Robin Anderson: Liputan Berita Media Barat Terkait Pembantaian Jalur Gaza Palestina Bias dan Tidak Adil

- 1 November 2023, 14:09 WIB
Lebih dari 8.500 warga Palestina termasuk di Jalur Gaza telah terbunuh sejak penjajah zionis Israel memulai serangan dan pembantaian ke Gaza pada 7 Oktober. /Ahmed Zakot/Reuters
Lebih dari 8.500 warga Palestina termasuk di Jalur Gaza telah terbunuh sejak penjajah zionis Israel memulai serangan dan pembantaian ke Gaza pada 7 Oktober. /Ahmed Zakot/Reuters /


GALAMEDIANEWS - Dalam wawancara terbaru dengan Al Jazeera Mubasher, Robin Anderson, seorang profesor studi media di Universitas Fordham di Amerika Serikat, mengkritik media Barat atas peran mereka dalam meliput situasi pembantaian yang dilakukan penjajah Zionis Israel di Jalur Gaza Palestina. Dia menjelaskan bahwa media barat memberikan pembenaran dan mempromosikan propaganda yang menyesatkan, yang menurutnya ikut berkontribusi pada apa yang dilakukan Israel di wilayah tersebut.

Anderson secara khusus menyoroti cara media Barat menggambarkan gerakan Hamas, yang menurutnya mempromosikan propaganda yang menyesatkan terhadap mereka. Dia berpendapat bahwa alih-alih berusaha mencegah konflik yang sedang berlangsung, liputan media dan bahasanya yang menyesatkan. Dia mengungkapkan kekhawatiran tentang tayangan berulang kali tentang anak-anak dan wanita Israel yang menangis, menekankan pentingnya mempertimbangkan konteks sejarah konflik.

Menggambarkan cara media menggambarkan Hamas dengan propaganda terhadap Nazisme selama Perang Dunia II, Anderson mengusulkan bahwa pendekatan ini adalah persiapan untuk melegitimasi kekerasan di Gaza. Dia menyoroti contoh-contoh propaganda menyesatkan, seperti cerita tentang Hamas yang membunuh 40 anak Israel, yang dipropagandakan oleh media terkenal Amerika Serikat (AS) dan Inggris, termasuk Fox News, CNN, The Times of London, dan Financial Times. Cerita-cerita ini kemudian terbukti berdasarkan insiden yang melibatkan seorang prajurit Israel bernama David Ben Zion, seorang pemukim yang menghasut melawan Palestina.

Baca Juga: Mengenal Tantrum pada Anak dan Cara Mengatasinya

Selain itu, Anderson mengungkapkan adanya "daftar hitam" rahasia yang menargetkan peneliti yang kritis terhadap Israel. Dia menyebut pendirian sebuah kelompok pada tahun 2014 yang disebut "Mission Canary," yang bertujuan untuk melacak profesor universitas dan mahasiswa yang simpatik kepada Palestina, menjadikan mereka sasaran serangan dan kritik. Kampanye-kampanye diorganisir untuk menulis surat melawan mereka, yang dapat mengakibatkan pengusiran dan pembatasan pekerjaan di lembaga swasta.

Selain itu, Anderson menyebutkan contoh-contoh profesional yang menghadapi konsekuensi atas ekspresi pandangan mereka. Katie Helperin, seorang pembawa berita Amerika, dilaporkan dipecat dari posisinya di saluran Hill di Washington setelah mengutip organisasi hak asasi manusia yang menggambarkan pendudukan Israel sebagai rezim apartheid. MSNBC menghadapi kritik karena melarang tiga penyiar Muslim untuk menyajikan berita, dan Fox News menuduh MSNBC bersikap musuh terhadap Israel ketika mereka mencoba memberikan latar belakang sejarah konflik. New York Times menghadapi kontroversi ketika memecat seorang koresponden yang bekerja di Gaza setelah mendapat tekanan dari kelompok Israel.

Dalam hal kebebasan berekspresi di Barat, Anderson mengungkapkan kekhawatiran tentang layanan keamanan yang memantau konten online. Dia mencatat bahwa Departemen Pertahanan AS, Pentagon, telah menginvestasikan $500 juta dalam keamanan siber dan bermitra dengan Google untuk meningkatkan kemampuan informasinya.

Baca Juga: Menlu Rusia Sergei Lavrov Peringatkan Zionis Israel yang Terus Lakukan Serangan Udara ke Suriah

Pandangan Robin Anderson membawa cahaya pada kekhawatiran seputar liputan media konflik Gaza dan dampak liputan semacam itu pada persepsi dan opini publik. Ini menekankan pentingnya analisis kritis dan pelaporan seimbang dalam konflik internasional yang kompleks.***

Editor: Ryan Pratama

Sumber: aljazeeramubasher


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x