Di Balik Surga Piala Dunia Qatar 2022, Kolaps di Tengah Sengatan Panas 6.500 Nyawa Kuli Migran Melayang

- 18 Maret 2021, 09:40 WIB
Piala Dunia Antar Klub di Qatar bisa menjadi tolak ukur bagaimana Qatar menjadi tuan rumah untuk Piala Dunia 2022 nanti.
Piala Dunia Antar Klub di Qatar bisa menjadi tolak ukur bagaimana Qatar menjadi tuan rumah untuk Piala Dunia 2022 nanti. /Instagram.com/@fifaworldcup

GALAMEDIA - Lebih dari 6.500 pekerja migran tewas selama persiapan Piala Dunia Qatar dalam satu  dekade terakhir.

Rata-rata 12 migran dari India, Pakistan, Nepal, Bangladesh dan Sri Lanka  meninggal setiap minggu sejak Desember 2010 saat Qatar dinyatakan sebagai tuan rumah turnamen FIFA ke-22 tersebut.

Demikian temuan dari sumber pemerintah yang dilaporkan The Guardian. Jumlah korban diyakini jauh lebih tinggi karena tidak termasuk angka kematian migran dari negara-negara pemasok terbesar, termasuk Filipina dan Kenya.

Baca Juga: Wacana Presiden 3 Periode, Wakil Ketua MPR: Sikap Jokowi Tidak Berubah Sejak 2019

Dikutip Galamedia dari DailyMail, Kamis (18 Maret 2021) selama dekade terakhir, Qatar membangun tujuh stadion baru, kereta bawah tanah, bandara, jalan raya, bahkan kota baru.

Semua demi menyulap negara Timur Tengah yang hanya berpenduduk 2,8 juta orang itu menjadi surga sepak bola untuk musim panas 2022.

Namun di balik fasad yang menakjubkan tersebut, terdapat kenyataan suram berupa fakta para pekerja migran yang berdesakan di asrama yang mengerikan pada malam hari setelah bekerja keras di tengah terik panas yang mematikan.

Baca Juga: 99,9 Persen Yakin, Ilmuwan Jerman Beberkan Tiga Bukti Virus Corona Bocor dari Lab Wuhan

Meskipun kematian tidak dikategorikan berdasarkan pekerjaan, kemungkinan pekerja dari negara-negara ini meninggal saat mengerjakan proyek yang berkaitan dengan Piala Dunia, ungkap Nick McGeehan, Direktur FairSquare Projects yang mengkhususkan diri pada hak-hak tenaga kerja di Teluk.

Dia mengatakan kepada The Guardian, “Sebagian besar pekerja migran yang meninggal sejak 2011 berada di Qatar setelah negara ini memenangkan hak menjadi tuan rumah Piala Dunia.”

Secara resmi ada 37 kematian pekerja pembangunan stadion Piala Dunia, 34 di antaranya 'tidak terkait pekerjaan.'

Baca Juga: Akui Diseret ke KLB Partai Demokrat, Marzuki Alie: Sebenarnya Saya Sudah Bosan dengan Dunia Politik 

Terminologi tersebut menimbulkan pertanyaan karena kerap digunakan dalam kasus-kasus di mana pekerja pingsan di lokasi konstruksi.

Qatar memiliki tenaga kerja migran sekitar 2 juta jiwa, terutama pria muda dari Afrika, anak benua India, dan Timur Jauh.

Berdasarkan data yang diperoleh The Guardian, mayoritas kematian pekerja disebabkan oleh sebab alamiah.

Baca Juga: Jangan Lupa! Bansos Rp 300.000 Bulan Maret 2021 Sudah Cair, Yuk Cek Melalui dtks.kemensos.go.id

Lebih dari dua pertiga kematian pekerja India, Nepal dan Bangladesh merupakan kematian alami, sementara di antara orang India angkanya 80 persen.

Seringkali kategorisasi ini dilakukan tanpa otopsi dan, oleh karena itu, gagal memahami penyebab yang mendasari apa yang disebut kematian alami, ujar laporan tadi.

Diyakini banyak yang meninggal akibat panas yang menyengat di Qatar setelah bekerja dalam durasi sif 10 jam dengan suhu 113 Fahrenheit (45C).

Baca Juga: Teddy Gusnaidi Unggah Foto Rumah DP 0 persen: Cuma Buat Satu Orang dan Satu Kecoa?

Pejabat Qatar sebelumnya mengklaim  mereka menjaga keselamatan pekerja dengan melarang pekerjaan manual di area luar ruangan yang tidak teduh antara pukul 11:30 - 15:00 mulai pertengahan Juni hingga Agustus.

Tetapi analisis menunjukkan bahkan di luar jam-jam tersebut, suhu mencapai tingkat yang dapat menyebabkan tekanan panas.

Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan dalam laporan tahun lalu bahwa pekerja migran di Qatar menghadapi risiko tinggi atau ekstrem berupa tekanan cuaca panas.

Baca Juga: Tim Bulutangkis Indonesia Dipaksa Mundur dari All England 2021, Ricky Subagja Kecewa

Bekerja dalam cuaca panas membebani sistem kardiovaskular dan dapat menyebabkan serangan jantung dan komplikasi lainnya.

Kritik terhadap kondisi kerja mengatakan inilah alasan mengapa sebagian besar kematian pekerja migran dikategorikan sebagai wajar, meskipun ada korelasi yang jelas dengan bahaya pekerjaan yang mereka hadapi.

Pemerintah Qatar tidak mempermasalahkan jumlah kematian, tetapi berpendapat angka itu sebanding dengan jumlah migran termasuk pekerja kerah putih yang meninggal secara alami setelah tinggal di Qatar selama bertahun-tahun.

Baca Juga: Kepala LLDikti Wilayah IV Jabar dan Banten Minta PTS Tunda Rencana Pembelajaran Tatap Muka

Tingkat kematian di antara komunitas-komunitas ini berada dalam kisaran proporsional sesuai demografi populasi.

“Namun, setiap nyawa yang hilang adalah tragedi,” kata juru bicara pemerintah Qatar dalam sebuah pernyataan.

Dia menambahkan semua warga negara asing memiliki akses pada perawatan kesehatan gratis sejak beberapa tahun terakhir hingga mengurangi kematian pekerja migran.

Halaman:

Editor: Mia Fahrani

Sumber: dailymail


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x