Pohon Kota Tidak Sehat dan Rapuh, Mari Kelola dengan Baik

19 Januari 2022, 19:54 WIB
Ilustrasi pohon./ /pixabay/umutavci

GALAMEDIA – Pada laman resmi pemerintah indonesia.go.id, Suku Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Jakarta Barat mencatat, ada 304 pohon tumbang di sepanjang tahun 2021.

Sebagian besar (129 kasus) terjadi pada April dan Desember, yakni 79 kasus.

Kehadiran pohon peneduh (shade trees) di perkotaan amat penting. Pepohonan memberi manfaat secara estetika, sosial, dan ekologis.

Namun, jika tidak dikelola secara baik, pohon-pohon tersebut bisa menebar ancaman. Banyak yang menjadi korban, luka, atau bahkan meninggal, akibat tertimpa pohon tumbang.

Secara umum, pohon yang sehat bisa tumbang oleh tiupan angin yang kuat, yang mengakibatkan beban mekanik di bagian tajuk melampaui daya dukung batang atau cabang.

Baca Juga: Irfan Suryanagara dan Anton Sukartono Bersaing Pimpin Partai Demokrat Jabar

Maka, pohon-pohon yang sakit, antara lain ditandai oleh batang yang gerowong, cabang yang luka terbuka dan busuk, daun yang menguning, punya risiko lebih besar untuk sempal atau tumbang.

Dalam penelitian untuk skripsinya di Fakultas Kehutanan IPB University, 2012, Arisfan Nopiansyah Batubara melakukan observasi terhadap 231 batang pohon peneduh di 11 jalan utama yang tersebar di 11 kecamatan di Jakarta Selatan.

Sebagian besar yang dia periksa adalah pohon angsana (39 persen) dan mahoni (34 persen).

Selebihnya pohon glodokan, khaya, tanjung, saga, asem londo, beringin, ketapang dan trembesi. Seluruhnya berdiameter 45 cm atau lebih.

Baca Juga: Ternyata Bukan Kajati Jabar Asep N Mulyana yang Dimaksud Arteria Bicara Bahasa Sunda Saat Rapat, Lalu Siapa?

Observasi dilakukan dengan dua cara. Pemeriksaan visual guna melihat gejala deteriorasi pohon, dan pemeriksaan dengan piranti ultrasonik untuk mengecek kondisi batang utama pohon di ruas setinggi dada di atas tanah.

Hasil observasi visual menunjukkan, hanya 14 persen pohon yang tak menunjukkan gejala deteriorasi atau kemunduran fisik.

Selebihnya, yang 86 persen terlihat ada deteriorasi, yang berupa kanker batang (16 persen), gerowong (9,5 persen), perubahan warna daun (9,2 persen), keropos akibat serangan rayap (5,2 persen), dan sejumlah kerusakan-kerusakan lainnya, seperti luka yang membusuk dan mengeluarkan getah.

Kerusakan fisik itu terkonfirmasi oleh pemeriksaan dengan ultrasonik. Hanya ada 11,3 persen yang sehat, dan 32,5 persen menunjukkan gejala sakit.

Selebihnya mengalami deteriorasi ringan sampai sedang.

Arisfan Sopiansyah tak sampai meneliti penyebab banyak pohon yang sakit. Yang ia catat bahwa di antara sekian jenis tersebut, pohon angsana dan glodogan adalah yang paling menderita.

Baca Juga: Guzelim Ali Syakieb Kenakan One Set Baby Clothes Jutaan Rupiah, Trendi Abis!

Kedua jenis pohon itu gampang sakit bila ditanam sebagai pohon perindang jalan dan punya risiko lebih mudah tumbang oleh angin musim penghujan.

Penelitian oleh Rikto (2010), juga dari Fakultas Kehutanan IPB University, menunjukkan bahwa banyak pohon peneduh di Kota Bogor yang rapuh karena sakit.

Pohon rapuh itu mudah roboh oleh terpaan angin, karena batang pokoknya banyak yang gerowong dan menjadi sarang serangga, jamur, bakteri serta mikroba lainnya, yang suka menyantap jaringan kayu.

Soal tumbang hanya menunggu waktu. Dalam observasinya, Rikto mencatat, deteriorasi pada batang pokok itu umumnya menahun, dan terjadi akibat vandalisme di jalanan.

Vandalisme itu berupa luka bacok, pemotongan cabang, dan yang paling banyak ialah tusukan paku untuk menempel plakat, papan reklame, atau sebagai pancangan spanduk serta tenda warung kaki lima.

Baca Juga: Gilang Dirga Banjir Hujatan Lantaran Bahas Honor Fuji Rp 30 Juta, Kalo Ga Seneng Sini Samperin

Luka itu terjadi ketika pohon-pohon yang terbawa sampai pohon itu tumbuh menjulang di tepi jalan. Pohon-pohon itu tumbuh menjadi sosok yang rapuh.

Kondisi itu sering diperburuk oleh terpotongnya akar akibat galian kabel dan selokan kota. Semakin lengkap derita mereka.

Untuk menghindarkan resiko buruk, maka tuntutan perawatan atas pohon perindang jalan itu tak bisa terhindarkan.

Termasuk di dalamnya perlindungan dengan desinfektan, fungisida, dan pestisida serta pemangkasan secara rutin. Pohon yang gerowongnya terlalu parah, mau tidak mau harus diremajakan.

Masyarakat juga harus ikut menjaga pohon-pohon peneduh kota, paling tidak, dengan tak melakukan vandalisme. Jangan ada lagi “Sedot WC” atau “Badut Ultah” di pohon-pohon.***

Editor: Lucky M. Lukman

Tags

Terkini

Terpopuler