Menyedihkan! Gadis Berusia 7 Tahun Tewas Bersama Ayahnya Ditembak Militer Myanmar

- 24 Maret 2021, 16:45 WIB
Polisi Myanmar bentrok dengan para demonstran di kota Yangon.
Polisi Myanmar bentrok dengan para demonstran di kota Yangon. /Dok.Reuters/

GALAMEDIA - Demonstrasi yang terjadi di Myanmar hingga kini tidak memperlihatkan ke arah yang lebih baik. Bahkan semakin banyak korban jiwa yang direnggut dari demonstrasi ini.

Kini demonstrasi tersebut menelan korban jiwa lagi. Korban ini merupakan korban termuda yang tewas dalam tindakan keras Junta setelah kudeta militer Myanmar.

Seorang anak perempuan berusia tujuh tahun tewas di rumahnya ketika aparat keamanan melepaskan tembakan di kota Mandalay Myanmar.

Baca Juga: Dunia Hiburan Berduka, Aktor Asal Amerika George Segal Meninggal Dunia di Usia 87 Tahun

Dikutip Galamedia dari The Guardian, staf di layanan pemakaman Mandalay mengatakan anak malang itu tewas meninggal karena luka tembak pada Selasa, 23 Maret 2021.

Pihak keluarga menuturkan bahwa tentara pada awalnya menembaki ayahnya, kemudian tentara-tentara itu juga memukul gadis kecil yang duduk di pangkuan di dalam rumah mereka.

Junta Myanmar yang berkuasa menuduh demonstran pro-demokrasi melakukan pembakaran dan kekerasan selama minggu-minggu, dan mengatakan akan menggunakan kekuatan sesedikit mungkin untuk memadamkan demonstrasi setiap harinya.

Baca Juga: Link Streaming dan Sinopsis Ikatan Cinta 24 Maret 2021: Al Sesali Perbuatannya, Andin Peluk Erat Suaminya

Juru Bicara Junta, Zaw Min Tun mengatakan sudah 164 demonstran yang tewas secara total dan dia menyatakan kesedihan atas kematian tersebut.

Jumlah itu berbeda dari aktivis yang melaporkan sedikitnya 261 orang tewas dalam tindakan keras aparat keamanan Myanmar.

"Mereka juga warga negara kami," kata Zaw Min Tun pada konferensi pers di ibu kota Naypyidaw, sehari setelah Uni Eropa dan Amerika Serikat memberlakukan sanksi.

Junta menghadapi kecaman internasional karena melakukan kudeta yang menghentikan transisi lambat Myanmar menuju demokrasi dan karena penindasan mematikan terhadap protes yang mengikutinya.

Zaw Min Tun dari junta menyalahkan pertumpahan darah pada para demonstran dan mengatakan sembilan anggota pasukan keamanan juga tewas.

Baca Juga: Di Tengah Pandemi, Penerimaan Pajak Ditarget Naik Rp 159,6 Triliun

Aung San Suu Kyi merupakan pemenang Hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 1991 atas kampanyenya untuk membawa pemerintahan sipil yang demokratis ke Myanmar.

Kini Aung San Suu Kyi ditahan sejak kudeta dan menghadapi tuduhan melakukan kecurangan dalam pemilu.

Pada Senin, 22 Maret 2021, Uni Eropa dan Amerika Serikat memberlakukan sanksi kepada rakyatnya yang terlibat dalam kudeta dan penindasan terhadap para demonstran.

Sebelas orang yang menjadi target Uni Eropa termasuk Jenderal Min Aung Hlaing, panglima tertinggi militer dan sekarang kepala junta. Washington juga memberikan sanksi kepada Min Aung Hlaing.***

Editor: Lucky M. Lukman


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x