Inggris dan Amerika Serikat Tuduh Intelijen militer Rusia Lakukan Serangan Siber

20 Oktober 2020, 10:35 WIB
ILUSTRASI hacker.* /Pexels/ pixabay/

GALAMEDIA - Intelijen militer Rusia dituduh melakukan serangkaian serangan siber sebagai untuk mengganggu Olimpiade dan Paralimpiade tahun 2021 di Tokyo, Jepang. Tuduhan ini dilontarkan oleh Inggris dan Amerika Serikat.

Pejabat Inggris dan AS mengatakan, serangan itu dilakukan oleh Unit 74455 dari badan intelijen militer GRU Rusia, yang juga dikenal sebagai Pusat Teknologi Khusus.

Dalam dakwaan, Departemen Kehakiman AS mengatakan, 6 anggota unit Rusia itu telah memainkan peran kunci dalam serangan terhadap target mulai dari Organisasi Pelarangan Senjata Kimia hingga pemilihan umum Prancis 2017.

Baca Juga: Sertifikat Diserahkan Bukan Muhrim, Tolak Bersalaman Jerman Batalkan Kewarganegaraan Dokter Muslim

Tuduhan tersebut mencakup empat tahun aktivitas siber berbahaya, dari 2015 hingga 2019.

Sementara, Pejabat Inggris mengatakan para peretas GRU juga telah melakukan operasi mata-mata dunia maya terhadap penyelenggara Olimpiade Tokyo 2020, yang semula dijadwalkan diadakan tahun ini tetapi ditunda karena wabah virus corona.

Pejabat Inggris menolak memberikan rincian spesifik tentang serangan terbaru itu, tetapi mengatakan peretas Rusia itu mengincar penyelenggara Olimpiade, pemasok logistik, dan sponsor.

Baca Juga: Laporan Tahunan Pemerintahah Jokowi-Maruf Amin, Moeldoko Sebut Tradisi Baru

"Tindakan GRU terhadap Olimpiade dan Paralimpiade adalah sinis dan sembrono. Kami mengutuk mereka sekuat mungkin," kata Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab seperti dilansirkan pikiran-rakyat.com dari Japan Today, Senin, 19 Oktober 2020, berjudul "Kompak, AS dan Inggris Tuduh Rusia Lakukan Serangan Siber untuk Mengganggu Olimpiade Tokyo".

Wakil Direktur Biro Investigasi Federal (FBI) David Bowdich mengatakan Rusia adalah musuh dunia maya yang berkemampuan tinggi.

"FBI telah berulang kali memperingatkan bahwa Rusia adalah musuh dunia maya yang berkemampuan tinggi, dan informasi yang terungkap dalam dakwaan ini menggambarkan betapa aktivitas dunia maya Rusia benar-benar peruasif dan merusak," kata Bowdich.

Baca Juga: Wah, Presiden Joko Widodo Jadi Nama Jalan di Abu Dhabi

Rusia telah dilarang dari acara olahraga top dunia selama empat tahun pada bulan Desember karena pelanggaran doping yang meluas, termasuk Olimpiade Tokyo yang semula dijadwalkan untuk tahun.

Serangan pada Olimpiade Tokyo adalah yang terbaru dari serangkaian upaya peretasan terhadap organisasi olahraga internasional.

Menurut pejabat Barat dan pakar keamanan siber, serangan itu diatur oleh Rusia sejak skandal doping meletus lima tahun lalu. Namun, Moskow berulang kali membantah tuduhan tersebut.

Baca Juga: Ingin Raih Pahala Saat ke Kamar Mandi, Lakukan Hal Ini

Inggris dan AS juga mengatakan bahwa para peretas Rusia itu terlibat dalam serangan lain, seperti peretasan upacara pembukaan Olimpiade Musim Dingin 2018 di Korea Selatan, yang membahayakan ratusan komputer hingga menurunkan akses Internet dan mengganggu penyiaran.

"Serangan di Korea Selatan sebelumnya telah dikaitkan dengan Rusia oleh para peneliti keamanan siber, tetapi dibuat agar terlihat seperti pekerjaan peretas Tiongkok atau Korea Utara," kata kementerian luar negeri Inggris.*** (Julkifli Sinuhaji/pikiran-rakyat.com)

Editor: Dadang Setiawan

Tags

Terkini

Terpopuler