Trump Sarankan Penundaan Pilpres, Nilai Tukar Dolar AS Semakin Tergelincir

- 31 Juli 2020, 09:50 WIB
ILUSTRASI kurs dolar.*
ILUSTRASI kurs dolar.* /REUTERS/

GALAMEDIA - Dolar AS kembali tergelincir dan memperpanjang penurunan baru-baru ini pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB). Kondisi itu terjadi setelah Presiden AS Donald Trump meningkatkan kemungkinan menunda pemilihan presiden November.

Di sisi lain, euro mencapai tertinggi dua tahun. "Segala bentuk ketidakpastian AS, apakah ekonomi atau politik, adalah alasan untuk menekan tombol jual untuk dolar AS," kata Joe Manimbo, analis pasar senior di Western Union Business Solutions di Washington.

Greenback telah menukik dalam sebulan sejak penyebaran virus corona di seluruh negara bagian AS membebani perekonomian, dan berada di jalur untuk kinerja bulanan terburuk dalam satu dekade.

Baca Juga: Dispernak KBB Terjunkan 36 Petugas Pemeriksaan Post Mortem Hewan Kurban

Data pada Kamis, 30 Juli 2020 menunjukkan, ekonomi AS mengalami kontraksi sebesar 32,9 persen pada kuartal kedua, laju paling curam sejak Depresi Hebat.

Dalam laporan terpisah, Departemen Tenaga Kerja mengatakan klaim awal untuk tunjangan pengangguran meningkat 12.000 menjadi 1,434 juta yang disesuaikan secara musiman dalam pekan yang berakhir 25 Juli.

Sebanyak 30,2 juta orang Amerika menerima cek pengangguran dalam pekan yang berakhir 11 Juli. "Klaim memberi tahu kami bahwa pemulihan sudah mulai surut," kata Manimbo ditulis Antara.

Baca Juga: Begini Saran MUI Jabar Soal Teknis Pembagian Daging Kurban

Indeks dolar terhadap sejumlah mata uang utama lainnya terakhir turun 0,38 persen pada 92,995. Ini berada di jalur penurunan sekitar 4,5 persen bulan ini, yang akan menjadi kinerja bulanan terburuk sejak September 2010.

Euro menguat menjadi 1,1844 dolar, tertinggi sejak Juni 2018, dan terakhir di 1,1840 dolar, naik 0,4 persen pada Kamis, 30 Juli 2020.

Mata uang tunggal tertekan pada Kamis, 30 Juli 2020 setelah data menunjukkan bahwa ekonomi Jerman mengalami kontraksi 10,1 persen, lebih buruk dari yang diperkirakan pada kuartal kedua, merupakan rekor kejatuhan tertajam.

Baca Juga: NgobrARS Seputar Qurban ditengah Adaptasi Kebiasaan Baru Covid 19

Sterling menguat menjadi 1,3091 dolar, tertinggi sejak Maret, dan terakhir naik 0,71 persen pada 1,3087 dolar. Sterling telah meningkat selama 10 hari berturut-turut.

Mata uang Inggris kemungkinan siap untuk menguat lebih lanjut karena mengejar ketertinggalan sebelumnya, kata Marc Chandler, kepala strategi pasar di Bannockburn Global Forex di New York. "Saya pikir sterling ada di tengah-tengah kemajuan bersejarah."***

Editor: Lucky M. Lukman


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x