China Terus Pasok Senjata dan Pesawat Pembom ke Laut China Selatan, Vietnam: Membahayakan Situasi

- 21 Agustus 2020, 07:56 WIB
Pesawat Bomber H-6J China di Laut China Selatan.
Pesawat Bomber H-6J China di Laut China Selatan. /

GALAMEDIA - Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China terus unjuk gigi kekuatan militernya seiring kian memanasnya hubungan Beijing dengan Washington dan Taipei. China memperkuat persenjataan dan armada tempur udara di kepulauan Paracel (Hoang Sa), kepulauan yang jadi sengketa di Laut China Selatan.

Langkah militer China itu mendapat kecaman keras dari Vietnam. Hanoi memperingatkan bahwa tindakan Beijing membahayakan perdamaian di kawasan tersebut.

Meskipun Vietnam tidak menyatakan kapan pesawat-pesawat pembom itu tiba di Kepulauan Paracel, juru bicara Kementerian Luar Negeri Le Thi Thu Hang mengatakan tindakan Beijing mengancam kedaulatan negara.

Baca Juga: Heboh Isu Perombakan Kabinet Indonesia Maju, MPR Minta Presiden Jokowi Hanya Copot Tiga Menteri

"Fakta bahwa pihak terkait mengirim senjata dan (pesawat) pembom," katanya Kamis 20 Agustus 2020, seperti dilansir Reuters, Jumat 21 Agustus 2020.

“Tidak hanya melanggar kedaulatan Vietnam tetapi juga membahayakan situasi di daerah tersebut," ujar Le.

Pulau Paracel (Hoang Sa).
Pulau Paracel (Hoang Sa).


Media Vietnam mengabarkan, China telah mengerahkan pesawat pembom H-6J ke Kepulauan Paracel meskipun telah terjadi peningkatan penumpukan beberapa peralatan militer China di wilayah tersebut.

Kepulauan Paracel dan Spratly telah diklaim China dan beberapa negara lain, termasuk Taiwan, Filipina, dan Vietnam.

Namun, di bawah kebijakan "Satu-China" Presiden Xi Jinping, pulau-pulau tersebut tetap berada dalam klaim historis Beijing.

Baca Juga: Terungkap Alasan Ancaman Menjatuhkan Pemerintahan Datang dari Kota Solo

Pekan PLA menyelesaikan latihan tembak langsung di Laut China Timur. Latihan telah dilakukan selama tiga hari di wilayah tersebut yang akan dianggap sebagai tanda kekuatannya melawan Taiwan.

Menurut Komando Teater Timur PLA, latihan tersebut dilakukan di sekitar Taiwan. Seperti Kepulauan Spratly, Taiwan juga masih dianggap bagian dari China oleh Beijing berdasarkan kebijakan Xi Jinping.

"Pelatihan meletakkan dasar yang kokoh untuk memenangkan pertempuran, sambil memoles kemampuan tempur pasukan," bunyi pernyataan militer China.

Latihan tembak langsung oleh China tersebut dilakukan saat Angkatan Laut AS mengirim kapal perang perusak melintasi Selat Taiwan.

Baca Juga: Soal Deklarasi KAMI, PPP: Tak Perlu Ada yang Kebakaran Jenggot Atau Bahkan Ketakutan

AS terus melakukan latihan ini untuk menggambarkan dukungannya terhadap kemerdekaan Taiwan dan kebebasan navigasi.

"Armada ke-7 AS yang bermarkas di Jepang melakukan operasi Angkatan Laut yang dikerahkan ke depan untuk mendukung kepentingan nasional AS di wilayah operasi Indo-Pasifik," bunyi pernyataan Angkatan Laut Amerika.

Sebagai armada Angkatan Laut terbesar AS, Armada ke-7 berinteraksi dengan 35 negara maritim lainnya untuk membangun kemitraan yang mendorong keamanan maritim, mempromosikan stabilitas, dan mencegah konflik.

Kapal perang USS Mustin adalah kapal ketujuh yang melewati Selat Taiwan tahun ini.

Aksi unjuk kekuatan ini terjadi ketika China mengeluarkan peringatan kepada Amerika atas kunjungan Menteri Kesehatan AS Alex Azar ke pulau otonom itu.

Lantaran kunjungan Azar sebagai perjalanan tingkat tinggi pertama oleh seorang pejabat AS sejak 1979, China memperingatkan perdamaian di kawasan itu sekarang terancam.

Baca Juga: Video Penemuan Kuil Dewa Siwa Kuno yang Tersembunyi di Benua Afrika Viral di Twitter

Pejabat militer China, Kolonel Ren Guoqiang mengatakan; “AS harus menyadari bahwa China harus dan akan dipersatukan kembali, dan peremajaan besar bangsa China harus dan akan dicapai."

“Tindakan ini telah mengirimkan pesan yang sangat salah kepada otoritas Partai Progresif Demokratik (DPP)," ujarnya merujuk pada partainya Presiden Taiwan Tsai Ing-wen.

"Kami mendesak pihak AS untuk segera memperbaiki kesalahannya, menghentikan kontak resmi dan militernya dalam bentuk apa pun dengan Taiwan, dengan sungguh-sungguh mematuhi prinsip satu-China dan tiga komunike gabungan China-AS, dan berjanji bahwa insiden serupa tidak akan terjadi lagi," katanya.

“Taiwan adalah bagian tak terpisahkan dari China. "Masa depan Taiwan terletak pada reunifikasi dan kesejahteraan rekan senegara Taiwan terletak pada peremajaan nasional."***

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x