SEJARAH KELAM G30S PKI: Tudingan-tudingan Para Tokoh Nasional Hingga Banser Sempat Jadi Tertuduh

- 30 September 2021, 07:00 WIB
Ilustrasi. Barisan Serba Guna Nahdlatul Ulama (Banser NU).
Ilustrasi. Barisan Serba Guna Nahdlatul Ulama (Banser NU). /ANTARA

GALAMEDIA - Hari Ini tepat pada tanggal 30 September 2021. 56 tahun lalu terjadi sebuah kudeta yang dilakukan Partai Komunis Indonesia (PKI).

PKI dengan terang-terangan menculik dan membunuh 6 orang jenderal dan seorang perwira TNI AD. Aksi kudeta ini dinamakan Gerakan 30 September PKI atau biasa disebut G30S PKI.

Isu kebangkitan PKI hingga hari ini masih mengut seperti juga di tahun-tahun sebelumnya.

Kali ini isu tersebut kembali menguar setelah Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo mengatakan TNI kini telah berhasil disusupi PKI yang sebenarnya telah tumpas berpuluh tahun silam.

Ia menyatakan hal tersebut berdasarkan fakta diorama yang terletak di Museum Dharma Bhakti Kostrad Jakarta dibongkar.

Baca Juga: Mengejutkan! Megawati Soekarnoputri Sepakat dengan Pernyataan Presiden Kedua RI Soeharto

Diorama yang sedang diperbincangkan ini mengabadikan penumpasan G30S-PKI di Museum Dharma Bhakti Kostrad Jakarta.

Adegan dalam diorama tersebut menggambarkan Mayjen purnawirawan Sarwo Edhie, kemudian Soeharto, dan juga Jenderal AH Nasution.

Gatot mengatakan, pembongkaran patung ini merupakan aksi keji neo-PKI yang hendak menghapus sejarah.

Ia juga sempat menjelaskan, peristiwa ini merupakan tanda-tanda bangkitnya PKI dari dalam kubur.

Namun tudingan Gatot itu ditampik keras oleh Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad). Letjen TNI mengatakan Dudung Abdurachman mengatakan tuduhan Gatot tadi terhadap TNI AD sangatlah keji.

Ia menjelaskan, ide pembongkaran bukanlah ide dari Kostrad melainkan dari Letnan Jenderal TNI (Purn) Azmyn Yusri Nasution.

Azmyn sendiri merupakan orang yang dahulu menggagas pembuatan patung tersebut kala ia menjabat sebagai Pangkostrad periode 2011-2012. Namun belakangan, Azmyn meminta patung tersebut dibongkar lagi karena bertentangan dengan keyakinan agamanya.

Sebelum kasus tersebut, Gatot Nurmantyo pernah mengatakan bahwa dia sudah mengendus kelompok-kelompok yang terindikasi berideologi komunis bermunculan sejak 2008.

Bahkan ia merasa pencopotannya sebagai panglima TNI adalah karena perintahnya pada jajaran TNI untuk memutar secara serentak film Pengkhianatan G30S PKI.

Isu kebangkitan PKI ini mulai riuh sejak pemilihan presiden tahun 2014. Pernyataan beberapa tokoh nasional baru-baru ini mungkin dapat mewakili.

Profesor Din Syamsuddin meyakini bahwa kebangkitan PKI bukan lagi menjadi issue, karena mereka sudah benar-benar bangkit. Indikasinya adalah antara lain; upaya-upaya pelemahan Pancasila dengan RUU HIP, munculnya orang-orang seperti Ribka Ciptaning yang tanpa ragu muncul dan menyatakan bangga menjadi anak PKI, banjirnya tenaga kerja China ke Indonesia, penyerangan para ulama dan ustadz, perusakan masjid, dan lain-lain.

Baca Juga: Ancam Buat Video 'Presiden Pembohong', Deddy Corbuzier Dijanjikan Menjabat Menpora

Sebelumnya kita juga mendengar Letjend (purn) Kivlan Zein meyakini bahwa kelompok PKI sudah siap bangkit dan angkat senjata.

Dia menerima informasi intelejen bahwa struktur nasional PKI sudah terbentuk dengan anggota 15 juta orang. Pemimpinnya bernama Wahyu Setiaji.

Selain itu, banyak tokoh agama juga yang mengendus bahaya kebangkitan ini. Misalnya Ustadz Alfian Tanjung yang sangat berani menyebut nama atau pihak yang disinyalir menjadi tokoh atau sarang PKI. Bahkan menuding ada PKI di Istana.

Tahun lalu, Ustadz Alfian Tanjung meminta maaf kepada GP Ansor dan Banser karena telah menyebut mereka adalah anak cucu PKI.

Pada saat itu Sekjen GP Ansor Adung Abdul Rochman menyatakan baik Alfian Tanjung maupun Ansor disatukan oleh satu pandangan keagamaan yang sama dan kebangsaan yang sama.

Adung lalu menuturkan NU sampai sekarang ini masih mewaspadai bahaya laten PKI, salah satu buktinya dengan terus dilantunkannya selawat badar dalam berbagai kesempatan.

"Selawat badar diciptakan untuk membentengi dan mewaspadai kader-kader NU, Ansor, dan Banser dalam melawan PKI waktu itu. Sampai sekarang masih kami nyanyikan. Artinya, dalam bawah sadar kami tetap dalam situasi masih mewaspadai (PKI)," ujar Adung saat itu.

Komandan Densus 99 Banser NU, Muhammad Nuruzzaman menilai aneh, ketika saat ini ada pihak-pihak yang memainkan isu PKI.

Dia menjelaskan, justru Banser NU yang pantas memainkan isu PKI, sebab mereka dahulunya terlibat dalam ‘perang’ melawan PKI di tahun 1960-an.

Jika benar PKI sudah siap bangkit atau jelmaannya dalam nama lain tapi berideologi Marxis, tentu ini menjadi persoalan bangsa yang sangat serius.

Bukan hanya soal eksistensi Pancasila dan persatuan nasional, lebih dari itu, secara fundamental juga menjadi persoalan keagamaan (Islam). Mengancam kehidupan beragama di Indonesia.

Tetapi, selain kekhawatiran itu, ada pihak lain yang memiliki perspektif yang berbeda. Misalnya Profesor Salim Said, seorang pakar sejarah nasional.

Tentang kebangkitan PKI atau komunisme ini, Prof. Salim meyakini bahwa ideologi komunis sudah bangkrut dan tidak akan bangkit kembali. Karena menurutnya, ideologi ini tidak mampu menjawab tantangan zaman.

Sejarahnya tidak pernah berhasil mewujudkan apa yang dicita-citakan.

Soviet sebagai kekuatan utama komunisme internasional sudah hancur. PKI sebagai kekuatan ketiga bahkan sudah duluan remuk. Sedangkan China yang sampai saat secara de jure masih eksis dengan Partai Komunis China-nya sudah bertransformasi menjadi wajah lain.

China sudah menjadi negara kapitalistik. Xi Jin Ping secara satire berkilah; ‘tidak penting kucing berwarna hitam atau putih, yang penting mampu menangkap tikus’.

Prof Salim melanjutkan, memang tidak dipungkiri bahwa anak-anak tokoh atau anggota PKI saat ini tidak sedikit. Dan banyak di antara mereka duduk di posisi-posisi penting pemerintahan.

Tetapi Prof. Salim tetap yakin bahwa itu tidak bisa dijadikan instrumen pra kondisi bangkitnya PKI. Jika pun ada usaha-usaha dari anak-anak PKI itu, lebih sebagai upaya membalas dendam kepada orang-orang atau kelompok atau pihak yang paling bertanggung jawab atas pembunuhan karakter orang-orang tua mereka. Tidak lebih.

Selain Prof. Salim, ada juga Pak Suripto, pengamat intelejen. Meskipun Pak Ripto meyakini ada upaya sistematis untuk bangkitnya PKI, tetapi dia juga melihat ada kepentingan besar yang berusaha untuk selalu membuat Indonesia panas.

Yaitu membentur-benturkan berbagai kepentingan yang begitu terpolarisasi dengan cara menciptakan issue. Misalnya dengan penyerangan ulama dan ustadz.

Upaya ini secara jelas membuat bangsa Indonesia tidak pernah tenang dalam usahanya mewujudkan persatuan nasional, keadilan sosial dan kesejahteraan rakyat.

Baca Juga: Patung Diorama Raib di Markas Kostrad, Said Aqil Dukung Pendirian Patung Bung Karno: Bawa Aura Kemajuan

Rasanya apa yang dikemukakan oleh Prof. Salim Said dan Pak Suripto ada benarnya. Komunisme, apalagi PKI akan sangat sulit (kalau bukan tidak mungkin) untuk bangkit kembali.

Selain secara de jure Tap MPRS tentang pelarangan PKI beserta ideologinya yang masih berlaku, secara de facto masyarakat Indonesia sudah sangat trauma dengan apa yang dialami di masa-masa revolusi kemerdekaan, demokrasi terpimpin, dan masa peralihan orde lama ke orde baru.

Keberadaan PKI pada masa-masa itu yang sangat rajin melakukan agitasi dan propaganda betul-betul memecah belah bangsa Indonesia.

Mungkin benar ada orang atau kelompok yang sangat gigih mengupayakan kebangkitan PKI sambil melakukan berbagai manuver dan menciptakan kegaduhan, tetapi respon rakyat, khususnya umat Islam menjadi penting.

Reaksi yang ditunjukan oleh Ust. Alfian Tanjung, Mayjen Kivlan Zen dan banyak lagi pihak lain meskipun mungkin sebagian benar, namun tidak pernah bisa membuktikan.

Selain itu, dengan menuding kelompok atau orang tertentu sebagai pihak yang dikategorikan sebagai PKI atau komunis akan merusak ukhuwah itu sendiri.

Terkait kebangkitan PKI ini, tidak sedikit juga pihak yang menganggap bahwa ada pihak-pihak yang berkepentingan dan menunggangi isu ini. Tentu untuk kepentingan mereka sendiri.

Bagaimana pun juga, semoga PKI tak pernah bangkit lagi di bumi pertiwi ini.***

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x