KLB Demokrat Disebut Kudeta Keblinger, Andi Arief: Mudah-mudahan Pak Moeldoko memahami dan Bertobat

11 Maret 2021, 19:50 WIB
Moeldoko menyampaikan pidato perdana saat Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat di The Hill Hotel Sibolangit, Deli Serdang, Sumatera Utara, Jumat 5 Maret 2021 lalu. Berdasarkan hasil KLB, Moeldoko terpilih menjadi Ketua Umum Partai Demokrat periode 2021-2025. /ANTARA FOTO/Endi Ahmad/

GALAMEDIA - Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Partai Demokrat Andi Arief kembali mengungkapkan beberapa hal mengenai Kongres Luar Biasa (KLB) yang sudah terjadi di Deli Serdang, pada Jumat 5 Maret lalu.

Andi Arief mengatakan, pihaknya sudah mengetahui rencana akan terjadinya KLB tersebut dan sempat dicegah Ketua Umum (Ketum) Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHS) pada 1 Februari 2020 lalu.

Hal itu disampaikan Andi Arief melalui akun Twitter pribadinya @AndiArief_ID pada Kamis, 11 Maret 2021.

Baca Juga: Jepang Diguncang Gempa Dahsyat 9,0 SR dan Tsunami 10 Meter, 15.269 Orang Dinyatakan Tewas pada 11 Maret 2011

"Kudeta Deli Serdang disebut Kudeta Keblinger. Sudah ketahuan rencananya dan sempat dicegah AHY 1 Februari 2020 tetap dilakukan oleh Pak Moeldoko dkk," ungkapnya sebagaimana dikutip Galamedia pada Kamis, 11 Maret 2021.

Andi juga menganggap pihak kubu Moeldoko meremehkan AHY yang tidak akan mungkin mengatasi kudeta yang dilakukan.

"Mereka anggap tak mungkin AHY bisa atasi kudeta. AHY sendiri dengan maksud baik berkirim surat saat itu karena hormati Presiden," tulisnya menambahkan.

Di beberapa cuitan Twitter lainnya juga Andi memberikan informasi bagaimana perjalanan AHY menjadi Ketum Partai Demokrat periode 2020-2025.

Baca Juga: Sebut Kubu Moeldoko Berbohong, Herzaky Mahendra Putera: Mereka Juga Menghina Menkumham

"AHY masuk daftar ke Demokrat th 2016 saat Pilkada DKI. Karena Ibu Ani sakit dan AHY harus menjaga, Partai menugaskan padanya sekaligus menguji dalam tugas pemenangan Pilkada 2018 dan Kogasma saat Pileg 2019. Diuji dulu sebagai kader, tidak ujug-ujug. Ini beda dengan Pak Moeldoko," tulisnya.

Andi Arief Twitter.com/@andiarief_

Baca Juga: Korban Meninggal Bus Maut di Sumedang Dipastikan Berjumlah 27 Orang

"Meski sulit, pileg 2019 Demokrat dapat 7,8 persen. AHY turun ke banyak dapil pemilihan naikkan suara Sebelum pileg semua lembaga survei sebut elektabilitas Demokrat kisaran 4 sampai 5 %. Darmizal, Pak @marzukialie_MA apalagi Moeldoko tak pernah mau tahu situasi partai saat itu."

"Setelah Pileg 2019, AHY dalam perubahan susunan pengurus menjadi waketum Partai, Mengisi kekosongan jabatan wakil ketua umum karena mengundurkan diri. Susunan pengurus baru itu disetujui juga dg SK menteri Kumham. Jadi AHY beda lagi dg Moeldoko yg tak berkeringat di Demokrat."

"SBY Ketua majelis tinggi, bukan jabatan baru. (amanat yg sudah didapat sejak kongres 2010, 2015 dan kini). Kongres 2010, kongres hasilkan 3 calon Ketum termasuk @marzukialie_MA sdh amanatkan SBY ketua majelis tinggi. Jadi bukan 2020, di situ marzuki ali dan Jhoni allen bohong."

Baca Juga: Bakal Laporkan ke Polisi, Jhoni Allen: AHY Palsukan Akta, Herzaky, 'Seperti Paling Patuh Hukum Saja'

"Kongres 2010 di bandung hasilkan 3 kader bertarung, dapat persetujuan SBY karena posisinya ketua majelis tinggi. Marzuki Ali yg saat ditunjuk menjadi ketua DPR berjanji tak akan calonkan ketum, ingkar janjinya sendiri. Tetap diizinkan maju karena ada surat dukungan pemilik suara."

"Jelang kongres 2020, SBY ketua majelis tinggi dpt aspirasi tertulis dari semua ketua DPD/DPC. Ada 3 aspirasi, calonkan kembali SBY,ikut arahan SBY, mencalonkan AHY. Kongres Tidak didesain aklamasi, dibuka bagi kader ingin calonkan diri. Saat pendaftaran AHY didukung 95% dpd/dpc."

"Karena hanya AHY yang mendaftar saat kongres dan angka dukungan menurut tatib aklamasi (dalam tatib bisa mencalonkan diri 25%), maka seluruh peserta kongres mendukung AHY secara aklamasi. Sedangkan jabatan ketua majelis tinggi tetap SBY karena amanat kongres 2015 Surabaya."

Baca Juga: Sebut Moeldoko Pergi Keluar Kota Demi Negara, Darmizal Tuding AD ART 2020 Langgar UU Parpol

"Perubahan AD/ART setiap kongres disesuaikan dinamika organisasi, dinamika politik hasil diskusi yg panjang dan ilmiah. Bahkan utk mencari ketum yang bisa mengangkat suara partai dihitung matang sebagai strategi. Sejak SBY tdk jabat Presiden, Marzuki alie, darmizal dkk menghilang."

"Mudah2an Pak Moeldoko memahami gagalnya kudeta keblinger dan bertobat. Partai Demokrat bukan partai yang pragmatis akibat perbuatan beberapa kader. Jhoni Allen dan Nazarudin serta Marzuki Alie memang pernah sukses gunakan pragmatisme dalam kongres 2010. Sekarang zaman sudah beda," tulisnya mengakhiri informasi tersebut.***

Editor: Lucky M. Lukman

Tags

Terkini

Terpopuler