8 Tradisi Unik dan Penuh Makna di Hari Raya Imlek, Gong Xi Fa Cai!

- 21 Januari 2022, 11:31 WIB
imlek//pexel.com/Angela Roma
imlek//pexel.com/Angela Roma /

GALAMEDIA - Tanggal 1 bulan 1 satu penanggalan Imlek atau  Zhen Yue Chu Yi  dalam bahasa mandarin merupakan hari pertama dalam satu tahun dan dirayakan sebagai Imlek atau Chun Jie.

Sedangkan pada kalender masehi, Imlek akan dirayakan pada 1 Februari 2022. Sin Cia atau Imlek tidak jauh berbeda dengan tahun baru lainnya. Imlek adalah tahun baru Tionghoa.

Perayaan Imlek mulai dikenal sejak Dinasti Xia, yang kemudian menyebar ke penjuru dunia, termasuk Indonesia. Tradisi tahunan itu dikenal sebagai identitas budaya Tionghoa di tanah perantauan.

Baca Juga: Omicron Belum Tunjukkan Gejala Khusus, Jubir Satgas Covid-19 Minta Kelompok Ini Waspada karena Rentan Tertular

Imlek atau dalam bahasa Tiongkok disebut dengan Chung Ciea yang berarti Hari Raya Musim Semi.

Di  Tiongkok, Korea dan Jepang perayaannya ditandai dengan musim semi, sehingga berkaitan erat juga dengan pesta perayaan musim semi.

Dulu Tiongkok dikenal sebagai negara agraris. Setelah musim dingin berlalu, masyarakat mulai bercocok tanam dan panen.

Tibanya masa panen bersamaan waktunya dengan musim semi, cuaca cerah, bunga-bunga mekar dan berkembang.

Baca Juga: Atta Halilintar Lelang Headband Pertamanya, Tawaran Paling Rendah Puluhan Juta!

Musim panen ini dirayakan dengan kegembiraan yang diwarnai ucapan Gong Xi Fa Cai kepada keluarga, kerabat, teman dan handai taulan.

Gong Xi Fa Cai merupakan ucapan selamat dengan makna semoga banyak rezeki. Adat ini kemudian dibawa masyarakat Tionghoa ke mana pun mereka merantau.

Pada perayaan Imlek ada tradisi yang selalu dilakukan secara turun temurun. Apa saja? berikut di antaranya yang Galamedia rangkum dari berbagai sumber:

1. Membersihkan rumah

Menyapu rumah berarti juga membersihkan rumah agar kotoran yang dianggap sebagai simbol kesialan disingkirkan, hingga tersedia ruang yang cukup untuk menampung keberuntungan. Rumah yang bersih juga sedap dipandang mata kan?

Setelah itu, mereka akan menyingkirkan sapu dan sikat dari jangkauan. Mereka juga tidak diperbolehkan menyapu rumah saat hari pertama tahun baru karena berarti mengusir keberuntungan yang sudah hadir di rumah.

Baca Juga: GEGER Kecelakaan Maut di Rapak Balikpapan, Truk Kontainer Seruduk Belasan Kendaraan Renggut Banyak Nyawa

2. Wajib memiliki unsur warna merah

Menurut kepercayaan orang Tionghoa, nian atau sejenis makhluk buas yang hidup di dasar laut atau gunung akan keluar saat musim semi atau saat tahun baru Imlek.

Kedatangan mereka pun dilanjutkan dengan mengganggu manusia, terutama anak kecil. Namun jangan khawatir.

Menghias rumah, pakaian, dan aksesoris berwarna merah dapat mengusir nian karena ia takut dengan warna merah. Jadi, tidak heran kalau nuansa merah begitu jelas terlihat saat Imlek.

Selain itu warna merah juga memiliki arti akan harapan terhadap hal-hal yang baik di tahun yang baru.

Baca Juga: Innalillahi! Kecelakaan Maut di Balikpapan Disebut Banyak Telan Korban Jiwa, Tiap Tahun Ada Kejadian

3. Angpao

Bagi anak-anak dan masih lajang, Imlek berarti banjir uang karena orang tua atau mereka yang sudah menikah diwajibkan memberikan angpao.

Jumlahnya tidak harus besar. Yang penting berupa uang kertas baru, dan bukannya berbentuk uang logam.

Bagi-bagi angpao juga dipercaya makin memperlancar rejeki di kemudian hari. Selain itu pemberian angpao melambangkan harapan orang-orang tua kepada anak muda agar lebih makmur di tahun yang baru.

4. Mempersiapkan makanan

Kue keranjang dan jeruk juga menjadi ciri khas Imlek. Tidak hanya itu, saat Imlek mereka juga menyajikan makanan di atas nampan berbentuk, segi 6, segi 8, atau bulat dengan isi yang beragam, seperti buah kering, biji-bijian, kacang-kacangan, dan permen.

Beberapa orang juga menyiapkan makanan keberuntungan seperti mie yang tidak dipotong untuk melambangkan umur panjang, serta kue bola berbentuk uang Tiongkok pada zaman dahulu yang melambangkan kekayaan.

Baca Juga: Atta Halilintar Lelang Headband Keberuntungan, Laku Dibeli 2 Miliar: Uangnya Untuk Penghafal Al Quran

5. Kembang api

Kembang api merupakan salah satu pertunjukan yang sangat populer untuk memeriahkan Imlek, karena suara gaduhnya dipercaya membuat makhluk jahat ketakutan.

Akan tetapi, ketika merayakannya di rumah, pastikan bahwa tetangga tidak merasa terganggu dengan suara berisik yang Anda ciptakan.

Imlek pun sangat identik dengan hujan. Bagi sebagian orang, hujan membuat malas beraktivitas, tetapi berbeda untuk masyarakat Tionghoa saat Imlek, hujan sepanjang perayaan imlek pun dikaitkan sebagai sumber rezeki. Dengan turunnya hujan, maka banyak rezeki yang berdatangan di muka bumi.

Namun, yang sangat penting adalah menyambut Tahun Baru Imlek dengan cara membersihkan hati, menyucikan nurani, dan tekad berusaha lebih baik di tahun mendatang.

Baca Juga: Detik-detik Tabrakan Beruntun di Simpang Rapak Balikpapan, Kontainer Maut Tabrak Belasan Kendaraan

6. Tidak boleh membalik ikan saat menyantapnya

Menikmati ikan saat Imlek juga sangat unik—ikan yang biasa disantap adalah bandeng. Kita tidak boleh membalik ikan untuk mengambil daging ikan pada bagian bawah.

Ditambah lagi, kita tidak boleh menghabiskan ikan tersebut dan menyisakannya agar bisa dinikmati esok hari.

Masyarakat Tionghoa percaya kalau kebiasaan ini merupakan lambang dari nilai surplus untuk tahun yang akan datang.

8. Mengunjungi Keluarga Besar

Tidak hanya lebaran, Imlek juga menjadi salah satu momen yang tepat untuk mengunjungi saudara agar tali persaudaraan tidak terputus.

Tidak heran jika pada saat-saat tersebut banyak masyarakat dari etnis Tionghoa yang pulang kampung untuk merayakan Imlek bersama keluarga mereka.

Baca Juga: Nostalgia 5 OST Drama Doom At Your Service yang Wajib Masuk Playlist

Imlek di Indonesia

Perayaan Imlek di Indonesia bermula dari tahun 1968-1999. Kala itu, perayaan tahun baru Imlek dilarang dirayakan di depan umum.

Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967, rezim Orde Baru di bawah pemerintahan Presiden Soeharto, melarang segala hal yang berbau Tionghoa, salah satunya adalah Perayaan Imlek.

Namun ketika pemerintah di bawah Presiden Abdurrahman Wahid, Inpres Nomor 14/1967 dicabut pada 2000. Sehingga masyarakat keturunan Tionghoa bisa merasakan kebebasan untuk merayakan Tahun Baru Imlek.

Kemudian, Presiden Abdurrahman Wahid mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 19/2001 tertanggal 9 April 2001 yang meresmikan Imlek sebagai hari libur fakultatif (hanya berlaku bagi mereka yang merayakannya).

Baru pada 2002, Imlek resmi dinyatakan sebagai salah satu hari libur nasional oleh Presiden Megawati Soekarnoputri mulai 2003. Sampai saat ini, Tahun Baru Imlek merupakan hari libur nasional.***

Editor: Mia Fahrani

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah