GALAMEDIA - Sebanyak 8 rudal diluncurkan Korea Selatan dan Amerika Serikat, Senin 6 Juni 2022 di lepas pantai timur Korsel.
Peluncuran ini setelah sebelumnya Korea Utara meluncurkan sejumlah rudal balistik jarak pendek pada Minggu 5 Juni 2022.
Kantor berita Yonhap yang mengutip militer Korsel melaporkan, peluncuran delapan rudal itu berlangsung sekitar 10 menit mulai pukul 04.45 waktu setempat (02.45 WIB) sebagai tanggapan atas delapan rudal yang ditembakkan oleh Korut.
Baca Juga: Profil Gita Bhebhita, Jebolan Stand Up Comedy Indonesia yang Bintangi Film Ngeri Ngeri Sedap
Peluncuran itu merupakan unjuk "kemampuan dan kesiapan untuk melakukan serangan presisi" terhadap sumber peluncuran rudal atau pusat komando dan dukungan Korut, menurut laporan Yonhap seperti dilansirkan Antara.
Sementara seorang pejabat Kementerian Pertahanan Korsel membenarkan, delapan rudal taktis angkatan darat (ATACMS) telah ditembakkan.
Komando Indo-Pasifik AS mengatakan, delapan rudal itu terdiri satu rudal dari angkatan darat AS dan tujuh rudal dari Korsel.
"Aliansi Korsel-AS tetap berkomitmen untuk perdamaian dan kemakmuran di Semenanjung Korea dan di seluruh Indo-Pasifik. Komitmen AS untuk membela Korsel tetap kuat," kata komando AS itu.
Sementara itu Presiden Korsel Yoon Suk-yeol berjanji mengambil tindakan lebih tegas terhadap Korut. Pada pertemuan tingkat tinggi pada Mei di Seoul, Yoon sepakat dengan Presiden AS Joe Biden untuk meningkatkan latihan militer bersama dan meningkatkan postur pertahanan gabungan Korsel-AS.
Rudal balistik jarak pendek Korut, yang ditembakkan ke arah laut di lepas pantai timurnya Minggu 5 Juni 2022, mungkin merupakan uji coba tunggal terbesarnya dan dilakukan sehari setelah Korsel dan AS menyelesaikan latihan militer bersama.
Baca Juga: Spesifikasi Nokia 2.2 HP Klasik Harga Satu Jutaan
Latihan militer itu untuk pertama kalinya melibatkan kapal induk AS sejak lebih dari empat tahun lalu.
Jepang dan AS juga melakukan latihan militer bersama pada Minggu sebagai tanggapan atas uji coba rudal terbaru Korut.
Korut menyebut latihan militer bersama AS-Korsel sebelumnya sebagai contoh dari "kebijakan bermusuhan" Washington yang terus diterapkan terhadap Pyongyang meskipun AS berbicara tentang diplomasi.***