GALAMEDIA - Stanford University mengungkap sebuah studi terbaru mengenai kompor gas dapat memicu penyakit asma dan pernapasan.
Selain memicu penyakit asma dan pernapasan tentu saja kompor gas jauh lebih merusak lingkungan.
Menurut penelitian dari Stanford University, kompor gas dapat mengeluarkan hidrokarbon metana, baik saat dinyalakan maupun tidak.
Baca Juga: Peringkat Persib Cuma Setingkat di Atas Persija Usai Bali United Kalahkan Borneo FC
Jika dihitung dalam periode 20 tahun, gas metana yang dikeluarkan kompor gas setara dengan 500 ribu mobil bertenaga gas.
Oleh karena itu kompor gas tersebut dapat menyebabkan kerusakan iklim pada bumi.
Selain efek terhadap iklim, gas metana juga dapat memberikan efek pada pemilik rumah.
Merujuk data studi, ditemukan fakta bahwa rumah yang tidak menggunakan penghisap asap dapur (range hood), atau bahkan memiliki ventilasi buruk di dapur saat menggunakan kompor gas, dapat membahayakan.
Baca Juga: Tak Memiliki Izin, Forkopimcam Bungbulang Tutup Paksa Galian C di 7 Titik
Hal ini dikarenakan nitrogen dioksida dapat meningkat dalam hitungan menit, jika ventilasi tidak tersedia maka akan berbahaya.
Studi Stanford University melakukan studi dengan skala kecil untuk mengukur emisi kompor tersebut.
Studi emisi kompor tersebut dilakukan pada 53 rumah di California, Amerika Serikat.
Hasil yang didapatkan ternyata diekstrapolasi untuk menunjukan dampak yang lebih besar.
Hal ini membuat beberapa negara mengambil tindakan dalam beberapa bulan terakhir untuk mendorong adanya suatu perubahan.
Baca Juga: Nama 9 Pemain Persib yang Positif Covid-19 dan Kondisi Terakhirnya, Umuh Muchtar: Apa Boleh Buat...
Bahkan New York telah melarang sambungan gas di semua gedung baru.
Selain itu Massachusetts dan California saat ini mulai mendorong masyarakat untuk beralih dari kompor gas.
Sementara itu pada negara bagian lain seperti Georgia, Arizona, Texas dan Florida, telah mengeluarkan undang-undang larangan serta pembatasan penggunaan gas.***