GALAMEDIA - Mohammed bin Nayef pangeran Saudi yang saat ini menjadi tahanan rumah setelah digulingkan dari posisi pewaris takhta tiga tahun lalu, sekarang ketakutan nyawanya terancam.
Kekhawatiran dipicu ramai video berisi klaim dirinya berencana menjatuhkan penggantinya, Pangeran Mahkota Mohammed bin Salman (MBS). Demikian dikatakan pengacara Bin Nayef seperti dilaporkan The Guardian.
Ia meminta agar YouTube menghapus video dimaksud karena dapat menyebabkan pembalasan terhadap kliennya di Arab Saudi.
Baca Juga: 100 Triliun Kali Lebih Cepat, Salip Supremasi Amerika China Buat Komputer Tercanggih di Muka Bumi
Twitter juga membuat pusing sang pangeran yang menjelang pemilihan AS diklaim netizen menjadi bagian dari plot yang dipimpin Demokrat guna melemahkan keluarga kerajaan Saudi.
Bin Nayef yang disingkirkan demi MBS pada 2017 membantah berkomplot melawan putra mahkota. Melalui pengacaranya dikatakan, setelah sembilan bulan menjalani tahanan rumah kini Bin Nayef merasa terancam.
Baca Juga: Erdogan Sebut Macron Harus Segera Disingkirkan, Turki Kembali Bikin Kuping Presiden Prancis Merah
Video YouTube yang menjadi persoalan mengklaim Bin Nayef telah bebas dan kemungkinan bermitra dengan presiden AS terpilih Joe Biden, yang diperkirakan akan menjauh dari Arab Saudi setelah hubungan dekat MBS dengan Donald Trump.
Video dianggap menguatkan teori konspirasi jika Bin Nayef berencana melawan MBS. Pihak pengacara menegaskan kliennya setia pada rezim berkuasa.
“Posisi sebenarnya adalah klien kami ditahan tanpa dakwaan sejak Maret 2020 sampai hari ini,” ujar pengacara Bin Nayef yang menambahkan kliennya hanya memiliki akses terbatas pada pengacaranya dan keluarga.
Baca Juga: BMI Demokrat Siap Menangkan AHY pada Pilpres 2024
“Komunikasi klien kami tidak diragukan lagi dipantau. Baik klien kami maupun keluarga mengkhawatirkan keselamatan dan nyawa mereka..”
Ada juga kecurigaan jika cuitan terkait plot Bin Nayef atas MBS ramai karena bot. Kicauan muncul pada minggu-minggu terakhir kampanye pemilihan AS.
Isinya mendukung teori konspirasi yang melibatkan Bin Nayef, Hillary Clinton dan mantan direktur CIA.
Baca Juga: Menteri Sosial Ditangkap KPK, Ini Kelanjutan Program Bantuan Sosial
Sempat menjadi trending topic di Arab Saudi dan diberitakan beberapa media berbahasa Arab, pengacara Bin Nayef bersikeras kliennya mendukung putra mahkota yang menggantikannya sebagai pewaris takhta atas perintah Raja Abdullah pada 2017.
Sebelum pemecatannya, Bin Nayef adalah kepala kementerian dalam negeri yang memantau dengan cermat para pembangkang dan kritikus kerajaan.
Dia juga dianggap sebagai sekutu pejabat intelijen AS yang memujinya karena mampu mengendalikan Al-Qaeda di Arab Saudi pada tahun-tahun setelah 9/11.
Baca Juga: Besok Diperiksa Penyidik di Polda Metro Jaya, Ini Instruksi Habib Rizieq Kepada Para Pendukung
Tapi Bin Nayef dijatuhkan pada tauhn 2017 untuk memberi jalan bagi MBS, yang telah menyusun rencana ambisius untuk memodernisasi Arab Saudi dan mengakhiri ketergantungan pada minyak.
Penggulingan Bin Nayef didukung oleh 31 dari 34 anggota Dewan Kesetiaan Arab Saudi yang bertugas untuk memutuskan masalah suksesi di kerajaan.
Pada bulan Maret tahun dia dijemput di sebuah kamp gurun pribadi dan dijadikan tahanan rumah dalam apa yang dinilai pakar sebagai konsolidasi kekuasaan oleh MBS.