Falsafah ini, kata Bucky sudah melekat di seluruh masyarakat Jawa Barat. Terlebih di Jawa Barat terdapat tiga bahasa Indung (ibu), yakni bahasa Sunda, bahasa Betawi Bogor, dana bahasa daerah dialek Cirebon (bahasa Ceribon).
"Dimasing-masing daerah, bahasa ibu berkembang sesuai perkembangan jaman," kata lelaki yang akrab dipanggil Bucky Wikagoe ini.
Menurut Bucky, eksistebsu nilai- nilai budaya termasuk bahasa ibu akan jauh lebih berkembang apabila ada dukungan minimal dari tiga pilar, yakni komunal (komunitas), pemerintah dan swasta. "Ketiga pilar ini harus bekerjasama mengembangkan bahasa Ibu dibantu oleh media," katanya.
Berdasarkan pengamatan Bucky, bahasa ibu di setiap daerah kini muncul varian varian baru, termasuk bahasa Sunda yan berkembang di wilayah Priangan dengan munculnya bahasa gaul.
Baca Juga: BMKG: Peringatan Dini Cuaca 21 Februari 2021 di Jawa Barat, Beberapa Daerah Diperkirakan Hujan Petir
Bahasa gaul ini, kata dia, dikembangkan oleh generasi muda (milenial) yang diadopsi dari bahasa Sunda (ibu) sesuai perkembangan jaman saat ini.
"Anak sekarang akan sulit belajar bahasa Ibu (Sunda) dengan undak usuk basanya. Bukannya tidak diperkenalkan di sekolah,tapi jamannya yang berbeda. Namun ada celah mengajarkan bahasa Sunda (ibu) melalui tembang atau pupuh (seni) secara intensif sejak dini. Dulu saya diajarkan bahasa Sunda lewat pupuh dan tembang, hingga sekarang tetap melekat tidak pernah lupa," pungkasnya.
Sejarah
Awal kemunculan hari bermakna ini sendiri adalah dari budaya Bangladesh, yang memperjuangkan penggunaan bahasa Bengal di wilayahnya. Penggunaan bahasa Bengal sebenarnya sudah cukup lama di wilayah Bengal Timur (yang kemudian jadi Bangladesh).