GALAMEDIANEWS - Krisis kabut asap kembali mengancam kawasan Asia Tenggara, dengan Malaysia bersiap-siap untuk memodifikasi cuaca sebagai upaya darurat untuk mengatasi polusi udara yang semakin memburuk akibat kebakaran hutan di Kalimantan, Indonesia.
Namun, pemerintah Indonesia tegas membantah keterlibatan mereka dalam polusi yang melanda Malaysia.
Krisis kabut asap merupakan peristiwa yang telah menjadi perhatian rutin di kawasan Asia Tenggara setiap musim kemarau.
Ini disebabkan oleh kebakaran hutan yang sering digunakan untuk membersihkan lahan pertanian, terutama di Indonesia, di mana banyak perkebunan kelapa sawit dan perusahaan pulp dan kertas beroperasi.
Baca Juga: Musim Kemarau Bikin Krisis Air, Yuk Hemat Air dengan Mengikuti 8 Tips Berikut Ini
Malaysia Siapkan Modifikasi Cuaca
Dalam upaya mengatasi kualitas udara yang semakin memburuk, Malaysia mengambil langkah-langkah tegas:
Penyemaian Awan (Cloud Seeding) untuk Mengundang Hujan: Malaysia berencana untuk mencoba teknik penyemaian awan untuk memicu hujan, dalam upaya untuk membersihkan udara dan mengurangi tingkat polusi.
Pemantauan Kualitas Udara: Departemen Lingkungan Hidup Malaysia secara ketat memantau kualitas udara melalui Indeks Pencemaran Udara (API) dan mengambil tindakan berdasarkan pembacaan API.
Penutupan Sekolah: Untuk melindungi kesehatan siswa, sekolah dan taman kanak-kanak di Malaysia akan menghentikan semua aktivitas luar ruangan ketika pembacaan API mencapai 100, dan menutup sekolah ketika mencapai 200.
Indonesia Bantah Keterlibatan
Baca Juga: Kebakaran di Kawasan Bromo Masih Belum Padam, Beberapa Desa Terkena Dampak Krisis Air Bersih
Meskipun Malaysia menyalahkan kabut asap tersebut pada kebakaran hutan di Indonesia, pemerintah Indonesia tegas membantah klaim ini.
Menurut Menteri Lingkungan Hidup Indonesia, Siti Nurbaya Bakar, Jakarta tidak memiliki bukti adanya kabut lintas batas yang mencapai Malaysia.
Indonesia saat ini tengah berfokus pada upaya pemadaman kebakaran hutan di beberapa provinsi di Sumatera dan Kalimantan, dengan menggunakan helikopter untuk mengekstingguis api.
Musim kemarau tahun ini di Indonesia dikatakan menjadi yang paling parah sejak 2019, dan ini memperparah upaya pemadaman api karena pengaruh pola cuaca El Niño.
Kesimpulan
Baca Juga: Krisis Kualitas Udara di Jakarta: Konsentrasi PM2.5 Mencapai 156, Melebihi Ambang Batas WHO
Krisis kabut asap di Asia Tenggara mengingatkan kita akan urgensi kerjasama regional dalam mengatasi akar permasalahan kebakaran hutan dan dampaknya pada kualitas udara, kesehatan masyarakat, dan lingkungan.
Sementara Malaysia bersiap-siap untuk memodifikasi cuaca dalam upaya darurat, Indonesia tetap bersikeras tidak terlibat dalam polusi udara yang meresahkan Malaysia, menciptakan tantangan yang perlu diatasi dalam menjaga stabilitas lingkungan regional.***