Alpha, Beta, Delta, Omicron? WHO Dituding Takut Namai Virus Baru Sesuai Alfabet Greek karena Takut China Murka

- 29 November 2021, 08:30 WIB
Ilustrasi bendera China.*/(shutterstock)
Ilustrasi bendera China.*/(shutterstock) /

Baca Juga: Profil dan Biodata Ameer Azzikra, Adik Alvin Faiz Putra Ustaz Arifin Ilham yang Meninggal Dunia

The Times mengklaim WHO gagal untuk secara terbuka menantang misinformasi China, menunda menyatakan keadaan darurat internasional, dan mencegah negara-negara di dunia memberakukan larangan perjalanan dari China untuk alasan ekonomi.

Ada juga klaim para pejabat menyetujui kesepakatan diam-diam dengan China untuk mempermudah penyelidikan tentang asal-usul Covid-19.

Ini berarti menutup ruang para ilmuwan dalam membuktikan teori bahwa virus corona sebenarnya dipicu kecerobohan dari laboratorium Wuhan, bukan berasal dari hewan liar di pasar basah pada Desember 2019.

Baca Juga: Mengapa Omicron Begitu Menakutkan? Ini 7 Fakta Virus Baru Gabungan SEMUA Mutasi Terburuk Alpha, Beta dan Delta

Teori itu awalnya ditolak dan dikatakan 'sangat tidak mungkin' oleh WHO tetapi sekarang para ahli mengatakan kemungkinan ada faktor 'kesalahan manusia' di laboratorium Wuhan.

Inti dari klaim The Times adalah bahwa hubungan dekat antara kepemimpinan WHO dan China telah berdampak pada kemampuannya untuk mengonfrontasi Beijing soal munculnya virus.

China dikabarkan menggunakan pengaruh finansial atas negara-negara miskin untuk memasukkan sosok pilihannya untuk ditempatkan dengan peran kunci di WHO serta badan-badan lain yang diatur PBB.

Baca Juga: Kalah dari Arema FC, Bobotoh Sindir Persib Lewat Info Loker: Dicari Bek Tengah yang Berani Berkelahi

Kepala di antara para pengambil keputusan WHO adalah Tedros, yang merupakan teman lama China. T

edros mengunjungi Presiden Xi pada Januari 2020, dua bulan sebelum pandemi dimulai.

Antara tahun 2000 dan 2012, ada sekitar 130 proyek keuangan resmi Tiongkok di Zimbabwe, dengan beberapa di antaranya berjumlah triliunan untuk membangun bendungan pembangkit listrik tenaga air dan peralatan mesin pertanian.

Baca Juga: Innalillahi, Putra Mendiang Ustadz Arifin Ilham Meninggal Dunia, Alfin Faiz Ungkap Duka Mendalam

Profesor Richard Ebright dari America's Infectious Disease Society mengatakan kepada Times bahwa upaya China memiliki 'peran menentukan' dalam memengaruhi kegagalan badan PBB untuk bertindak.

"Tidak ada pembenaran ilmiah atau medis atau kebijakan apa pun untuk sikap yang diambil WHO pada Januari dan Februari 2020. Itu sepenuhnya didasarkan pada mempertahankan hubungan dengan pemerintah China," katanya.

“Melalui proses itu, WHO secara aktif melawan dan menghalangi upaya negara lain untuk menerapkan kontrol perbatasan yang efektif yang dapat membatasi penyebaran, atau bahkan menahan penyebaran wabah corona.”

Baca Juga: Kembali Gagal Ambil Alih Puncak Klasemen, Pelatih Persib Kecewa Berat Sebut Karakter Pemain Tak Kuat

Kabar deal antara Tedros dan China yang berkaitan dengan pemilihannya dan balasan dalam bentuk investasi, dibantah juru bicara PBB yang mengatakan, "Prioritas utama WHO adalah mengakhiri tahap akut pandemi Covid-19."

Mereka menambahkan, laporan The Sunday Times penuh dengan ketidakakuratan, hanya menyampaikan setengah kebenaran, pernyataan yang tidak berdasar, distorsi dan penghilangan informasi yang disengaja.

"Ada beberapa ulasan independen tentang respons global terhadap Covid-19, termasuk pekerjaan WHO, dan ulasan ini mencatat pekerjaan organisasi dan peringatan dini yang kami keluarkan.”

Baca Juga: PERSIB KALAH LAGI, Sesumbar Kudeta Bhayangkara FC Gagal Terwujud, Posisinya Direbut Arema FC

Ditegaskan kembali, prioritas utama WHO adalah mengakhiri pandemi.

Juga mendukung negara-negara untuk menerapkan tanggapan berbasis bukti yang komprehensif, berdasarkan penggunaan langkah-langkah kesehatan masyarakat yang konsisten dan penggunaan alat penyelamat jiwa yang adil termasuk vaksin.

“Khususnya, kami bekerja untuk memungkinkan semua negara memvaksinasi petugas kesehatan, orang tua dan kelompok rentan lainnya, pada saat 75 persen vaksinasi telah dilakukan hanya di 10 negara.”***

Halaman:

Editor: Mia Fahrani

Sumber: dailymail


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x