Sejarah 31 Januari: Hari Lahir Nahdlatul Ulama

- 31 Januari 2021, 06:45 WIB
LOGO Nahdlatul Ulama.*
LOGO Nahdlatul Ulama.* /WWW.NU.OR.ID/

GALAMEDIA - Di berbagai belahan dunia, banyak peristiwa penting terjadi pada tanggal 31 Januari, dari tahun ke tahun.

Tak sedikit dari peristiwa itu menjadi catatan sejarah penting bagi perjalanan hidup manusia.

Di antaranya yaitu hari lahirnya Nahdlatul Ulama (NU) pada 31 Januari 1926. Hingga saat ini, NU menjadi salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia.

Pembentukan NU berangkat dari munculnya berbagai komite dan organisasi yang bersifat embrional serta ad hoc.

Baca Juga: Gempa Bumi Guncang Tiga Wilayah di Indonesia, Hari Ini Sabtu 30 Januari 2021

Setelah itu dirasa perlu membentuk organisasi yang lebih mencakup dan sistematis untuk mengantisipasi perkembangan zaman.

Setelah berkoordinasi dengan sejumlah kiai, karena tidak terakomodasi kiai dari kalangan tradisional untuk mengikuti Konferensi Islam Dunia yang ada di Indonesia dan Timur Tengah, akhirnya muncul kesepakatan.

Para ulama pesantren sepakat untuk membentuk organisasi bernama Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama) pada 16 Rajab 1344 H (31 Januari 1926) di Kota Surabaya, Jawa Timur. Dikutip dari wikipedia, organisasi ini dipimpin KH Hasjim Asy'ari sebagai Rais Akbar.

Ada banyak faktor yang melatarbelakangi berdirinya NU. Di antara faktor itu adalah perkembangan dan pembaruan pemikiran Islam yang menghendaki pelarangan segala bentuk amaliah kaum Sunni.

Baca Juga: Bikin Merinding, Pemotor di Kota Bandung Nyaris Tertabrak Kereta Api

Sebuah pemikiran agar umat Islam kembali pada ajaran Islam "murni" yaitu dengan cara umat Islam melepaskan diri dari sistem bermadzhab.

Bagi para kiai pesantren, pembaruan pemikiran keagamaan sejatinya tetap merupakan suatu keniscayaan.

Namun tetap tidak dengan meninggalkan tradisi keilmuan para ulama terdahulu yang masih relevan. Oleh karena itu, Jam'iyah Nahdlatul Ulama cukup mendesak untuk segera didirikan.

Mazhab
NU menganut paham Ahlussunah waljama'ah, merupakan sebuah pola pikir yang mengambil jalan tengah antara ekstrem aqli (rasionalis) dengan kaum ekstrem naqli (skripturalis).

Karena itu sumber hukum Islam bagi NU tidak hanya al-Qur'an, sunnah, tetapi juga menggunakan kemampuan akal ditambah dengan realitas empirik.

Baca Juga: Indonesia Diprediksi Tembus 2 Juta Kasus Covid-19 Dua Bulan dari Sekarang, Jika...

Cara berpikir semacam itu dirujuk dari pemikir terdahulu seperti Abu al-Hasan al-Asy'ari dan Abu Mansur Al Maturidi dalam bidang teologi/Tauhid/ketuhanan.

Kemudian dalam bidang fiqih lebih cenderung mengikuti mazhab: Imam Syafi'i dan mengakui tiga madzhab yang lain: Imam Hanafi, Imam Maliki,dan Imam Hambali sebagaimana yang tergambar dalam lambang NU berbintang 4 di bawah.

Sementara dalam bidang tasawuf, mengembangkan metode Al-Ghazali dan Syeikh Juneid al-Bagdadi, yang mengintegrasikan antara tasawuf dengan syariat.

Gagasan kembali ke khittah pada tahun 1984, merupakan momentum penting untuk menafsirkan kembali ajaran ahlussunnah wal jamaah, serta merumuskan kembali metode berpikir, baik dalam bidang fikih maupun sosial.

Baca Juga: Abu Janda Dituding Penyusup ke Tubuh Ansor dan NU, Dewan Penasihat PP GP Ansor: Musang Berbulu Domba!

Serta merumuskan kembali hubungan NU dengan negara. Gerakan tersebut berhasil kembali membangkitkan gairah pemikiran dan dinamika sosial dalam NU.

Apabila dilihat dari segi pendukung atau simpatisan, ada dua cara melihatnya. Dari segi politik, bisa dilihat dari jumlah perolehan suara partai-partai yang berbasis atau diasosiasikan dengan NU, seperti PKB, PNU, PKU, Partai SUNI, dan sebagian dari PPP.

Sedangkan dari segi paham keagamaan maka bisa dilihat dari jumlah orang yang mendukung dan mengikuti paham kegamaan NU. Maka dalam hal ini bisa dirujuk hasil penelitian Saiful Mujani (2002) yaitu berkisar 48% dari Muslim santri Indonesia.

Baca Juga: Mustofa Nahrawardaya Soroti Kasus Abu Janda Soal 'Islam Arogan': Dia Aman Sampai Matinya

Suaidi Asyari memperkirakan ada sekitar 51 juta dari Muslim santri Indonesia dapat dikatakan pendukung atau pengikut paham keagamaan NU.

Jumlah keseluruhan Muslim santri yang disebut sampai 80 juta atau lebih, merupakan mereka yang sama paham keagamaannya dengan paham kegamaan NU. Namun belum tentu mereka ini semuanya warga atau mau disebut berafiliasi dengan NU.

Ketua Umum Tanfidziyah NU saat ini dipegang oleh Said Aqil Siradj.***

Editor: Lucky M. Lukman


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x