Sebagai tambahan, Indonesia pernah memimpin dan diakui kala presidensi G20 dunia. Ia mengharapkan, strategi yang dilakukan oleh pemerintah nantinya mencakup komunikasi resiko yang efektif, sehingga masyarakat selalu dikawal oleh informasi mengenai COVID-19 dari hulu ke hilir.
"Kita harus tahu dunia ini makin rawan dengan adanya perubahan iklim, interkonektivitas manusia yang semakin tinggi, ini membuat potensi wabah berikutnya tinggal tunggu waktu sehingga kita harus cegah kejadiannya jangan begitu cepat baik negara, individu, dan masyarakat yang sebelumnya tidak sehat dan mengabaikan harmonisasi kesehatan,” ujarnya.
Perihal pencabutan status darurat kesehatan terkait kesehatan masyarakat yang terdampak secara global (PHEIC). Ia menambahkan, setiap negara yang tergabung ke dalam Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) perlu menunggu informasi lebih lanjut karena WHO tengah mengamati situasi kesehatan global terkini.
Endemi bukan indikator dari keberhasilan atas pencapaian mengalahkan COVID-19
Dicky dan para ahli di WHO telah mengikuti sidang komite International Health Regulation (IHR). Agenda terakhir yaitu 27 Januari 2023 lalu dan acara dilaksanakan per tiga bulan sekali. Hasil dari rapat tersebut adalah terpecahnya menjadi dua kubu karena terdapat negara yang terlihat sudah memasuki endemi sedangkan negara lainnya masih epidemik.
Hal tersebut lantas membuat WHO belum mencabut status PHEIC secara global.
“Kalau PHEIC dicabut otomatis pandeminya juga. Besar kemungkinan memang bicara pandemi COVID-19 akan berakhir, saya kira sebelum akhir tahun juga akan berakhir ya namun untuk diketahui bahwa meskipun kewenangan bicara endemi juga WHO tidak ada bisa bilang begitu tapi tidak terlalu lazim dalam artinya endemi itu dinamis,” ujarnya.***