“Hitungan yang mengandung nilai kearifan lokal, syarat dengan nilai dan falsafah ini penting dalam upaya menguatkan jati diri bangsa yang memiliki sejarah panjang dan berkebuyaan tinggi yang diwariskan nenek moyang kita,” ungkapnya.
Lebih lanjut ia mengatakan, masyarakat dan Pemkot Cimahi tuntunya punya visi dan misi pembangunan ke depan lebih gemilang bahkan melakukan adaptasi dengan peradaban baru.
Seperti halnya sekarang masuk pada era Industri 4.0, tidak bisa mengelak masuk pada peradaban digitalisasi.
“Namun demikian kita tidak boleh terlena dengan sagala yang serba kekinian. Hasil budi dan daya lokal masa lalu yang sangat bernilai harus tetap di jaga, dilestarikan dan diwarikan pada generasi selanjutnya. Sehingga bangsa kita tetap memiliki identitas kebangsaannya,” tandasnta.
Menurutnya, sebagai orang Cimahi dan lebih luasnya sebagai anak bangsa Indonesia patut mencontoh pada Jepang atau Cina.
Walau negara itu terus melaju dengan paradaban barunya, namun tidak melapaskan identitas lamanya. Cina menjadi negara raksasa dibidang industri masa kini, namun budaya lokal masa lalunya masih melekat dalam gerak langkahnya.
“Membuat Candrasangkala Kota Cimahi menjadi hal wajar dan penting jika kita punya niat menjujung kearifan lokal yang dimiliki. Sebuah upaya menunjukan identitas diri diperadapan industri 4.0. Caranya bagai mana? Tentu saja banyak ahli budaya kita yang paham tentang itu. Pemangku kebijakan bisa mengajak duduk bersama para budayawan Kota Cimahi dan Jawa Barat dalam merumuskan Candarasangkala Kota Cimahi,” pungkas ketua DKKC.***