Dewan HAM PBB Ungkap Real-life Squid Game China, Organ Manusia Diambil Paksa Dunia Tak Berdaya Menghentikannya

- 2 November 2021, 12:35 WIB
Ilustrasi bendera China.*/(shutterstock)
Ilustrasi bendera China.*/(shutterstock) /

GALAMEDIA - Sejak pertama kali ditayangkan Netflix bulan lalu, serial horor Korea Selatan Squid Game memikat penonton di lebih dari 90 negara.

Dalam waktu singkat Squid Game menjadi tayangan internasional yang paling banyak ditonton sepanjang sejarah platform streaming mana pun.

Penonton dibuat terpukau oleh plot thriller dystopian-nya yang berdarah-darah dan mengharuskan para pemain bertarung sampai mati demi uang.

Baca Juga: Derita Kanker Prostat SBY Bakal Berobat ke Luar Negeri, Warganet Kirim Doa

Dan sementara drama Asia ini jelas-jelas fiktif dengan kritik tajam mengarah pada tim produksinya, salah satu plotnya di mana organ-organ manusia diambil paksa untuk dijual, ternyata menjadi praktik yang telah lama berlangsung. Tepatnya di Negeri Tirai Bambu.

Dikutip Galamedia dari DailyMail belum lama ini,  Partai Komunis China telah mengambil paksa organ dalam manusia seperti hati, ginjal, hati, dan kornea mata dari 100.000 pembangkang dan tahanan politik setiap tahunnya.

Ini dilakukan sebagai bagian dari operasi perdagangan organ dengan prinsip “kill to order” atau “bunuh sesuai pesanan” yang dijalankan pemerintah dalam skala besar. Demikian klaim kelompok hak asasi manusia.

Baca Juga: Congratulation Lisa Menggema di Twitter, Lagu Money di Posisi 90 Hot 100 Pekan Ini

Komunitas internasional sendiri tak berdaya menghentikan pembantaian tersebut. Selama ini Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) menerima begitu saja data rumah sakit dari China meski tidak memadai atau bahkan menyesatkan.

Hanya seminggu sebelum Netflix merilis Squid Game, Beijing membantah keras tudingan  program pengambilan organ yang disponsori negara.

Kantor Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia PBB mengatakan, China menyasar warga dengan etnis, bahasa atau agama minoritas tertentu yang ditahan demi meraup triliunan uang setiap tahunnya.

Baca Juga: Jantung Bermasalah, Sergio Aguero Absen Selama 3 Bulan

Sembilan ahli  khusus PBB dari Dewan Hak Asasi Manusia menghabiskan lebih dari satu tahun untuk menggali kesaksian sejumlah saksi dan memeriksa tingkat donor organ China yang sangat mencurigakan untuk mengungkap praktik  kill to order yang menakutkan.

“Para ahli hak asasi manusia PBB mengatakan mereka sangat terkejut dengan laporan dugaan pengambilan organ yang menargetkan kaum minoritas, termasuk praktisi Falun Gong, Uighur, Tibet, muslim dan kristen, yang ditahan di China,” ungkap laporan dimaksud.

“Mereka menerima informasi yang dapat dipercaya bahwa para tahanan... kemungkinan secara paksa menjalani tes darah dan pemeriksaan organ seperti ultrasound dan rontgen tanpa persetujuan, sedangkan narapidana lainnya tidak diharuskan menjalani pemeriksaan tersebut.”

Baca Juga: Putra Bungsunya Ulang Tahun, Yuni Shara Bagikan Momen Dinner dan Potret Bareng Mantan Suami di Ultah Cello

“Hasil pemeriksaan dilaporkan terdaftar dalam database sumber organ hidup yang memfasilitasi alokasi organ.”

Organ yang paling umum diambil dari para tahanan adalah jantung, ginjal, hati, kornea mata dan hati.

Laporan juga mengungkap perdagangan ini sangat bergantung pada pekerja kesehatan dengan keterampilan tinggi yang disumpah untuk melindungi pasien.

Mereka terdiri atas ahli bedah, ahli anestesi dan spesialis medis lainnya. Ada juga partisipasi dari kalangan profesional sektor publik.

Baca Juga: Jelang Persela vs Persib, Robert Alberts Siapkan Pengganti Supardi dan Esteban Vizcarra

“Beberapa tahanan menerima ancaman pembunuhan dan ancaman pengambilan organ dari polisi, jika mereka tidak berganti keyakinan atau menolak bekerja sama dengan polisi.”

Salah satu hal yang sangat mencurigakan sekaligus mengerikan adalah sistem transplantasi organ China yang membuat penerima dapat memesan operasi kapan pun dengan waktu dan lokasi sesuai keinginan.

Dalam sistem medis lain hal ini tidak mungkin karena ahli bedah tidak dapat memprediksi kapan pendonor meninggal sebelum organ yang didonorkan dialokasikan pada yang membutuhkan sesuai prioritas.

Baca Juga: Kehilangan Beberapa Pemain Jelang Lawan Persela, Robert Alberts Sudah Siapkan Pengganti

Sesuai etika manual proses transplantasi yang disetujui  WHO, organ pendonor yang telah meninggal akan dicocokkan dengan pasien paling mendesak dalam daftar berdasar radius yang ditentukan.

Bagi banyak orang, butuh waktu bertahun-tahun untuk menerima operasi transplantasi karena penerima pun harus memiliki golongan darah yang sama dengan pendonor serta memiliki ukuran organ yang sama.

Panggilan telepon rahasia yang dilakukan ke rumah sakit sebagai bagian dari sidang independen China Tribunal pada tahun 2019 menunjukkan seberapa cepat pasien transplantasi di China dapat menjalani operasi di bawah sistem kill to order.

Baca Juga: Kejar Target dan Dukung PTM dengan Gencarkan Vaksinasi Pelajar, Ketua BEM: Kami Ingin Hadir Sebagai Solusi

Dalam satu kutipan, Dr. Feng Zhendong dari rumah sakit militer Provinsi Shandong memberitahu penyelidik melalui telepon bagaimana melimpahnya organ yang tiba setiap bulan.

Meskipun perdagangan organ yang disponsori negara di China telah didokumentasikan dengan baik dalam beberapa dekade terakhir, sedikit yang dapat dilakukan komunitas internasional untuk menghentikannya.

Beijing dinilai mampu menutupi pelanggaran hak asasi manusia dengan tidak melaporkan data transplantasi ke WHO. Organisasi Kesehatan Dunia “hanya” menerima statistik resmi negara-negara anggota.

Halaman:

Editor: Mia Fahrani

Sumber: dailymail


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x