Selebihnya pohon glodokan, khaya, tanjung, saga, asem londo, beringin, ketapang dan trembesi. Seluruhnya berdiameter 45 cm atau lebih.
Observasi dilakukan dengan dua cara. Pemeriksaan visual guna melihat gejala deteriorasi pohon, dan pemeriksaan dengan piranti ultrasonik untuk mengecek kondisi batang utama pohon di ruas setinggi dada di atas tanah.
Hasil observasi visual menunjukkan, hanya 14 persen pohon yang tak menunjukkan gejala deteriorasi atau kemunduran fisik.
Selebihnya, yang 86 persen terlihat ada deteriorasi, yang berupa kanker batang (16 persen), gerowong (9,5 persen), perubahan warna daun (9,2 persen), keropos akibat serangan rayap (5,2 persen), dan sejumlah kerusakan-kerusakan lainnya, seperti luka yang membusuk dan mengeluarkan getah.
Kerusakan fisik itu terkonfirmasi oleh pemeriksaan dengan ultrasonik. Hanya ada 11,3 persen yang sehat, dan 32,5 persen menunjukkan gejala sakit.
Selebihnya mengalami deteriorasi ringan sampai sedang.
Arisfan Sopiansyah tak sampai meneliti penyebab banyak pohon yang sakit. Yang ia catat bahwa di antara sekian jenis tersebut, pohon angsana dan glodogan adalah yang paling menderita.
Baca Juga: Guzelim Ali Syakieb Kenakan One Set Baby Clothes Jutaan Rupiah, Trendi Abis!
Kedua jenis pohon itu gampang sakit bila ditanam sebagai pohon perindang jalan dan punya risiko lebih mudah tumbang oleh angin musim penghujan.