Waspadai Multibahaya Awal Tahun 2021, BMKG: Bencana Hidrometeorologi, Gempa Hingga Tsunami

- 15 Januari 2021, 16:35 WIB
Ilustrasi Tsunami
Ilustrasi Tsunami /pixabay/Karawangpost



GALAMEDIA - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengingatkan kepada seluruh masyarakat agar meningkatkan kewaspadaan terkait dengan potensi bencana hidrometeorologi, gempa hingga tsunami.

"Sejak awal Oktober kemungkinan terjadinya multibahaya, akibat cuaca, gempa tsunami semakin meningkat. Memasuki Januari, Februari, Maret masih ada juga. Puncak untuk hidrometeorologi dikhawatirkan Januari Februari," kata Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati di Jakarta, Jumat 15 Januari 2021.

"Seiring dengan itu, potensi kegempaan juga meningkat. Mohon kewaspadaan terus disiapkan dan diterapkan," ujarnya.

Terkait dengan gempa di Majene, Sulawesi Barat, dia mengatakan masih ada potensi gempa susulan berikutnya yang menurutnya masih kuat.

Baca Juga: Pecah Rekor Lagi, Hari Ini Total Pasien Positif Covid-19 Mencapai 882.418 Orang

Bahkan, potensi gempa itu bisa mencapai kekuatan yang seperti terjadi 6,2 atau sedikit lebih tinggi karena batuan sudah diguncang 28 kali dan sudah rapuh dengan pusat gempa ada di pantai.

"Memungkinkan terjadi longsor ke dalam laut, sehingga masih atau dapat berpotensi terjadi tsunami apabila ada gempa susulan berikutnya apabila pusatnya di pantai atau pinggir laut," katanya lagi.

Kembali dia mengimbau kepada masyarakat tak hanya menjauhi bangunan yang rentan, namun juga menjauhi pantai. Jika merasakan guncangan, segera jauhi wilayah pantai.

"Tidak perlu menunggu peringatan tsunami karena kejadian bisa sangat cepat, catatan tsunami pada menit 2-3 padahal peringatan dini, jadi sudah keduluan tsunaminya kalau terjadi lagi gempa," tandasnya.

Baca Juga: Desak Raffi Ahmad Diproses Hukum, Rocky Gerung: Jangan Sekadar Jarum Suntiknya Aja yang Dipamerin

Koordinator Bidang Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan gempa bumi di Majene, Provinsi Sulawesi Barat merupakan gempa berulang dilihat berdasarkan sejarah gempa masa lalu.

"Sesar Naik Mamuju yang diduga sebagai sumber gempa Majene ini sangat aktif. Dari sebaran gempa utama dan susulan yang terjadi sejak 14-15 Januari, ada tiga yang bisa kita kenali sumbernya dan memiliki kesamaan dengan gempa masa lalu," katanya.

Daryono mengatakan, bahwa gempa yang terjadi di Majene merupakan perulangan gempa pada 1969 karena dibangkitkan oleh sumber yang sama yaitu Sesar Naik Mamuju (Mamuju thrust). Namun saat itu pusat gempa berada di laut sehingga menimbulkan tsunami.

Berdasarkan data dan historis, telah terjadi tiga gempa dan tsunami merusak di sekitar Majene yaitu pada 11 April 1967 dengan magnitudo 6,3 di Polewali Mandar yang menimbulkan tsunami dan menyebabkan 13 orang meninggal.

Baca Juga: Politisi PSI Minta Polisi Tangkap Peramal Jokowi Lengser di Tahun 2021, 'Ini Provokasi dan Hasutan'

Kemudian pada 23 Februari 1969 di Majene dengan magnitudo 6,9 menyebabkan 64 orang meninggal, 97 luka dan 1.287 rumah rusak di empat desa. Serta pada 8 Januari 1984 dengan magnitudo 6,7 di Mamuju namun tidak ada catatan korban jiwa tapi banyak rumah yang rusak.

Majene diguncang gempa kuat dengan magnitudo 6,2 pada Jumat 15 Januari 2021 pukul 01.28.17 WIB. Episenter terletak pada koordinat 2,98 LS dan 118,94 BT tepatnya di darat pada kedalaman 10 km.

Dengan meningkatnya magnitudo gempa menjadi lebih besar 6,2 dari sebelumnya magnitudo 5,9 pada Kamis 14 Januari 2021, gempa kedua berdampak lebih merusak dan lebih luas cakupan dampaknya.

Daryono mencontohkan, jika kondisi bangunan dampak gempa kemarin sudah mengalami retak-retak atau rusak sebagian maka dengan terjadinya gempa yang lebih kuat ini dapat berdampak merusak lebih parah.

Baca Juga: Habib Rizieq Tutupi Positif Covid-19, Politisi PDI Perjuangan: Tak Bantu Pemerintah, Membahayakan

Seperti halnya gempa pertama, dampak gempa kedua pada Jumat dinihari itu menyebabkan guncangan gempa dirasakan di Majene dan Mamuju mencapai skala intensitas V-VI MMI (memicu kerusakan), sedangkan di Palu, Mamuju Tengah, Mamuju Utara dan Mamasa mencapai skala intensitas III-IV MMI (benda-benda terpelanting)

"Ternyata benar, pagi tadi dilaporkan dampak gempa kedua menimbulkan lebih banyak bangunan rumah rusak di Majene dan juga Mamuju," kata Daryono.

Sementara dilaporkan ada beberapa orang meninggal dunia dan ratusan orang menderita luka-luka sebagai dampak gempa.

Baca Juga: Waspada, Gempa Besar Susulan Disertai Tsunami Berpotensi Terjadi di Wilayah Sulawesi Barat

Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, baik gempa signifikan pertama dan kedua yang terjadi merupakan jenis gempa kerak dangkal (shallow crustal earthquake) akibat aktivitas sesar aktif Mamuju-Majene Thrust.

Mekanisme sesar naik ini mirip dengan pembangkit gempa Lombok 2018, dimana bidang sesarnya membentuk kemiringan ke bawah daratan Majene.

Sejak Kamis pukul 13.35.49 WIB hingga Jumat pukul 06.00 WIB hasil monitoring BMKG menunjukkan telah terjadi gempa sebanyak 28 kali di Majene.***

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x