Peringatan Hari Kartini dengan 7 Jam Menari, Menembus Ruang Tanpa Batas

- 21 April 2022, 18:45 WIB
Dua penari Ridwan Zaenal Mutakin dan Aritha Maulidah Meindahyeni menari sambil membawa foto (lukisan) RA Kartin dsn berinteraksi dengan warga pada peringatan Hari Kartini dengan 7 Jam Menari di Jalan Cijagra Kota Bandung, Kamis (21/4).
Dua penari Ridwan Zaenal Mutakin dan Aritha Maulidah Meindahyeni menari sambil membawa foto (lukisan) RA Kartin dsn berinteraksi dengan warga pada peringatan Hari Kartini dengan 7 Jam Menari di Jalan Cijagra Kota Bandung, Kamis (21/4). /Kiki Kurnia/Galamedia/
GALAMEDIA - Banyak cara yang dilakukan warga untuk mengenalkan sosok pejuang perempuan Indonesia, Raden Ajeng (RA) Kartini.
 
Sosok yang lahir tanggal 21 April 1879 ini selalu diperingati oleh masyarakat Indonesia, terutama kalangan perempuan sebagai sosok pejuang emansipasi.
 
Adalah Komunitas Bongkeng Arts Space  Bandung memperingati Hari Kartini dengan sesuatu hal yang unik, yakni dengan 7 Jam Menari dari kawasan Cijagra, Dago hingga Bongkeng Arts Space, Kamis (21/4). Tema yang diangkat “Menembus Ruang Tanpa Batas”. 
 
 
Kegiatan 7 Jam Menari dimulai di kawasan perumahan penduduk di Jalan Cijagra Gede, Buah Batu Kota Bandung. Dua penari Ridwan Zaenal Mutakin dan Aritha Maulidah.
 
Meindahyeni menari sambil membawa foto (lukisan) RA Kartini untuk diperlihatkan kepada warga bahkan anak-anak. Mereka pun terkadang berinteraksi dengan warga. Sementara pencetus 7 Jam Menari, Deden Buleng tidak henti-hentinya bertanya pada anak-anak maupun warga, apakah mereka mengenal Sosok RA Kartini?
 
"Jawabannya sangat miris, banyak dari anak-anak maupun warga yang kurang mengenal sosok Kartini," ujar Deden pada Galamedia Kamis 21 Agustus 2022.
 
 
Kedua penari ini terus menari sambil berjalan dari Cijagra Buah Batu hingga Taman Cikapayang Dago dan berakhir di Bongkeng Arts Space, Jalan Bojong Koneng,  Cibeunying Kidul Kota Bandung.
 
Kegiatan 7 Jam Menari ini diikuti sejumlah penari lainnya, seperti Muhammad Adi Ibrahim, Aldi Rustandi, dan Ratih Nurcahyani. Sedangkan tarian yang dibawakan diantaranya tari Senggot, 
Makalangan, Udan Mas dan Gakagar Odeng.
 
Pada Peringatan Hari Kartini ini agar dijadikan sebuah motivasi dan pelita yang tak pernah padam dan selalu bersinar bagi seluruh kaum perempuan, bangkit dalam meningkatkan pendidikan dan kecerdasan serta emansipasi di berbagai bidang. 
 
 
Diharapkan pula, seluruh kaum perempuan agar terus memberikan kontribusi di berbagai bidang bagi bangsa dan negara tercinta. Karena sejatinya, setiap wanita bisa dan mampu menjadi Kartini, dengan cara dan upaya masing-masing. 
 
Menurut Deden, secara konseptual, sikap dan pemikiran Raden Ajeng Kartini, pada saat itu sangat baik dan positif, khususnya dalam mengangkat harkat dan martabat, serta meningkatkan peran dan posisi kaum wanita di masyarakat.
 
Apabila semua pihak khususnya kaum perempuan menelusuri dan lebih mendalam membaca tulisan-tulisan karya Raden Ajeng Kartini, semua pihak tentu akan menemukan sosok Raden Ajeng Kartini yang maju dan modern, melalui sikap dan pemikirannya yang cerdas dan jernih. 
 
 
"Selain itu juga dapat memberikan suatu pencerahan dan inspirasi kepada semua pihak, tidak hanya bagi kaum perempuan saja, akan tetapi juga bagi perubahan pola pikir masyarakat secara umum," tambahnya.
 
Dimasa Pandemi Covid-19 ini lanjit Deden, kita semua memiliki segala keterbatasan tapi mempunyai kesempatan untuk bisa kembali melakukan penjelajahan seorang Kartini dan menemukan keberadaan kita sendiri seperti Kartini.
 
Jika Kartini bisa menjangkau dunia dalam belenggu tradisi Jawa yang ketat dan lingkungan sosial melalui surat-surat yang dia tulis, maka perempuan dimasa sekarang bisa memanfaatkan media social secara kreatif untuk menulis, mebuat karya seni dan lainnya.
 
 
"Habis Gelap Terbilah Terang, Kita akan bisa melewati krisis yang sedang kita hadapi ini dengan menegakan disiplin dan menguatkan solidaritas," pungkasnya.***

Editor: Dicky Mawardi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x