Ingat! Jabar Siaga 1 Covid-19 Lho, Jangan Lupakan Prokes

- 1 Juni 2021, 11:53 WIB
Seorang warga melintas di depan baligo himbauan penggunaan masker di Jalan Soekarno-Hatta, Kota Bandung. Warga diimbau meningkatkan penerapan prokes di tengah status Siaga 1 Covid-19 di Jabar.
Seorang warga melintas di depan baligo himbauan penggunaan masker di Jalan Soekarno-Hatta, Kota Bandung. Warga diimbau meningkatkan penerapan prokes di tengah status Siaga 1 Covid-19 di Jabar. /Arif Hidayah/Pikiran Rakyat

GALAMEDIA - "Alhamdulillah kita mah masih bisa mudik. Memang ada penyekatan, tapi tetap aja bisa lolos. Petugas juga manusia lah," kata seorang rekan sepekan setelah Idul Fitri 1442 Hijriah.

Ya, dia bersama dengan keluarganya memilih untuk mudik ke kampung halaman di daerah timur Jawa Barat. Dari Bandung, mereka berangkat menggunakan mobil, dua hari menjelang lebaran.

Mereka kembali ke Bandung pada H+4 lebaran. Tak ada swab test, antigen atau tes Covid-19 yang ia dan keluarganya jalani. Namun secara fisik sampai hari ini, seorang rekan ini dan keluarganya masih tampak sehat-sehat.

Namun berbeda dengan fakta lain di Jawa Barat khususnya. Dua pekan setelah Idul Fitri 1442 berlalu, imbas dari aktivitas mudik yang dilakukan oleh sebagian orang mulai terasa.

Baca Juga: Alhamdulillah 3 Bansos Ini Cair Bulan Juni 2021, Untuk Mengeceknya Cukup dengan KTP Lho!

Angka kenaikan kasus pun mulai terlihat. Bahkan status sejumlah daerah di Jawa Barat juga ikut meningkat mendekati level bahaya.

Sebenarnya sudah sejak lama pemerintah mewanti-wanti masyarakat untuk tidak mudik. Menahan diri menghabiskan waktu lebaran di tanpa berkumpul dengan keluarga, sepertinya memang sulit dilakukan.

Nasi sudah menjadi bubur. Sekarang, tinggal bagaimana pemerintah dan masyarakat kembali mengubah angka yang terus meningkat itu bisa kembali turun.

Pangdam III/Siliwangi Mayjen TNI Nugroho Budi Wiryanto termasuk menjadi orang yang cukup prihatin dengan kondisi yang terjadi.

Apalagi disertai dengan adanya tiga kabupaten yang tingkat penyembuhannya cukup lama, diduga imbas dari libur lebaran.

Baca Juga: Viral! Atraksi Unik saat Resepsi Pernikahan, Mempelai Wanita Lakukan Debus

Pun dengan pengujian sample yang masih kurang dan untuk zona merah ada 52 desa/kelurahan yang ada di Jawa Barat.

Selain itu, untuk kedisiplinan dalam melakukan protokol kesehatan (prokes) cukup menurun. Nugroho tak lupa kembali mengingatkan masyarakat untuk selalu menerapkan prokes dalam setiap aktivitasnya.

Ia mengimbau masyarakat Jawa Barat untuk mengingat bahwa saat ini status Siaga 1 Covid-19 sudah diterapkan. Mau tidak mau, suka tidak suka, masyarakat jangan sampai melupakan prokes.

"Para Dandim, lakukan koordinasi dengan instansi terkait dan jangan bosan untuk memberikan sosialisasi tentang pentingnya prokes. Karena dengan menerapkan prokes bisa mencegah penularan Covid- 19," pesannya usai Rapat Virtual Komite Kebijaksanaan Penanganan Covid-19 wilayah Jabar di Ruang Siliwangi Makodam III/Siliwangi, Jalan Aceh No. 69 Kota Bandung Jawa Barat, Senin, 31 Mei 2021.

Gubernur Jabar Ridwan Kamil ikut bersuara menyikapi kondisi tersebut. Siaga 1 disebut Kang Emil, sudah diterapkan.

Kebijakan diambil karena saat ini ada kenaikan diakhir pekan bulan Mei yakni kenaikan hingga 8 persen.

Baca Juga: UAH Lapor Polisi Terkait Penggelapan Donasi Palestina, Aktivis NU: Itu Keterlaluan dan Baper

Kang Emil mengiyakan bahwa kenaikan tersebut dikarenakan imbas dari libur dan mudik yang bocor meskipun sudah diupayakan.

Ia pun meminta masyarakat, semua pihak terkait untuk menjadikan hal itu sebagai sebuah pembelajaran.

"Ada tiga Kabupaten kasus Covid-19 selalu tinggi dan sembuhnya selalu rendah. Yaitu Kabupaten Cianjur, Bogor, dan Kabupaten Garut," ujarnya.

Dengan demikian, untuk Tim Satgas Covid- 19 yang ada di wilayah Kabupaten Cianjur, Bogor, dan Kabupaten Garut, agar memperhatikan, kenapa kasusnya begitu tinggi dan kesembuhan begitu rendah.

"Untuk segera dievaluasi apakah penularan kurang terantisipasi atau obat kurang maksimal, sehingga penyembuhan kasus penyembuhannya cukup lama," katanya.

Gubernur juga menyampaikan ada beberapa daerah yang masih rendah dalam melaksanakan vaksinasi yaitu Kabupaten Sukabumi, Kuningan, dan Kabupaten Indramayu.

"Untuk wilayah tersebut masih kurang maksimal menurut jumlah vaksinasi yang sudah ditargetkan," katanya.

Baca Juga: Abdee Slank jadi Komisaris Telkom, Ali Syarief Akui Heran pada Jokowi: Relawan Kok Jadi Beban Negara?

Masyarakat di Jabar cukup merespons peningkatan status itu. Siaga 1 dinilai sebagai warning agar pola hidup lebih bersih. Penerapan prokes pun jangan sampai ditingggalkan.

Hardian, seorang warga Cianjur yang baru-baru ini sempat terpapar virus corona menyebut jika virus tersebut sudah tak mengenal wilayah geografis.

Ia yang sempat mudik lebaran ke kampung halaman bareng keluarganya, akhirnya terpapar saat pulang. Isolasi pun terpaksa mereka lakukan. Beruntung, saat ini kondisinya sudah membaik.

"Ternyata virus corona itu nyata, ada. Dan memang sudah tak mengenal kota atau kampung. Kami saja yang pulang dari kampung bisa kena (positif) juga," terangnya.

Penerapan prokes, minimal dengan selalu mengenakan masker, ujar Hardian, menjadi cara yang ampuh untuk menangkap serangan virus corona.

"Jangan sampai lupakan masker. Pokoknya prokes 5M itu harus benar-benar dijalankan. Jangan mentang-mentang sudah divaksin juga, pakai masker mah tetap harus," imbaunya.

Berbeda dengan yang disampaikan Evi, warga Bogor. Bagi ia dan keluarga, penggunaan masker dalam penerapan prokes memang menjadi hal mutlak.

Baca Juga: Prakerja Gelombang 17 Segera Dibuka, Bisa Dapat Bantuan Rp 3,55 Juta! Berikut Syarat dan Tips Agar Lolos

Evi dan keluarga menggunakan masker bukan hanya saat ke luar rumah, tapi juga di dalam rumah. Hanya saja ia menyayangkan tetangganya kini mulai banyak yang tak menggunakan masker.

Padahal wilayahnya bisa disebut sebagai daerah zona merah. "Tapi minimal kita sekeluarga masih tetap menerapkan prokes. Masker yang paling utama. Kalau tetangga memang mulai banyak yang ga pakai, ngeri juga," katanya.

Masker ganda
Penggunaan masker di era pandemi Covid-19 memang mutlak. Apalagi bagi mereka yang beraktivitas di luar rumah.

Masker merupakan bagian dari rangkaian komprehensif langkah pencegahan dan pengendalian terhadap penyebaran virus corona atau Covid-19.

Beberapa waktu lalu, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat bahkan sempat memperbarui pedoman masker mereka untuk mendukung penyamaran ganda.

Gagasan memakai dua masker yang berlapis di atas satu sama lain lebih baik memastikan perlindungan terhadap Covid-19.

Baca Juga: 5 Pria Tertampan di Dunia, Jung Kook dan V BTS Kalah oleh YouTuber Ini!

Akan tetapi, CDC membuat beberapa ketentuan dalam pedoman terbaru mereka. Dalam hal melapisi masker, ada beberapa jenis masker yang tidak boleh digunakan, seperti melapisi dua masker sekali pakai.

CDC secara eksplisit mengatakan tidak boleh menggunakan dua masker sekali pakai. Mengapa? Itu sebenarnya tidak akan membantu melindungi Anda lebih banyak.

Dilansir Galamedia dari Best Life, masker sekali pakai tidak dirancang agar pas dan memakai lebih dari satu tidak akan meningkatkan kesesuaian.

Agar masker pas, masker harus diletakkan di atas hidung, di bawah dagu, dan di pipi tanpa celah.

Akan Tetapi, Anda bisa menggunakan masker sekali pakai untuk melapisi dengan jenis masker lain. CDC merekomendasikan orang menggunakan masker ganda dengan mengenakan satu masker sekali pakai di bawah masker kain.

Saat melakukan ini, masker kedua harus mendorong tepi masker bagian dalam ke wajah Anda. Penelitian sebelumnya telah mendukung urutan pelapisan khusus ini juga.

Baca Juga: Terungkap! Ini Alasan Zidane Tinggalkan Real Madrid: Saya Punya Emosi, Itu Menyakiti Saya

Sebuah studi pada 21 Januari yang diterbitkan dalam Jurnal Cell mengatakan bahwa orang harus mengenakan masker kain dengan rapat di atas masker bedah di mana masker bedah berfungsi sebagai filter, dan masker kain memberikan lapisan filtrasi tambahan sambil meningkatkan kesesuaian

Selama kedua masker ini pas, para peneliti menemukan bahwa ini dapat menghentikan penyebaran virus corona dengan kemanjuran lebih dari 90 persen.

Pada saat yang sama, para peneliti mengklarifikasi bahwa membalik urutan masker ini dapat mengubah kesesuaian dan membuatnya kurang efektif.

CDC juga memperingatkan agar tidak melakukan penutupan ganda dengan masker KN95. Ada beberapa alasan mengapa tidak boleh menggunakan masker KN95 saat melakukan penutupan ganda.

Paul Hickey, presiden PuraVita Medical, sebuah staf perusahaan yang memproduksi masker KN95, mengatakan bahwa melapisi masker KN95 bisa berbahaya.

"Masker KN95 didesain sebagai alat pernapasan dan respirator dirancang untuk membuat segel kedap udara di sekitar wajah sehingga Anda hanya menghirup udara yang masuk melalui bahan respirator dan udara yang Anda hirup hanya melewati bahan respirator," katanya.

"Oleh karena itu, jika Anda melapisi dua lapis respirator KN95 atau sebuah respirator N95 Anda akan kesulitan bernapas sehingga bisa berbahaya. Respirator dirancang hanya untuk satu lapisan dan tidak bertumpuk ganda," sambungnya.***

Editor: Lucky M. Lukman


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah