Aspikom Jabar Gelar Webinar: Tantangan Profesi Komunikasi Kian Berat

- 27 April 2021, 13:57 WIB
Webinar Aspikom Jabar
Webinar Aspikom Jabar /Aspikom Jabar



GALAMEDIA - Teknologi Informasi saat ini telah membuka kebebasan luas kepada semua orang untuk memperoleh informasi serta berekspresi.

Sekaligus menantang tatanan yang ada selama ini. Setiap orang awam pun pada era medsos ini bisa berperilaku sebagai pakar dan seorang pakar bisa dinilai sebagai awam.

Isu tersebut mengemuka dalam diskusi ke-2 Dewan Pakar Aspikom (Asosiasi Perguruan Tinggi Ilmu Komunikasi) Korwil Jawa Barat yang berlangsung secara virtual, Selasa 27 April 2021.

Tampil dalam diskusi dewan pakar Aspikom Jabar ini, Suwandi Sumartias (Unpad), Alex Sobur (Unisba), Firsan Nova (Konsultan Humas) dan Muhammad Zulham (Ketua Aspikom Pusat).

Baca Juga: Bocoran Buku Harian Seorang Istri 27 April 2021: Gawat! Bu Farah Paksa Nana Pergi dari Kediaman Buana

Diskusi dipandu oleh Maylanny Christin. Sedangkan ketua Aspikom Korwil Jabar Ani Yuningsih tampil sebagai pembicara kunci.
 
Pada webinar yang bertajuk “Tantangan Profesi Komunikasi dan Pengelola Media di Masa Pandemi” ini, Ani Yuningsih mengatakan, teknologi informasi yang berkembang pesat saat ini, juga menantang perguruan tinggi komunikasi untuk mengonstruksi ulang kurikulum pendidikannya karena selain adanya peluang tetapi juga tantangan dan ancaman.

Sedangkan Anggota dewan pakar Aspikom Jabar Suwandi Sumartias MSi menegaskan, kemajuan teknologi informasi dan komunikasi saat ini ternyata tidak membangun peradaban baru, malah telah menghancurkan.

"Khusus di Indonesia, teknologi informasi malah menyebabkan kegagalan komunikasi, karena konflik sosial, berita bohong, ujaran kebencian makin marak," katanya.

Baca Juga: Naik 38 Persen, Sektor Manufaktur Realisasikan Investasi Hingga Rp 88 Triliun  

"Belum lagi reputasi elit politik yang makin buruk, hilangnya moral para pengelola media, serta aparatur pemerintah yang masih belum berkomunikasi dengan jujur."

"Contoh terakhir adalah keputusan larangan mudik yang tidak berbasis budaya,” papar Suwandi.

Anggota dewan pakar yang lain, Alex Sobur menyebut, gejala adanya sikap tidak empatik sebagian pengguna media sosial terhadap musibah kapal selam TNI belum lama ini, menunjukkan kegagalan komunikasi itu.

Menurutnya, media Sosial menjadi hantu yang menakutkan, bukan hanya di Indonesia tetapi juga hampir di seluruh pelosok dunia.

Baca Juga: Awal Tahun 2021 bank bjb Langsung Ngegas, Raup Laba Bersih Rp481 Miliar di Triwulan Pertama

“Jangankan sebuah pernyataan, satu kata saja bisa dikomentari beragam opini oleh netizen,” katanya.

Pengaruh media sosial ini pun sangat besar, Firsan Nova malah menyebutkan Netizen menjadi kekuatan ke-4 dalam urusan masalah hukum setelah TNI, Polisi dan KPK.

Diskusi pakar Aspikom Jawa Barat diselenggarakan untuk memberikan pandangan pakar dalam komunikasi aktual di Indonesia ini, diikuti lebih 100 orang peserta dari seluruh Indonesia.

Ilmu Komunikasi, menurut Muhamad Zulham saat ini menghadapi dua masalah utama, yakni disrupsi ontologis dan inkonsistensi ekspertis.

Baca Juga: Resmikan Petani Ikan Milenial, Gubernur Ridwan Kamil : Program Petani Milenial Terus Berkembang 

Disrupsi ontologis ini menyangkut budaya konvergensi dan integrasi kelimuan.

Sedangkan inkonsistensi ekspertis menyangkut adanya budaya instan dan prioritas kemasan serta masih adanya sejumlah kebijakan yang ketinggalan zaman.***

Editor: Brilliant Awal


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x