Jubir Covid Minta Orang Tua Waspada Covid-19 Serang Anak-Anak: Bisa Saja Anak Mengalami Long Covid

30 Juni 2021, 15:20 WIB
dr. Reisa Juru Bicara Satgas Covid-19. //Tim Satgas Covid-19/

GALAMEDIA - Varian Covid-19 yang terbaru terbukti lebih berbahaya dari yang sebelumnya. Faktanya, Covid-19 kini semakin merajalela, dan tak hanya menyerang orang dewasa tetapi juga anak-anak.

Juru Bicara Satgas Covid-19 dr. Reisa Broto Asmoro, mengatakan gejala Covid-19 yang dirasakan anak-anak mirip seperti gejala yang dialami oleh orang dewasa pada umumnya.

Gejala awal yang dirasakan biasanya demam disertai batuk, diare, muntah, bahkan hilang penciuman (anosmia).

"Umumnya gejala yang ditemukan pada anak adalah demam, batuk-pilek, diare dan anosmia. Tapi banyak juga yang tanpa gejala," kata dr. Reisa dikutip Galamedia dari laman NU.

Baca Juga: Kisruh Ketua BEM UI Diundang SBY ke Istana, Andi Arief Ungkap Jejak Digital Leon Alvinda Putra

Selain itu, dr. Reisa pun mengatakan bahwa gejala Covid-19 pada anak juga bervariasi, persis yang diderita oleh orang dewasa.

Sementara, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengatakan saat virus sudah hilang pada tubuh anak, tidak berarti menghilangkan gejala yang ia rasakan.

"Karena setelah pulih, bisa saja anak mengalami long covid selama beberapa bulan ke depan," terangnya.

Yang sangat memprihatinkan adalah ketika virus tersebut menjangkiti anak usia 3-5 tahun (batita/balita).

Alasannya adalah pada usia tersebut anak cenderung sulit menyampaikan apa yang sebenarnya mereka rasakan dan biasanya hanya menunjukan ciri tidak nafsu makan, tantrum, dan sering menangis.

Baca Juga: Usai Lepas Landas, Pesawat Hercules C-130 Milik TNI AU Jatuh di Medan, 143 Orang Tewas pada 30 Juni 2015

"Terkadang hanya rewel dan nafsu makannya yang menurun," jelas Reisa.

Sementara, menurut data Satgas Covid-19 pertanggal 17 Juni 2021, persentase kasus Covid-19 pada anak usia sekolah sebesar 12,51 persen.

Artinya ada 235,000 kasus terkonfirmasi dan dari 8 pasien yang tertular satu diantaranya adalah anak usia sekolah sampai 18 tahun.

Dr Reisa pun mengatakan bahwa orang tua atau pendamping harus lebih peka dengan kondisi anaknya.

"Makanya orang di sekitarnya, orang tuanya, caretaker (pengurus) nya, semua itu harus lebih peka dengan kondisi sang anak," tegasnya.

Bahkan anak-anak yang saat ini berada di rumah saja masih beresiko terinfeksi atau tertular oleh orang-orang di sekitarnya.

Lantaran kebanyakan anak usia remaja justru terinfeksi ketika banyak berinteraksi dengan teman-teman seusianya yang berada di lingkungan sekitarnya.

"Jadi, selain berhati-hati dan peka orang tua juga harus mulai menghindari mobilitas yang tidak perlu pada anak dengan mengkomunikasikan kondisi saat ini agar mereka mengerti," ungkapnya.***

Editor: Dicky Aditya

Tags

Terkini

Terpopuler