Trikora Hingga Malaumkarta Jadi Permata Indah di Ujung Negeri

- 10 Juni 2023, 18:51 WIB
Tugu Gonof tempat pendaratan pertama pasukan Raider Kodam V Brawijaya di Kampung Malaumkarta.
Tugu Gonof tempat pendaratan pertama pasukan Raider Kodam V Brawijaya di Kampung Malaumkarta. /Antara/

GALAMEDIANEWS - Setelah kemerdekaan 17 Agustus 1945 lalu, Bangsa Indonesia tak serta merta bisa merebut kembali daerah kedaulatan secara utuh dari cengkraman Belanda.

Masa penjajahan selesai bukan berarti konflik juga ikut selesai. Pada masa itu, Tanah Air masih harus menghadapi persoalan yang cukup krusial seperti perebutan wilayah.

upaya pun telah dilakukan Bangsa Indonesia dalam merebut kembali keutuhan NKRI. Operasi Trikora (Tri Komando Rakyat) adalah salah satu bentuk perjuangan Indonesia untuk Irian Barat (Kini menjadi Papua Barat dan Papua Barat Daya).

Baca Juga: Manchester United Didesak Segera Rekrut Diogo Costa

Selama menjalankan operasi melawan KNIL (Koninklijk Nederlands-Indisch Leger) atau Tentara Belanda, ternyata kejadian itu menjadi memori bersejarah untuk penduduk setempat.

Benjamin Kalami (65) adalah tokoh adat Suku Moi, ia merupakan saksi hidup bagaiman perjuangan militer Indonesia mempertahankan kedaulatan NKRI di sekitar tempat tinggalnya.

Dari getirnya pertempuran itu terlahirlah Malaumkarta, sebuah kampung yang masuk wilayah Distrik Makbon, Sorong, Papua Barat Daya.

Histori Kampung Malaumkarta

Benyamin bercerita, bahwa prajurit Kodam V/Brawijaya lah yang memiliki gagasan agar kampung ini berdiri untuk dijadikan tempat pengungsian dari beberapa dusun disekitar Malaumkarta.

"Awalnya, daerah yang dibuat ini (merujuk kepada Kampung Malaumkarta) namanya Kampung Brawijaya, Distrik Makbon" Benjamin bemberikan keterangan saat ditemui di Malaumkarta pada Selasa, Juni 3023. Dikutip oleh GalamediaNews dari AntaraNews.com

Kampung Malaumkarta pernah menjadi area berbahaya di era kolonial Belanda. Demi alasan keamanan, warga setempat sampai harus melakukan hijrah ke Pulau Um yang mana jarak jauhnya mencapai 10 km dari rumah tinggalnya.

Pada tahun 1962 Raider Kodam V/ Brawijaya tiba di kawasan lama Kampung Suatolo yang letaknya bersebelahan denga Malaumkarta.

Baca Juga: DISDAGIN Kabupaten Bandung DESAK Pedagang Pasar Banjaran Ambil Kunci 14 Juni 2023, Pedagang: Intimidasi Lagi!

Warga yang mengungsikan dirinya ke pulau Um mulai pulang ke kampung asalnya masing-masing. Tak sedikit pula dari mereka yang enggan untuk kembali dan memutuskan menetap di kampung bentukan Kodam V/Brawijaya.

Awalnya Malaumkarta lebih dikenal dengan Kampung Brawijaya. Tahun 1969 diadakanlah Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) sebagai proses pemilu, warga dibebaskan menentukan pilihan untuk merdeka atau bergabung dengan NKRI. Maka pada saat itu seluruh unsur adat Irian barat melakukan runding di Jakarta.

Setelah Irian Barat mengakui sebagai bagian dari Bangsa Indonesia, keamanan wilayah mulai terjalin. Karena hal tersebut, pasukan Kodam V/Brawijaya berangsur meninggalkan wilayah bersejarah itu.

Karena nama Brawijaya bukanlah nama resmi, warga setempat lantas harus memberikan nama kepada kampung yang dihuninya.

Dipilihlah sebuah nama Malaumkarta yang diambil dari kata Mala (daerah dataran tinggi sekitar Malaumkarta) dalam bahasa Moi. Um Yang berati Pulau Um, dan karta adalah nama seseorang yang menjadi perwakilan adat untuk mengikuti permusyawarahan di Jakarta. Maka terlahirlah Malaumkarta.

Permata Indah Di Papua

Malaumkarta dimekarkan bersama 5 desa lainya. Malaumkarta, Suatolo, Mibi, Sawatut, dan Malagufuk. Kelima wilayah itu mendapat julukan Malaumkarta Raya.

Suku Moi menjadi Mayoritas yang mendiami Malaumkarta Raya. Sejak 2017 Pemkab Sorong telah mengakui kelima wilayah tersebut sebagai Masyarakat Hukum Adat. Oleh karenanya hak atas luas wilayah 4000 hektar perairan dan 16000 hektar daratan diberikan sepenuhnya kepada suku Moi.

Bukan hanya bersejarah, Malaumkarta raya yang masih terjaga kelestarian alamnya memiliki potensi wisata yang cukup beragam.

Spesies duyung hingga kelelawar di pulau Um banyak dijumpai disana. Um yang berati kelelawar menjadi habitat alami hewan nokturnal tersebut. Keberadaan kelewar bisa dilihat dengan mata telanjang menjelang sore hari dengan burung Camar.

Baca Juga: Jadwal Sprint Race MotoGP Italia 2023 Lengkap dengan Hasil Kualifikasi Hari Ini, Bisa Disaksikan Live Trans7

Tak hanya itu, potensi wisata pulau Um juga dilengkapi dengan tempat penetasan telur penyu belimbing. Ada pula bangkai pesawat Jepang yang karam menambah eksotis bawah laut Pulau Um.

Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (Aman) pernah menyebutkan bahwa ekonomi yang dikelola Malaumkarta pada tahun 2018 mencapai Rp156,39 miliar per tahun.

Karena hal itu Malaumkarta pernah dinobatkan sebagai satu-satunyaa kampung di wilayah Papua yang masuk dalam Kategori 75 besar Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) pada tahun 2023 oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).

Ragam potensi wisata alam membuat Malaumkarta menjadi permata berharga kepunyaan Nusantara yang perlu dijaga, dirawat, dan dilestarikan.***

 

Editor: Dicky Aditya

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x