Terkuak! Ini Alasan Sungai Gangga India Dipenuhi Jenazah Pasien Covid-19

16 Mei 2021, 18:40 WIB
Sungai Gangga Jadi klaster, tsunami Covid-19 di India semakin parah, belasan jenazah sengaja dihanyutkan. /Reuters

GALAMEDIA - Beberapa waktu lalu publik dihebohkan dengan temuan puluhan mayat di Sungai Gangga, India.

Pemerintah India buka suara tentang hal itu dan membenarkan bahwa mayat tersebut adalah pasien Covid-19.

Pejabat senior negara India Manoj Kumar Singh menyebutkan, kemungkinan mayat tersebut dibuang ke sungai karena faktor ekonomi sehingga tidak bisa mengkremasi secara layak.

Baca Juga: Tekan Lonjakan Kasus, Pemkot Bandung Gelar Rapid Test dan Pastikan Prokes di Objek Wisata Diterapkan

"Pemerintah memiliki informasi bahwa jenazah mereka yang meninggal karena Covid-19 atau penyakit lain, dibuang ke sungai ketimbang dimakamkan secara ritual," kata Manoj dikutip dari Reuters, Minggu 16 Mei 2021.

Manoj mengatakan kepada pejabat daerah, hal tersebut terjadi karena kurangnya dana untuk membeli kayu bakar untuk kremasi.

Tak hanya itu, fenomena membuang mayat ke sungai Gangga juga terkait kepercayaan di masyarakat mengenai kesucian sungai tersebut.

Baca Juga: Pernyataan Tuhan Bersemayam di Gubuk Orang Miskin, Dua Tokoh Demokrat Berikan Kritikan Pedas Ke Megawati

Dalam keterangannya, Manoj mengimbau pejabat daerah untuk memastikan tak ada lagi jenazah yang dibuang ke air.

Manoj juga menjanjikan bahwa pemerintah negara bagian akan membayar keluarga miskin masing-masing 5.000 rupee (Rp 975 ribu) untuk mengkremasi atau menguburkan jenazah.

Pemerintah juga memerintahkan polisi berpatroli di sepanjang sungai untuk menghentikan praktik tersebut.

Baca Juga: Tanggapi Penyataan Politisi PDIP, Refly Harun: Pro Pemerintah Jokowi Limpahkan Semua Kesalahan ke Anies

Perdana Menteri India Narendra Moli juga mengimbau agar para pejabat memperketat layanan kesehatan di pedesaan karena adanya lonjakan kasus ini.

Sejak dua pekan terakhir, India telah melaporkan penambahan harian kasus kematian sekitar 4.000 orang. Pakar kesehatan yakin jumlah tersebut tak sesuai dengan kenyataan dan masih banyak kasus yang belum tercatat.***

Editor: Lucky M. Lukman

Tags

Terkini

Terpopuler