“Lalu timbul headline bahwa ‘oh iya kita menyimpulkan bahwa ada kelompok radikal’,” tuturnya.
Baca Juga: Gawat, Kabupaten Subang Krisis Kepala Sekolah Dasar Mencapai 216 Orang
Lebih lanjut, dia pun menuturkan bahwa sematan radikal yang dilakukan pemerintah tidak disebutkan secara detail untuk menunjuk hidung kelompok yang dimaksud.
Baginya, terdapat kemungkinan dua kelompok yang disebut radikal, bisa jadi berasal dari pemerintah yang memang sengaja dipelihara.
“Tapi nggak mau diterangkan kan kelompok radikal yang mana? Yang dipelihara oleh rezim? Yang memang benar-benar berasal dari keyakinan absolut fanatik? Yang mana?,” kata pria berusia 62 tahun tersebut.
Kesengajaan pemerintah yang tidak menyebutkan istilah radikal membuat masyarakat menyangka bahwa radikal akhirnya identik dengan Islam.
Baca Juga: Isu Terorisme, ISIS Dijadikan Alat oleh Amerika Serikat untuk Mengusai Suriah
“Tapi karena nggak diterangkan, maka timbul headline dalam pikiran rakyat bahwa yang disebut radikal itu adalah para oposan muslim tuh,” ujar Rocky.
Dia pun menyindir soal para pejabat Istana Presiden tidak akan disebut radikal, melainkan hanya moderat.
“Seolah-olah muslim Istana itu yang moderat, baik-baik, di luar itu yang bandel-bandel yang radikal. Itu udah jadi cover pikiran publik begitu,” pungkasnya.***