Amerika Serikat Pergoki Rusia Pasok Senjata Canggih Untuk Bantu Pemberontak di Libya

- 25 Juli 2020, 02:30 WIB
Kelompok Wagner pendukung pasukan pemberontak di Libya kerap mendapat pasokan senjata dari Rusia.
Kelompok Wagner pendukung pasukan pemberontak di Libya kerap mendapat pasokan senjata dari Rusia. /

GALAMEDIA - Militer Amerika Serikat (AS) mengungkapkan Rusia terus memasok peralatan militer di Libya melalui Kelompok Wagner, yang bekerja sebagai wakil Kementerian Pertahanan Rusia.

"Rusia terus memainkan peran yang merugikan di Libya dengan mengirimkan pasokan dan peralatan kepada kelompok Wagner," kata Brigjen Korps Marinir AS Bradford Gering, Kepala Operasi untuk Komando Afrika AS (AFRICOM), mengatakan dalam sebuah pernyataan seperti dilansir Anadolu Agency, Jumat (24/7/2020).

"Pencitraan terus membuka kedok penolakan mereka yang konsisten," lanjutnya.

Hasil pencitraan Africom.
Hasil pencitraan Africom.


Melihat dan jenis peralatan militer yang dipasok, kata Gering, Rusia sangat berniat agar pihak yang dibantunya bisa melakukan tindakan ofensif berkelanjutan.

"Bukan bantuan kemanusiaan. Ini menunjukkan Kementerian Pertahanan Rusia mendukung operasi ini."

Ia menyebutkan, peralatan tersebut mampu "melakukan operasi kinetik" dan "berisiko bagi semua warga sipil."

AFRICOM juga membagikan dua gambar baru yang merinci kerja sama senjata antara Rusia dan Grup Wagner.

Baca Juga: Rilis 'Mulan' Ditunda Tanpa Batas Waktu, Jadwal Film Star Wars dan Avatar Ikut Terdampak

Foto pertama menunjukkan pasukan dan peralatan Wagner di garis depan konflik Libya di Sirte. Yang kedua menunjukkan sejauh mana peralatan yang dipasok ke Wagner dengan pesawat kargo militer Rusia.

Foto-foto juga menunjukkan truk utilitas Wagner dan kendaraan lapis baja yang tahan ranjau di Rusia juga ada di Libya.

"Pencitraan mencerminkan cakupan luas keterlibatan Rusia," kata Brigadir Angkatan Darat AS.

Hasil pencitraan Africom.
Hasil pencitraan Africom.


Jenderal Gregory Hadfield, wakil direktur intelijen AFRICOM mengatakan, "Mereka terus berupaya untuk mendapatkan pijakan di Libya."

Pernyataan AFRICOM mengatakan Federasi Rusia "terus melanggar Resolusi Dewan Keamanan PBB UNSCR 1970 dengan secara aktif menyediakan peralatan militer dan pejuang ke garis depan konflik Libya."

Pada bulan Mei, AFRICOM melaporkan bahwa setidaknya 14 Mig-29 dan Su-24 telah diterbangkan dari Rusia ke Suriah dan sebelumnya memberikan bukti foto bahwa Wagner telah meletakkan ranjau darat dan improvisasi alat peledak di daerah sipil di dan sekitar Tripoli.

Baca Juga: Positif Covid-19, Dua Anggota Polrestabes Bandung Jalani Isolasi Mandiri

Sejak April 2019, pasukan tidak sah Khalifa Haftar telah melancarkan serangan terhadap ibukota Libya Tripoli dan bagian lain Libya barat laut, yang mengakibatkan lebih dari 1.000 kematian, termasuk perempuan dan anak-anak sipil.

Namun, pemerintah Libya baru-baru ini meraih kemenangan signifikan, mendorong pasukan Haftar keluar dari Tripoli dan kota Tarhuna yang strategis.

Pemerintah baru negara itu didirikan pada 2015 di bawah perjanjian yang dipimpin PBB, tetapi upaya penyelesaian politik jangka panjang gagal karena serangan militer oleh panglima perang Haftar, yang telah didukung oleh Prancis, Rusia, UEA, dan Mesir.

PBB mengakui pemerintah Libya yang dipimpin oleh Fayez al-Sarraj sebagai otoritas sah negara itu.***

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x