Diminta Tanggung Jawab Soal Ledakan Beirut, Hassan Diab Mundur dari Jabatan Perdana Menteri Lebanon

- 11 Agustus 2020, 00:21 WIB
Hassan Diab umumkan mundur dari jabatan Perdana Menteri Lebanon.
Hassan Diab umumkan mundur dari jabatan Perdana Menteri Lebanon. /


GALAMEDIA - Di tengah krisis politik pascaledakan di Pelabuhan Beirut, Perdana Menteri Lebanon Hassan Diab akhirnya resmi mengundurkan diri.

Hal itu disampaikannya Senin 10 Agustus 2020 malam waktu setempat, kurang dari sepekan setelah ledakan besar di Beirut. Perdana Menteri Hassan Diab menyampaikan secara langsung pengunduran dirinya dan pemerintahannya.

"Hari ini kami mengindahkan orang-orang dan tuntutan mereka untuk meminta pertanggungjawaban mereka yang bertanggung jawab atas bencana," katanya dalam pidato yang disiarkan televisi.

Baca Juga: Dukung Pers Lawan Donald Trump, Pengusaha Kaya AS Rela Gelontorkan Rp 2,5 Triliun untuk Jurnalistik

"Inilah mengapa hari ini saya mengumumkan pengunduran diri pemerintahan."

Kabar pengunduran diri Diab mulanya telah diketahui sebelum rapat kabinet yang digelar Senin sore atau malam WIB. Pengunduran diri Diab tidak terlepas dari insiden ledakan pada 4 Agustus yang menewaskan lebih dari 160 orang tersebut.

Seperti diketahui, sebelum Hassan Diab mundur, sudah ada empat menteri kabinetnya yang telah menyatakan mundur. Mereka adalah Menteri Keuangan Ghazi Wazni, Menteri Kehakiman Marie Claudie Najm, Menteri Informas Manal Abdul Samad, dan Menteri Lingkungan Damianos Kattar.

Baca Juga: Pabrik Milik Pengusaha Amerika Serikat di China Pun Hijrah ke Indonesia

Tak hanya unsur kabinet, setidaknya sebanyak sembilan anggota parlemen juga menyatakan berhenti menyusul gelombang demonstrasi warga dalam nuansa krisis politik Libanon ini.

Insiden ledakan timbunan materiam ammonium nitrat itu sekurangnya menewaskan 200 orang, menghancurkan area hingga radius 5 kilometer.

Ledakan mengakibatkan 300.000 penduduk Libanon kehilangan tempat tinggal layak akibat hancur atau rusak berat terdampak ledakan. Presiden Libanon Michel Aoun mengatakan ledakan pada Selasa (4/8) lalu disebabkan oleh timbunan amonium nitrat yang disimpan di pelabuhan tanpa pengamanan selama bertahun-tahun.

Baca Juga: Boyong Rp 500 Triliun Lebih, 17 Perusahaan asal China Bakal Hijrah ke Indonesia

Bahan tersebut seharusnya dikirim ke Mozambik dari Georgia. Namun kapal tidak diizinkan meninggalkan Beirut karena belum membayar biaya pelabuhan.

Ledakan hebat tersebut menyebabkan setidaknya 160 orang meninggal dunia dan lebih dari lima ribu orang terluka.***

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x