Ganjar Pranowo Dorong Kesadaran Membaca dan Budaya Literasi

- 22 Maret 2021, 16:54 WIB
Ganjar Pranowo Gubernur Jateng
Ganjar Pranowo Gubernur Jateng /Dok. Humas Prov Jateng/

GALAMEDIA - Dalam ukuran dunia internasional, budaya baca orang Indonesia masih relatif rendah sehingga berbagai upaya dilakukan dalam meningkatkan minat baca di masyarakat.

Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo mengatakan bahwa pemerintah daerah terus mendorong lahirnya kesadaran membaca dan budaya literasi, melalui Undang-undang No.43 Tahun 2007 pasal 8, yang sudah mengatur mengenai kewajiban Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota.

Menurutnya kewajiban tersebut, diantaranya menjamin penyelenggaraan dan pengembangan perpustakaan di daerah, ketersediaan layanan perpustakaan secara merata, kelangsungan penyelenggaraan dan pengelolaan perpustakaan dan memfasilitasi penyelenggaraan perpustakaan di daerah.

Baca Juga: Pertandingan Catur Dewa Kipas vs GM Irene Sukandar Pecahkan Rekor Penonton Terbanyak Live Streaming Youtube?

Termasuk mengembangkan perpustakaan umum daerah berdasarkan pada kekhasan daerah sebagai pusat penelitian dan rujukan tentang kekayaan budaya daerah.

"Maka, Provinsi Jawa Tengah menaruh beberapa prioritas yakni pembangunan manusia melalui pengurangan kemiskinan dan peningkatan pelayanan dasar, pemerataan layanan perpustakaan berbasis inklusi sosial, pemerataan layanan pendidikan berkualitas, penguatan literasi untuk kesejahteraan, Jateng literasi informasi terapan dan inklusif, juga pendampingan masyarakat untuk literasi informasi," ungkapnya pada Rapat Koordinasi Nasional Bidang Perpustakaan tahun 2021 secara hybrid, Senin, 22 Maret 2021.

Baca Juga: Irene Sukandar Menang Mudah Lawan Dewa Kipas Sang Penakluk GothamChess

Pihaknya juga giat dalam gerakan revolusi mental, untuk membangun jiwa merdeka menuju bangsa Indonesia yang besar, sesuai Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 12 tahun 2016, tentang gerakan nasional revolusi mental.

Didalamnya terdapat beberapa pikiran pokok untuk membangun jiwa yang merdeka, mengubah cara pandang, pikiran, sikap dan perilaku agar berorientasi pada kemajuan dan hal-hal yang modern.

Ia melihat bahwa perpustakaan hari ini memang sudah wajib tampil secara modern, karena kemajuan perpustakaan berbasis teknologi informasi dan komunikasi, dengan pengembangan perpustakaan merupakan tuntutan masyarakat sekaligus kebutuhan zaman.

Baca Juga: Furkan Korkmaz, Pebasket Asal Turki yang Berbakat dan Memesona

Dikatakannya potret perpustakaan digital terkini ada pada titik belum adanya konsep rancang bangunan perpustakaan digital. Termasuk tingkat kemudahan dalam konsep aksesbilitas, juga manajemen dan kebijakan perpustakaan digital.

"Mau tidak mau, kita pindah. Kita bergeser. Rasanya anak-anak sekarang lebih mudah dan lebih cepat, apalagi kita sedang pandemi. Mereka bisa belajar, main game dan belajar apapun dengan cepat. Anak-anak sekarang bisa menerobos kemana saja. Tugas kita adalah infrastruktur dan rancang bagunan harus kita siapkan," tuturnya.

Ganjar menjelasan bahwa Jawa Tengah menjalankan strategi pembangunan perpustakaan melalui beberapa gerakan, antara lain dukungan kebijakan, mulai dari anggaran hingga tim sinergi. Selanjutnya, membuat i-Jateng, juga optimalisasi media sosial sebagai media kampanye.

Baca Juga: Wakil Ketua MPR Minta Pemerintah Hati-hati dalam Kebijakan Mudik Lebaran 2021

"Dinas-dinas di Jateng saya dorong untuk punya medsos, dan diusahan verivite, centang biru. Soal buku, kita sudah harus siapkan e-book, termasuk banyak aplikasi yang mengembangkan membaca buku tidak hanya di-scrol, tapi juga bisa membukanya per halaman, seperti membaca buku fisik," terangnya.

"Saya itu paling suka dimintain buku. Pasti saya cariin. Kadang saya kontak penerbit untuk minta buku. Mereka punya banyak stok yang bisa dibeli dengan diskon dan bahkan banyak yang menghibahkannya. Kita bisa bantu teman-teman supaya bisa mendapatkan buku baru," jelasnya.

Baca Juga: Sering Berseberangan, Dewan Pakar PKPI Teddy Gusnaidi Tiba-tiba Ungkap Rasa Hormat Kepada SBY: Salut!

Secara khusus pada masa pandemi ini, lanjutnya, Jawa Tengah tak berhenti menyuarakan gerakan literasi dan budaya baca, tentu melalui saluran daring, melalui beberapa gerakan seperti Ruang Belajar Modern, kursus daring gratis yang diadakan oleh perpustakaan provinsi Jawa Tengah, juga membaca melalui i-jateng.

"Bosan berkegiatan di rumah, ayo ikut kursus online di Perpustakaan Provinsi Jateng. Meski selama pandemi ini kita mengaturnya lebih ketat," katanya.

Hasil dari segala upaya dalam mendukung kegemaran membaca dan meningkatkan indeks literasi masyarakat Jawa Tengah, sehingga meraih angka yang cukup signifikan, baik secara online maupun ofline yang terhitung pada Desember 2020, mencapai 2.935.761 orang.

Baca Juga: Hanyut dari Majalaya, Jenazah Sansan Suyanto Ditemukan di Batujajar

"Mengajak orang membaca itu butuh effort lebih, ketimbang mengajak mereka untuk menonton. Jadi walaupun indeksnya sedang, itu sudah cukup memuaskan," ujarnya.

Gubernur Jawa Tengah tersebut, juga menjelaskan bahwa hasil pembangunan perpustakaan berdasarkan indeks pembangunan minat baca, yang diketahui secara Nasional pada Tahun 2020, masuk kategori ‘Sedang’, yaitu 55,74 persen.

Angka indeks minat baca Jawa Tengah pada tahun 2020 juga termasuk kategori ‘Sedang’, yaitu 61,88 persen, yang dikatakannya masih lebih tinggi dibanding indeks minat baca nasional. Sedangkan minat baca masyarakat Jawa Tengah berada pada angka 55,17 persen, dengan tiga daerah paling dominan adalah Kab. Karanganyar (70,92 persen), Kota Surakarta (61,92 persen), dan Kabupaten Banjarnegara sebesar 61,83 persen.

Baca Juga: Hanyut dari Majalaya, Jenazah Sansan Suyanto Ditemukan di Batujajar

Itu semua berasal dari 2.347.072 total jumlah koleksi buku di perpustakaan-perpustakaan Provinsi Jawa Tengah, dengan klasifikasi jumlah perpustakaan sesuai kategorinya. Jawa Tengah memiliki 4.664 perpustakaan umum, perpustakaan sekolah/madrasah sebanyak 23.332 unit, perpustakaan khusus sebanyak 377, dan perpustakaan perguruan tinggi sebanyak 251 unit.

"Jumlah ini masih jauh dari cukup, karena kita butuh minimal sekitar enam juta buku. Kita bisa berimajinasi dengan berkelana menggunakan buku. Dalam banyak sesi seminar, saya sering kasih buku. Dengan membaca dapat meningkatkan kepekaan terhadap lingkungan sekitar. Minat baca yang tinggi bisa merangsang untuk menjadi pribadi-pribadi yang kritis," paparnya.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Perpustakaan Nasional, Muhammad Syarif Bando juga sudah berkali-kalin membantah temuan bahwa minat baca masyarakat Indonesia yang rendah. Karena orang Indonesia tak malas membaca.

"Hanya saja ketersediaan buku yang masih kurang. Juga ditambah dengan keterlibatan para kepala daerah yang belum menjadikan literasi sebagai prioritas utama dalam belanja daerah," tambahnya.

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x