Sampah Plastik Makanan dan Minuman Cemari Muara Sungai Wonorejo

21 Maret 2022, 20:35 WIB
Ilustrasi sampah. /REUTERS/Jayanta Dey

GALAMEDIA - Komunitas Nol Sampah Surabaya bersama Aliansi Zero Waste Indonesia (AZWI) mengumpulkan 10 karung sampah plastik di muara sungai Wonorejo, Rungkut, Surabaya, pada Februari 2022 lalu.

Sebagian besar sampah plastik itu sebagian besar merupakan kemasan makanan dan minuman serta deterjen.

Community Organizer Nol Sampah Surabaya, Hani Ismail mengatakan 10 karung sampah plastik yang berhasil dikumpulkan di muara sungai Wonorejo itu berasal dari 35 produsen, dengan 10 diantaranya ada produsen sampah terbanyak.

Kegiatan yang dilakukan pada 20 Februari 2022 lalu tersebut, melibatkan 50 orang yang terdiri dari beberapa komunitas peduli lingkungan di Surabaya, diantaranya Trashbag Community, Petani Tambak Truno Djoyo Wonorejo, fasilitator Lingkungan dan Bank Sampah di Surabaya, serta dari beberapa sekolah Adiwiyata di Surabaya.

"Aksi ini dilakukan dalam rangka peringatan Hari Peduli Sampah Nasional yang jatuh pada tanggal 21 Februari 2022 lalu," terangnya dalam siaran pers, Senin, 21 Maret 2022.

Baca Juga: Kronologi Jatuhnya Pesawat Boeing 737 di Pegunungan Guangxi, China Hari Ini, Lengkap dengan Spesifikasinya

Menurutnya sampah yang dikumpulkan tersebut, kemudian dikembalikan ke produsen. Pengembalian kemasan sudah dilakukan melalui Kantor Pos Ketabang Kali Surabaya.

"Ini kami lakukan untuk mengingatkan produsen bahwa mereka punya tanggung jawab untuk menarik kembali kemasannya dan mendaur ulang kemasannya, sebagaimana diperintahkan dalam UU 18 tahun 2008 tentang Pengolahan Sampah dan PP 81 tahun 2012. Sampah yang ada di muara sungai Wonorejo Surabaya merupakan satu bukti produsen lalai sehingga sampahnya bocor ke lingkungan," jelasnya.

Ia mengatakan sampah plastik berbahaya bagi ekosistem pesisir dan laut. Menurutnya ribuan anak mangrove yang ditanam di pantai timur Surabaya mati karena terlilit sampah plastik.

Baca Juga: Ada WNI di Pesawat Boeing 737 China Eastern Airlines yang Jatuh? KJRI Guangzhou Berikan Penjelasan

Dikatakannya sampah plastik yang terperangkap di hutan mangrove Wonorejo menutupi akar mangrove hingga menyebabkan kematian pohon mangrove yang ada.

"Padahal, kita tahu bahwa mangrove punya fungsi ekologis yang tidak bisa digantikan oleh apapun. Fungsi ekologis hutan mangrove antara lain untuk mencegah abrasi, mencegah intrusi air laut, menyerap polutan, habitat bagi satwa liar, dan menghasilkan oksigen. Mangrove menghasilkan oksigen 7 kali lebih banyak dari hutan tropis," jelasnya.

Sebelumnya, lembaga swadaya masyarakat lingkungan dan lembaga penelitian lingkungan hidup independen, Ecoton, berkolaborasi dengan 30 anggota polisi air dari SMPN 1 Wonosalam, Jombang, juga melakukan brand audit di sungai Gogor yang merupakan anak Sungai Brantas di Wonosalam, tepatnya pada 23 Januari 2022.

Hasilnya, ditemukan banyak lembaran sachet diikuti sampah plastik kresek yang dibuang ke sungai ini.

"Kami menemukan 200 lembar sachet yang dibuang ke sungai dan lima brand terbanyak adalah PT Wings, Marimas, Unilever, Ajinomoto, dan Unicharm," ujar Perwakilan Ecoton, Arum Wismaningsih.

Baca Juga: Ria Ricis Akui Tak Ingin Memiliki Anak yang Mirip Dirinya, Teuku Ryan Kaget: Ih Jangan Gitu

Arum menjelaskan pada lima tahun terakhir sudah mulai banyak ditemukan sampah di sungai-sungai Wonosalam yang dibuang oleh masyarakat.

"Sampah sachet merupakan kategori sampah residu yang susah terurai di alam," ucapnya.

Koordinator Zerowaste Ecoton, Tonis Afriyanto mengungkapkan setiap tahun ada 8 juta ton sampah plastik yang dihasilkan penduduk Indonesia dan pemerintah hanya mampu mengolah 3 juta ton. Sementara, yang 5 juta ton sampah tercecer di alam dan tidak terkelola.

"Selain dibakar, sampah plastik yang tak terolah itu dibuang ke sungai, di mana sebanyak 2,7 ton mengalir ke laut dan sebagian tersangkut di pohon-pohon tepi sungai," tambahnya.***

Editor: Dicky Aditya

Tags

Terkini

Terpopuler