Gawat! Rizal Ramli Sebut Perekonomian Indonesia 2021 Bakal Lebih Buruk dari Krisis Moneter 1998

- 25 Desember 2020, 11:33 WIB
Pakar Ekonomi sekaligus Mantan Menko Kemaritiman, Rizal Ramli.
Pakar Ekonomi sekaligus Mantan Menko Kemaritiman, Rizal Ramli. /Twitter.com/@RamliRizal

GALAMEDIA - Politisi Partai Gerindra Fadli Zon menyebutkan Mantan Menko Perekonomian Rizal Ramli telah banyak memberi sumbangsih pemikiran untuk ekonomi-politik Indonesia.

“Saya menggali pemikiran-pemikiran Bang Rizal Ramli terutama terkait ekonomi. Bang Rizal selalu punya analisa dan kritik yang tajam dalam melihat situasi dan persoalan bangsa. Oleh sebagian kalangan, Bang Rizal Ramli dijuluki sebagai ‘Sang Penerobos’ karena ide-idenya yang tidak konvensional namun tepat sasaran, dan berpihak pada kepentingan rakyat,” ujar Fadli dalam tayangan video YouTube pada kanal Fadli Zon Official, dikutip Jumat 25 Desember 2020.

Dalam kesempatan itu, ekonom senior Rizal Ramli pun kembali menyorot kinerja ekonomi pemerintahan Presiden Joko Widodo pada periode kedua ini.

Begawan ekonomi itu menilai capaian ekonomi tahun 2020 jauh dari berhasil.

Baca Juga: Tampol Stafsus Milenial, Rizal Ramli: Mahasiswa Kini Tampak Kayak Anak Mami Tapi Konsen Soal Negara

Selain disebabkan faktor eksternal yang berupa pandemi Covid-19, keterpurukan ekonomi juga tidak lepas dari faktor internal di jajaran kabinet Indonesia Maju.

Tokoh nasional itu mengatakan ada kesemrawutan dalam kebijakan fiskal di bawah komando Menteri Keuangan Sri Mulyani.

Mantan Menko Perekonomian itu menaruh perhatian pada kebijakan utang yang dilakuan Menteri Keuangan Sri Mulyani.

Pria yang akrab disapa RR ini menyatakan, Sri Mulyani memberikan keuntungan kepada kreditor dengan membuat bunga utang yang cukup tinggi.

Baca Juga: Heboh di Media Sosial, Anggota Fraksi PSI Diduga Minta Dana Bantuan Partai Naik

"Misalnya, di bank ada kalau mau pinjam kredit (bunga) pinjamannya 15 persen. Para pengusaha datang ajukan kredit, mereka negosiasi jangan 15 persen tapi 12-13 persen. Tapi ada satu negara yang datang mau bayar bunga 17-18 persen, 2 persen lebih mahal dari pasar selama 10 tahun," ujarnya.

"Jangan main-main. Perbedaan, selisih bunga 2 persen saja selama 10 tahun. Misalnya kita pinjam 10 dolar, 2 persennya itu tambahan bunganya itu sepertiganya. Siapa yang bayar? Rakyat kita," ujarnya.

Kebijakan utang dengan bunga yang tinggi seperti itu, diterangkan Rizal Ramli, tidak dilakukan oleh negara tetangga Indonesia seperti Singapura hingga bahkan Jepang dan China.

“Karena enggak ada di seluruh dunia Menteri Keuangan yang pinjam dengan bunga yang mahal. Misalnya menteri keuangan Singapura, Jepang, China kalau pinjam dia tekan semurah mungkin bukan semahal mungkin," ujarnya.

Baca Juga: Indonesia Masuk 10 Besar Negara Utang Terbesar di Dunia, Demokrat: Jokowi Enggak Ada Lawannya Deh

Selain itu, Rizal Rami juga melihat kebijakan tax holiday bagi para pengusaha besar justru membuat cekak penerimaan negara.

Ia pun melihat tax ratio atau penerimaan pajak di awal tahun 2020 ini realisasinya tidak mencapai lebih dari 10 persen. Berbeda dengan saat Rizal Ramli menjabat sebagai Menko Ekuin 20 tahun lalu, yang berhasil merealisasi hingga 11,5 persen dari GDP.

"Hari ini sebelum krisis (Covid-19) 10 persen. Dengan krisis ini penerimaan pajak bakal lebih anjlok lagi. Bahkan bisa 60-65 persen dari target. Itu yang menjelaskan kita akan kesulitan cash flow. Penerimaan pajak kita anjlok, besar sekali," ujarnya.

Baca Juga: Tiga Kandidat Calon Kuat Kapolri Pengganti Idham Azis

"Dia (Sri Mulyani) hanya berani dengan yang kecil-kecil, dan kedua dia pinjam-pinjam makin susah. Makanya mulai pinjam melalui bilateral," ujarnya.

Dari situ, mantan Menko Kemaritiman ini memprediksi ekonomi Indonesia pada tahun 2021 masih akan sulit, bahkan lebih buruk dari krisis moneter tahun 1998.

"Makin lama ekonomi makin terjerumus. Jokowi go down bersama dengan kinerja Sri Mulyani dalam kinerja keuangan," tandasnya.***

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x