Asia Africa Festival Bandung Gandeng Saung Angklung Udjo, Ini Sejarah dan Ciri Khas Musiknya

- 26 Juli 2023, 18:47 WIB
Ilustrasi Kegiatan bermain angklung di Saung Angklung Udjo
Ilustrasi Kegiatan bermain angklung di Saung Angklung Udjo /

GALAMEDIANEWS - Asia Africa Festival akan digelar lagi setelah 2 tahun terhenti karena pandemi. Pada Festival Asia Afrika yang akan berlangsung pada Sabtu 29 Juli 2023 nanti, nama Saung Angklung Udjo tercatat akan tampil menyemarakkan acara. 

Perlu diketahui, Udjo Ngalagena sebagai pendirinya memiliki kaitan sejarah pada kegiatan Konferensi Asia Afrika 1955 dan mengembangkan saung angklung yang memiliki ciri khas musik tersendiri. 

Pada Asia Africa Festival nanti, warga Bandung dan wisatawan yang hadir bisa menikmati serunya Parade Seni Budaya di sepanjang jalan Asia Afrika pada Sabtu 29 Juli 2023 pukul 14.00-17.00 WIB. Dalam unggahan instagram @Humas_Bandung, disebutkan bahwa parade seni ini akan dimeriahkan oleh pertunjukkan Saung Angklung Udjo, Manshur Angklung dan Ega Robot Ethnic Percussion.

BACA JUGA : Hengky Kurniawan Sebut Alun-Alun Cililin Sudah 87 Persen, Payung Gaya di Mesjid Nabawi Madinah Bakal Dipasang

Menjadi salah satu yang tampil dalam Asia Africa Festival, Saung Angklung Udjo punya sejarahnya sendiri. Menengok jauh ke tahun 1955, pendiri Saung Angklung Udjo, Udjo Ngalagena pernah menjadi konduktor pertunjukkan Angklung dalam Konferensi Asia Afrika. 

Nama Saung Angklung Udjo sudah lama terkenal dan tidak asing di telinga dengan kiprahnya yang sudah mendunia. Galamedianews akan mengajak Anda berkenalan lebih jauh mengenai sejarah dan musik dari Saung Angklung Udjo. Mari simak artikel ini sampai habis.

Mengenal Saung Angklung Udjo

Saung Angklung Udjo adalah destinasi wisata kesenian musik angklung yang telah berdiri sejak lama, yakni tahun 1965, yang kiprahnya juga sudah sampai ke mancanegara. Selain dikunjungi oleh wisatawan dari luar, kesenian angklung ini juga pentas ke banyak negara.

BACA JUGA : Penyanyi Marcell Siahaan Didapuk Jadi Duta Sosial Kota Bandung

Dikutip dari angklungudjo.com, Saung Angklung Udjo termasuk dalam destinasi wisata budaya dan edukasi yang mempertunjukkan kesenian musik angklung yang khas. Tak hanya pertunjukan, spot wisata ini juga memiliki pusat kerajinan bambu dan workshop untuk alat musik bambu. Pengunjung yang datang pun bisa ikut berlatih memainkan angklung di sana. 

Mulanya Angklung Jawa Barat digunakan untuk Perayaan Panen

Helmi Yahya melalui kanal Youtube “Helmy Yahya Bicara” sempat mewawancarai pembina Yayasan Saung Angklung Udjo, Sam Udjo pada 20 September 2021 silam. Dalam wawancara tersebut, Sam Udjo yang merupakan anak dari Udjo Ngalagena ini menceritakan awal berdirinya kegiatan kebudayaan, wisata dan edukasi ini.

Menurut penjelasan Sam, mulanya, alat angklung dipakai sebagai ritual bagi masyarakat di Jawa Barat bagian Selatan pada zaman dahulu untuk menanam padi sebagai pemujaan terhadap Dewi Sri supaya pertaniannya tumbuh subur.

Pada masa itu, kegiatan memanen dan menyimpan dan menyimpan padi memiliki perayaannya sendiri. 

“Waktu itu padi tidak digiling sama sekali, tapi dipotong, ditanggung (dibawa di bahu) lalu padinya dibawa ke tempat penyimpanan,” kata Sam.

BACA JUGA : Asia Africa Festival 2023: Jadwal dan Daftar Ruas Jalan Kota Bandung yang Ditutup Selama Acara Berlangsung

Penyimpanan padi dalam lumbung tersebut memakan waktu sampai satu tahun. Dihiburlah tempat penyimpanan tersebut dengan angklung. 

Sam Udjo Belajar dari Daeng Soetigna, Tampil di Konferensi Asia Afrika dengan Tangga Nada Diatonis

Kemudian, pada tahun 1938 seorang guru piano bernama Daeng Soetigna belajar membuat angklung dari pengemis di daerah Kuningan. Setelah bertemu dengan rumusan membuat suara pada alat musik yang terbuat dari bambu tersebut, Daeng membuat tangga nada yang sama dengan piano, yaitu tangga nada diatonis dengan tujuh nada pokok. 

Selain mengajarkan musik piano, Daeng Soetigna kala itu juga merupakan seorang guru pramuka, ingin supaya anak-anak didiknya tidak malu-malu bernyanyi. Dari situlah, ia membuat seperangkat alat angklung dengan nada-nada untuk anak-anak pramuka. Anak-anak pramuka sendiri merasa senang karena ada alat musik yang bisa dimainkan dengan bambu.

Kemudian, baru pada tahun 1955, Daeng bertemu dengan Udjo Ngalagena di Bandung. Udjo Ngalagena yang juga seorang guru, belajar dari Daeng mengenai angklung.

 

Pada tahun itu juga, Daeng harus pergi ke Australia, padahal ia harus tampil membuka Konferensi Asia Afrika. Akhirnya, Udjo Ngalagena lah yang menjadi konduktor untuk membuka Konferensi Asia Afrika 1955. 

Saung Angklung Udjo Punya Tangga Nada Pentatonis yang Khas

Ketika itu, angklung yang dimainkan menggunakan tangga nada diatonis, yang diatonis, yang mendapatkan perhatian besar. Udjo merasa bahwa nada pentatonis, yang menggunakan lima nada dasar juga perlu disertakan. Pentatonis adalah tangga nada yang umum digunakan untuk musik tradisional seperti gamelan dan kecapi. 

“Bapak membuat juga yang Pentatonis, tapi karena beliau juga belajar gamelan, kecapi, tangga nadanya disamakan dengan tangga nada gamelan. Jadi, terwujudlah angklung yang disebut pentatonis yang sama dengan gamelan yang bapak laras,” kata Sam. 

BACA JUGA : Asia Africa Festival 2023 Bakal Digelar pada 29 Juli 2023, Akan ada Penyekatan di Beberapa Titik Ruas Jalan

Sam menyebutkan, pola permainannya pun jadi mirip dengan gaya orang bermain gamelan. “Hanya dari bambu ini. Ada angklungnya, ada gambangnya, kecuali gong sama genang. Tidak bisa diubah,” kata Sam.

Dari sinilah, musik Sunda pentatonis menjadi khas musik yang dimainkan oleh Udjo, hingga lembaga pendidikan Bandung, menyebutnya pentatonis Udjo karena beda dengan pentatonis di daerah-daerah yang memainkan musik untuk ritual tersebut. 

“Inilah menjadi jati diri Saung Angklung Udjo, karena punya karakter itu. Kalau Pak Daeng itu menggunakan diatonis,” ujar Sam. 

Menurut Sam, Saung Udjo memiliki ciri musik yang khas, dengan nada-nada yang sangat spesifik.

“Kalau Saung Udjo punya ciri khas. Nada yang betul-betul spesifik, West Java tapi yang pak Udjo rintis sendiri,” kata Sam yang menjadi generasi kedua penerus Saung Angklung Udjo ini. 

Sam mengatakan bahwa secara praktikal saung ini berdiri pada tahun 1965, tapi baru pada tahun 1973, ayah dan ibunya, Uum Sumiyati mendirikan yayasan saung angklung, yang menjadi cikal bakal Saung Angklung Udjo. 

Kini sanggar kesenian dan budaya inisudah ke sana ke mari tampil di berbagai negara, termasuk salah satunya tampil untuk menyemarakkan perhelatan akbar Piala Dunia di Qatar pada 18-28 November 2022 lalu.

Berdasarkan informasi pada laman kemlu.go.id, Saung Angklung Udjo tampil di Pagelaran Angklung di Al-Ibdaa Courtyard di Katara, Qatar pada bersama komunitas diaspora Indonesia di Qatar, yaitu Indonesian Ladies Angklung, Rumah Seni Al-Khor, Sanggar Seni Mesaieed, dan BIG Choir.***

Editor: Ryan Pratama

Sumber: Kemenperekraf kemlu.go.id Instagram @humas_bandung Kanal Youtube Helmy Yahya Bicara angklungudjo.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah