Demi Uni Emirat Arab, Israel Janji Hentikan Pencaplokan di Tepi Barat, Netanyahu: Hari Bersejarah!

- 14 Agustus 2020, 00:05 WIB
Demi menjalin hubungan dengan Uni Emirat Arab, Israel berjanji menghentikan pencaplokan wilayah di Tepi Barat.
Demi menjalin hubungan dengan Uni Emirat Arab, Israel berjanji menghentikan pencaplokan wilayah di Tepi Barat. /


GALAMEDIA - Presiden Donald Trump menyatakan Uni Emirat Arab (UEA) dan Israel telah sepakat untuk membangun hubungan diplomatik penuh sebagai bagian dari kesepakatan untuk menghentikan pencaplokan tanah (aneksasi) warga Palestina di Tepi Barat.

Pengumuman tersebut menjadikan UEA negara Teluk Arab pertama yang melakukannya dan hanya negara Arab ketiga yang memiliki hubungan diplomatik aktif dengan Israel.

Presiden Donald Trump men-tweet pernyataan dari negara-negara tersebut untuk mengakui kesepakatan itu.

"Terobosan besar hari ini! Perjanjian Perdamaian Bersejarah antara dua teman HEBAT kita, Israel dan Uni Emirat Arab!," kata Trump Kamis 13 Agustus 2020.
 

Pengakuan tersebut memberikan kemenangan diplomatik yang langka bagi Trump menjelang pemilihan November karena upayanya untuk mengakhiri perang di Afghanistan belum membuahkan hasil, sementara upaya untuk membawa perdamaian antara Israel dan Palestina tidak mengalami kemajuan.

Terkait hal itu, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu men-tweet "Hari Bersejarah".

Untuk Israel, pengumuman itu muncul setelah bertahun-tahun Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu membual bahwa pemerintahnya menikmati hubungan yang lebih dekat dengan negara-negara Arab daripada yang diakui secara publik.

Netanyahu telah berusaha membangun permukiman di atas tanah yang dicari oleh Palestina dan menerima proposal Trump yang akan memungkinkannya untuk mencaplok sebagian besar Tepi Barat yang diduduki sambil memberikan otonomi terbatas kepada Palestina di daerah lain.

Putra Mahkota UEA Mohammed Bin Zayad mengonfirmasi dalam tweet bahwa Israel telah setuju untuk menangguhkan rencana aneksasi.

"Selama panggilan telepon dengan Presiden Trump dan Perdana Menteri Netanyahu, kesepakatan dicapai untuk menghentikan aneksasi Israel lebih lanjut atas wilayah Palestina," ujarnya.

Ia pun menyebutkan, UEA dan Israel juga sepakat untuk bekerja sama dan menetapkan peta jalan menuju pembentukan hubungan bilateral.

Bagi UEA, langkah tersebut semakin memoles kampanye internasionalnya untuk dilihat sebagai suar toleransi di Timur Tengah meskipun diatur oleh penguasa otokratis. Ini juga menempatkan UEA sebagai yang pertama dalam perlombaan pengakuan regional di antara negara-negara tetangga Teluk Arab.

Sedangkan bagi warga Palestina, yang telah lama mengandalkan dukungan Arab dalam perjuangan kemerdekaan mereka, pengumuman tersebut menandai kemenangan dan kemunduran.

Palestina telah berulang kali mendesak pemerintah Arab untuk tidak menormalisasi hubungan dengan Israel sampai kesepakatan damai mendirikan negara Palestina merdeka tercapai.

Pernyataan bersama dari AS, UEA, dan Israel dikeluarkan setelah Trump bercuit pada akun Tweeternya. Dikatakan delegasi akan bertemu dalam beberapa pekan mendatang untuk menandatangani kesepakatan tentang penerbangan langsung, keamanan, telekomunikasi, energi, pariwisata dan perawatan kesehatan.

Kedua negara juga akan bermitra dalam memerangi pandemi virus corona.

"Membuka hubungan langsung antara dua masyarakat paling dinamis di Timur Tengah dan ekonomi maju akan mengubah kawasan dengan memacu pertumbuhan ekonomi, meningkatkan inovasi teknologi, dan menjalin hubungan orang-ke-orang yang lebih dekat," kata pernyataan Trump, Netanyahu dan Putra Mahkota Abu Dhabi Pangeran Mohammed bin Zayed Al Nahyan.

Disebutkan, bahwa para pemimpin bakal melakukan komunikasi tiga arah untuk membahas kesepakatan itu.

Meski begitu, Israel tetap berkomitmen untuk mencaplok bagian Tepi Barat, kata seorang pejabat senior Israel seperti dilansir Times of Israel, Kamis 13 Agustus 2020.

"Pemerintahan Trump meminta untuk sementara menangguhkan pengumuman (penerapan kedaulatan) untuk pertama-tama menerapkan perjanjian perdamaian bersejarah dengan UEA," kata pejabat itu.

Di antara negara-negara Arab, hanya Mesir dan Yordania yang memiliki hubungan diplomatik aktif dengan Israel.

Mesir membuat kesepakatan damai dengan Israel pada 1979, diikuti oleh Yordania pada 1994. Mauritania mengakui Israel pada 1999, tetapi kemudian mengakhiri hubungan pada 2009 karena perang Israel di Gaza pada saat itu.***

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x