GALAMEDIA - High Relief Commission (HRC) di Lebanon mengungkap fakta baru terkait ledakan dahsyat yang terjadi di Pelabuhan Beirut.
Setelah sepekan lebih, mereka mendapatkan bukti jika ledakan tersebut telah merusak sedikitnya 8.000 bangunan. Dari angka tersebut, 50 di antaranya merupakan bangunan kuno.
Berbicara kepada Kantor Berita Anadolu, Sekretaris Jenderal HRC, Mohammed Khair mengatakan, perhitungan seluruh kerusakan akibat ledakan akan disimpulkan pada Rabu, 12 Agustus 2020 ini.
Baca Juga: Update Harga HP Samsung A50, A50s, A51 dan A60: Terjangkau dengan Spesifikasi Jempolan
Menurut wartawan Anadolu, skala kerusakan di setiap area berbeda-beda.
HRC berafiliasi dengan Kabinet dan fungsinya meliputi penyaluran bantuan dan penanggulangan bencana.
Sebelumnya, pemerintah Lebanon menyalahkan timbunan 2.750 ton amoniak nitrat di sebuah gudang sebagai penyebab ledakan. Peristiwa itu menewaskan sedikitnya 160 orang dan melukai ribuan orang.
Baca Juga: Kerap Bikin Gaduh, Relawan Jokowi Desak Erick Thohir Dicopot dari Jabatan Menteri BUMN
Ledakan mirip bom Hiroshima dan Nagasaki itu juga menyisakan jejak kehancuran di seluruh wilayah ibu kota. Apalagi saat negara itu didera krisis keuangan parah dan pandemi virus corona.
Dari Antara, aksi protes turun ke jalan anti-pemerintah berlangsung selama dua hari terakhir, dengan massa menyerbu gedung pemerintah dan bentrok dengan aparat kepolisian.
Buntutnya, Perdana Menteri Lebanon mundur dari jabatan dan membubarkan pemerintahan.***