Hari Batik Nasional Moment Perajin dan Pengusaha untuk Bangkit dari Keterpurukan

2 Oktober 2020, 14:47 WIB
PEMILIK Rumah Batik Komar, Komarudin Kudiya, mempersiapkan kain batik yang akan dipamerkan pada Pameran Batik Virtual di Ruang Pameran Batik Komar, Jln. Cigadung, Kota Bandung, Jumat (24/4/2020). Kegiatan Pameran Batik Virtual ini untuk menampilkan produk-produk unggulan kepada pecinta batik dan menjaga semangat dalam mengembangkan hasil karya seni batik pada masa pendemi Covid-19. /

GALAMEDIA - Hari batik nasional merupakan moment penting bagi masyarakat Indonesia terutama bagi perajin dan pengusaha batik yang masih terdampak pandemi.

"Dengan demikian moment ini tidak boleh kita lewatkan beitu saja, tapi bagaimana kita bangkit dari keterpurukan," ungkap Ketua Asosiasi perajin dan Pengusaha Batik Indonesia (APPBSI), Komarudin Kudya menyoal peringatan hari batik nasional di Showroom batik Komar, Jln. Terusan Cigadung, Kota Bandung, Jumat 2 Oktober 2020.

Untuk kata Komar, APPBI melakukan beberapa agenda kegiatan yang cukup banyak, terutama mengisi acara-acara Webinar dengan lintas komunitas.

"Besok kami manfaatkan untuk Soft Launching Marketplaces WASTRA.ID yang bertujuan untuk penjualan online batik asli Indonesia yang dikurasi olehg ahli batik,"katanya.

Baca Juga: Diet Mayo atau Keto? Mana Yang Harus Dipilih Untuk Mulai Diet, Ketahui Risiko dan Efek Sampingnya

Dimasa pandemi Covid-19, Komarudin mengakui perajin dan pengusaha batik semuanya terkena dampaknya. Bahkan pandemi Covid-19 ternyata telah menghancurkan sendi-sendi ekonomi para pelaku, perajin dan pengusaha batik.

"Peluang para UKM batik dalam menyambut berbagai event nasional maupun agama dipastikan akan gagal dan banyak menimbulkan kerugian dengan stok produksi yang sudah dipersiapkan slima bulan sebelumnya tidak dapat terjual," ujarnya.

Berdasarkan data dari APPBI, lanjut dia. di tahun 2020 ini diperkirakan jumlah perajin batik mencapai 151.565 orang, dengan jumlah pengusaha batik berukuran besar 502 perusahaan, ukuran sedang 1.279 perusahaan dan UKM berjumlah 2.612 usaha. Perusahaan batik tersebut hanya mengerjakan produk-produk batik beneran yaitu batik tulis, batik cap dan kombinasi batik tulis dan cap.

Baca Juga: Trump Terancam Lengser, Di Ambang Krisis Pemilu untuk Pertama Kali Amerika Siapkan Skenario Terburuk

"Dalam kurun waktu tiga bulan terakhir terhitung sejak bulan Maret 2020 hingga akhir tahun jika kondisi ekonominya tidak segera pulih diperkirakan mengalami kerugian untuk pengusaha Batik Tulis sekitar Rp 20.429.280.000, dan bagi seluruh pengusaha Batik Cap berkisar Rp 3.635.006.400.000," terangnya lagi.

Kreativitas
Sementara itu Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jabar, Febiyani menyebutkan, giat budaya semestinya tidak terhenti dengan adanya pandemi. Kreativitas para pegiat budaya justru mendapat tantangan pada masa pandemi ini.

"Platform giat budaya lah yang perlu diperhatikan. Berbagai karya kreatif telah terbukti lahir dan berkembang saat ini, tak terkecuali dengan batik seperti dalam pembuatan masker batik," katanya.

Baca Juga: Di Medsos Ramai Diserang Komentar Miring, Ini Komentar Manajer Komunikasi Kantor Pariwisata Vanuatu

Menurut Febi, kebutuhan masker kain di saat ini terbukti telah membuka peluang usaha dan batik menjadi pilihan. "Bahkan motif motif batik baru telah tercipta dengan inspirasi dari pandemi," tambahnya.

"Hal ini membuktikan bahwa kreativitas tidak terhenti akibat hal ini (pandemi covid)".

Sedangkan Untuk uilihan penggunaan batik oleh aparatur sipil negara (ASN) tentu dikembalikan kepada masing-masing individu sesuai dengan selera dan kemampuannya.
"Tidaka ada paksaan dari pemerintah pada ASN soal pakaian batik," tandasnya.

Baca Juga: Ketum Dharma Pertiwi Buka Pelatihan Membatik Secara Virtual untuk Ciptakan Regenerasi

Editor: Kiki Kurnia

Tags

Terkini

Terpopuler