Terungkap, Ini Penyebab Gerakan Tanah di Kampung Cikidul Kutawaringin

- 21 Februari 2021, 21:52 WIB
Rumah warga di Kampung Cikidul  Desa Buninagara Kecamatan Kutawaringin Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat, Minggu 21 Februari 2021.
Rumah warga di Kampung Cikidul Desa Buninagara Kecamatan Kutawaringin Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat, Minggu 21 Februari 2021. /

Akhmad Djohara mengungkapkan, curah hujan sebelum dan saat terjadinya serta perubahan musim hujan ke kemarau mengakibatkan perubahan permukaan air tanah dangkal selaras keberadaan bangunan di atasnya akan memicu terjadinya gerakan tanah tipe tatapan di lokasi tersebut.

Kejadian gerakan tanah di wilayah ini merupakan respon terhadap perubahan muka air tanah dangkal di wilayah permukiman, yang secara beruntun terjadinya pada musim penghujan (pada bulan Mei 2020) dan saat memasuki musim kemarau (bulan Agustus 2020).

Baca Juga: Giring Ganesha Kritik Gubernur Anies Baswedan Soal Banjir: Jangan Hanya Melempar Kesalahan

"Memasuki musim penghujan (bulan Mei 2020), air hujan meresap melalui pori tanah dan meningkatkan muka air tanah dangkal secara cepat.

Perbedaan yang terjadi antara kecepatan infiltrasi dan pergerakan dalam tubuh air dangkal berakibat tubuh tanah akan ikut bergerak mengikuti pola alur kemiringan dan berimplikasi pada kekosongan bawah permukaan," jelasnya.

Dampaknya, imbuhnya, tubuh tanah mengandung air akan mencari keseimbangan baru dan terjadilah gerakan tanah tipe tatapan/lambat gerakan tanah pada lokasi tersebut.

Baca Juga: Kekayaan 45 Triliun Tak Ada Artinya, Remuk Redam Dicampakkan Kim Kardashian Kanye West Menghilang

Dikatakan, musim hujan menurun di bulan Juni, Juli dan Agustus 2020. Pada bulan Agustus 2020, diperkirakan permukaan air tanah dangkal menurun.

Akhamd Djohara menuturkan, kondisi gerakan tanah di Kampung Cikidul Desa Buninagara berupa longsoran tipe lambat atau tipe rayapan/nendatan dengan ditandai dengan adanya rekahan pada tanah, retakan pada rumah-rumah penduduk dan jalan, serta amblasnya permukaan air sumur.

"Kedalaman retakan mencapai > 2 meter, lebar rekahan 10 – 50 cm, serta panjang retakan pada tubuh jalan mencapai 10 meter, arah retakan N 135° E relatif tenggara, dengan arah pergerakan relatif ke N 45° E relatif Timur – Timur laut. Selama di lapangan teramati minimal 10 rumah mengalami retakan pada bagian fondasi dan bangunan," katanya.

Halaman:

Editor: Dadang Setiawan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x