Industri dan Pengrajin batik Mulai Bangkit di Tengah Pandemi Covid-19

13 Juli 2020, 17:47 WIB
PEMILIK Rumah Batik Komar, Komarudin Kudiya, mempersiapkan kain batik yang akan dipamerkan pada Pameran Batik Virtual di Ruang Pameran Batik Komar, Jln. Cigadung, Kota Bandung, Jumat (24/4/2020). Kegiatan Pameran Batik Virtual ini untuk menampilkan produk-produk unggulan kepada pecinta batik dan menjaga semangat dalam mengembangkan hasil karya seni batik pada masa pendemi Covid-19. /


GALAMEDIA - Walaupun pandemi Covid-19 di Jaa Barat belum berakhir, namun Industri batik di Jawa Barat, khususnya di Kota Bandung mulai bangkit. Saat ini, sejumlah badan usaha miluk negara (BUMN) dan BUM Daerah serta kalangan swasta banyak yang memesan seragam maupun sandang lainnya berbahan batik.

"Alhamdulillah, sata ini industri batik sudah mulai bangkit lagi di tengah Pandemi Covid-19," ungkap Ketua Asosiasi Perajin dan Pengusaha Batik Indonesia (APPBI), Komarudin Kudiya yang ditemui di Rumah Batik Komar, Jln. Cigadung Bandung, Senin 13 Juli 2020.

Menurutnya, dengan adanya adaptasi kebiasaan baru (AKB) atau new normal sejumlah BUMN dan BUMD maupun pihak swasta mulai memanfaatkan kain batik untuk berbagai keperluan.

Dikatakan Komarudin, di Rumah Batik Komar geliat industri batik saat ini (Juni - Juli) sudah mencapai 40 persen.  "Kondisi ini sangat berbeda jika dibandingkan pada bulan Maret - April 2020, semua industri dan pengrajin batik tiarap," katanya.

Baca Juga: Hagia Sophia Jadi Masjid Yunani Sebut Menjijikan, Ancam Jadikan Rumah Kemal Ataturk Museum Genosida

"Bahkan tidak sedikit yang menuju ke kolaps," tambahnya.

Namun kata dia, seiring dengan diberlakukannya AKB di wilayah Jawa Barat, sejumlah industri dan pengrajin batik sudah mulai bangkit kembali. "Walaupun kebanyakan pemesananan dan pengiriman baru sebatas lokal-lokal saja," katanya.

Komarudin pun menmyebutkan, saat ini perajin atau inustri batik yang mengkhususkan pada baju daster (baju tidur), kini tengah kelimpungan karena tidak ada bahan baku.

"Selama pandemik, pemesanan baju daster sangat mewabah. Semantara industri tekstilnya banyak yang tutup. Kita juga belum tahu kemana mencari bahan dasar untuk baju daster batik," tandasnya.

Baca Juga: Rantis Maung Mirip Pesanan Prabowo, Bakal Dijual Bebas PT Pindad ke Masyarakat Umum

Dampak lain dari mewabahnya Covid-19, kata Komarudin, banyak perajin dan penusaha yang beralih profesi ke keahlian lain, seperti buruh bangunan, buruh tani, pedagang dan sebagainya. Hal tersebut kata dia, akan mengganggu proses kaderisasi pengrajin batik di wilayah Jaba.

"Para perajin batik kan memiliki keahlian tertentu saat membatik, tangannyta halus, luwes dan punya daya cipta tinggi. Selama covid, mereka beralih profesi ke bidang lain, sehingga keahlian membatiknya pun pudar. Untuk mengembalikannya lagi, butuh waktu yang cukup lama," terangnya.

Namun dibalik itu, Komarudin bersyukur dengan kondisi pandemi covid seperti sekarang ini, seprti adanya pengakuan dari China bahwa batik merupakan kerajinan tradisional China.

Baca Juga: Tantangan Koperasi di Masa Pandemi Covid-19

"Justru dengan adanya pengakuan ini, memunculkan rasa nasionalisme tinggi dari masyarakat Indonesia bahwa batik milik Indonesia. Ujung-ujungnya perajin dan industri batik yang kecipratan rezekinya. Buktinya industri dan perajin batik sudah mulai bangkit kembali," tambahnya.

Komarudin berharap, idustri dan perajin batik akan benar-benar pulih dan kembali normal pada akhir Desember 2020 mendatang. "Sehingga pada 2021, kita sudah bisa melangkah lebih jauh lagi," katanya.

 

Editor: Kiki Kurnia

Tags

Terkini

Terpopuler