlah virus baru yang tidak diketahui jumlahnya.

Namun yang terkuat dan berpotensi fatal disebutnya muncul dari hutan hujan tropis Afrika, demikian laporan CNN.

Baca Juga: Puting Beliung Hantam Cirebon, Ratusan Rumah Warga Porak Poranda

“Kita sekarang berada di dunia di mana patogen baru akan muncul. Dan inilah yang merupakan ancaman bagi umat manusia.”

Tamfun mengatakan pandemi di masa depan bisa lebih buruk daripada Covid-19 dan lebih apokaliptik.

Kemunculan DX diawali kasus di Ingende, Republik Demokratik Kongo, setelah seorang pasien yang tidak disebutkan namanya menunjukkan gejala awal demam berdarah.

Baca Juga: Dua Desa Diserang Milisi Bersenjata, 70 Warga Sipil Tewas di Niger

Dia kemudian menjalani tes Ebola, tetapi dokter khawatir dia merupakan patient zero atau pasien pertama yang terinfeksi DX ketika hasilnya dia dinyatakan negatif Ebola.

Patogen baru ini dapat menyebar secepat Covid-19 tetapi memiliki fatalitas atau tingkat kematian 50 hingga 90 persen seperti Ebola.

DX saat ini hipotesis, tetapi menurut WHO para ilmuwan khawatir DX dapat menyebabkan bencana jika sampai meluas.

Baca Juga: Peringatan Dini BMKG: Hari Ini, Minggu 3 Januari 2021 Waspadai Hujan Angin Terjadi di Wilayah Jabar

Profesor Tamfun tak asing dengan virus. Tahun 1976 ia mengambil sampel darah pertama dari para korban penyakit misterius, yang kemudian dinamai Ebola saat masih menjadi peneliti muda.

Ebola menyebabkan perdarahan dan membunuh sekitar 88% pasien dan 80% staf yang bekerja di Rumah Sakit Misi Yambuku ketika pertama kali ditemukan.

Sampel darah kemudian dikirim ke Belgia dan AS, di mana para ilmuwan menemukan virus berbentuk cacing.

Baca Juga: Tak Ingin Tahu Isi Chat Mesum, Mahfud MD: Sudah Saya Tanya Barusan ke Polri

Tamfun memperingatkan akan ada lebih banyak lagi penyakit zoonosis, penyakit yang berpindah dari hewan ke manusia di masa mendatang.

Demam kuning, berbagai bentuk influenza, rabies, dan Lyme termasuk di antara penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia, seringkali melalui hewan pengerat atau serangga dan telah menyebabkan epidemi dan pandemi sebelumnya.

Baca Juga: Dukung Insan Pers Tolak Maklumat Kapolri, Wakil Ketua MPR RI: Berujung Kriminalisasi Sejumlah Orang

Para ahli mengatakan meningkatnya jumlah virus yang muncul sebagian besar disebabkan perusakan habitat hewan dan perdagangan satwa liar.

Saat habitat alami mereka menghilang, hewan seperti tikus, kelelawar, dan serangga bertahan hidup di mana hewan yang lebih besar punah.

SARS, MERS, dan virus Covid-19 semuanya adalah virus korona yang menular ke manusia. Covid-19 yang diperkirakan berasal dari China, kemungkinan awalnya dari kelelawar.

Baca Juga: Jose Mourinho Berjaya! Tottenham Hotspur Lumat Leeds United

Menurut penelitian Mark Woolhouse, profesor epidemiologi penyakit menular Universitas Edinburgh, spesies virus baru ditemukan tiga hingga empat kali setahun.

Mayoritas berasal dari hewan dengan para ilmuwan percaya penyakit zoonosis seperti Ebola dan Covid-19 membuat lompatan saat hewan liar dibantai.

Baca Juga: Peringatan Dini BMKG: Hari Ini, Minggu 3 Januari 2021 Waspadai Hujan Angin Terjadi di Wilayah Jabar

Hewan hidup di pasar 'basah' menimbulkan ancaman yang lebih besar dan DX mungkin saja hidup pada salah satu hewan di sana.

Ilmuwan sebelumnya telah mengaitkan jenis pasar basah dengan penyakit zoonosis, karena flu burung dan SARS muncul dari keduanya.***

Editor: Mia Fahrani

Sumber: dailymail

Tags

Terkini

Terpopuler