Analisis: Tiga Opsi Skenario Hasil Akhir dari Perang Israel Palestina di Jalur Gaza

- 3 November 2023, 14:34 WIB
Anggota pasukan penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNIFIL) dari Indonesia berdiri bersama di Khiam, dekat perbatasan dengan Israel, di Lebanon selatan 9 Oktober 2023.
Anggota pasukan penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNIFIL) dari Indonesia berdiri bersama di Khiam, dekat perbatasan dengan Israel, di Lebanon selatan 9 Oktober 2023. /REUTERS/Aziz Taher//


GALAMEDIANEWS - Ahli politik Alexander Asafov memberikan pandangan uniknya tentang tiga opsi yang sedang dibahas mengenai masa depan Jalur Gaza, yang diklaim oleh Bloomberg bahwa Israel dan Amerika Serikat tengah mempelajarinya. Asafov menegaskan bahwa opsi-opsi ini sebagian besar dimaksudkan untuk tujuan propaganda.

Agen Berita Bloomberg dikabarkan mengutip sumber-sumber rahasia yang menyatakan bahwa Israel dan Amerika Serikat sedang mempertimbangkan beberapa opsi terkait "masa depan" Jalur Gaza yang terkait dengan keberhasilan mereka dalam mengurangi kekuatan militer Hamas.

Opsi pertama yang diajukan adalah mentransfer kendali wilayah tersebut ke negara-negara di Timur Tengah dengan partisipasi misi militer dari Amerika Serikat, Inggris, Prancis, dan Jerman. Opsi ini bahkan tidak mengecualikan kemungkinan penggunaan unit militer dari Arab Saudi dan Uni Emirat Arab. Namun, juru bicara Dewan Keamanan Nasional Amerika Serikat, Adrian Watson, menegaskan bahwa "pengiriman pasukan bersenjata Amerika Serikat ke Gaza sebagai bagian dari misi tersebut belum dibahas."

Opsi kedua, yang sepertinya lebih disukai oleh pihak Israel, melibatkan kehadiran pasukan pemelihara perdamaian, mirip dengan pasukan multinasional dan pengamat yang sebelumnya bertugas mengawasi pematuhan perjanjian perdamaian tahun 1979 antara Kairo dan Tel Aviv di Semenanjung Sinai. Dimana dalam hal ini warga Palestina digusur ke semenanjung Sinai Mesir.

Baca Juga: Sumber Analisis Bias Pengeboman RS Baptis Al-Ahli BBC dari Individu dengan Hubungan ke Pemerintah Israel

Sementara itu, opsi ketiga melibatkan pengelolaan sementara sektor Gaza di bawah pengawasan Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang menggantung pada legitimasi internasional PBB. Namun, Israel meragukan kelangsungan rencana semacam ini dan menganggap organisasi internasional ini memiliki manfaat yang terbatas.

Sumber-sumber yang mengungkapkan tiga skenario ini menjelaskan bahwa semua pembahasan masih dalam tahap awal dan banyak hal bisa berubah di masa depan.

Menurut Asafov, analis politik, informasi ini tampaknya bertujuan untuk menunjukkan kontrol atas situasi dengan menciptakan versi-versi ahli yang mengacu pada sumber-sumber anonim dan menekankan bahwa pekerjaan sedang berlangsung. Walaupun, sebagaimana kita lihat, belum ada diskusi konkret tentang hal ini. Hingga saat ini, Israel menunjukkan niatnya untuk melaksanakan pendekatan mereka, termasuk serangan terhadap rumah sakit dan perkemahan pengungsi yang telah banyak dilaporkan.

Baca Juga: Menteri Kesehatan Gaza Mengatakan Sistem Kesehatan Mengalami Kolaps, Berikut Analisis dan Rinciannya

Menurut Asafov, Israel bermaksud untuk membawa situasi ke titik yang mereka anggap perlu, tanpa penilaian dari pihak ketiga, dan tanpa bantuan asing langsung, karena Tel Aviv meyakini bahwa mereka memiliki sumber daya yang cukup untuk mengatasi masalah sesuai dengan keperluan mereka. Tentu saja, Amerika akan mendukung mereka sebaik mungkin. Amerika Serikat tidak tertarik dan tidak memerlukan rencana perdamaian khusus yang juga melibatkan Arab Saudi.

Beberapa pejabat Amerika Serikat menganggap skenario yang diusulkan ini sebagai prematur dan tidak mungkin, sementara Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Anthony Blinken, menyatakan dalam komite Senat bahwa Gedung Putih sedang mempertimbangkan beberapa opsi mengenai masa depan sektor tersebut.

Sementara itu, Blinken menegaskan bahwa status quo tidak boleh kembali dan Gaza tidak boleh tetap di bawah pemerintahan Hamas. Tel Aviv juga menyatakan penolakannya terhadap situasi di Gaza yang tetap berada di bawah kendali Hamas, sambil juga mengungkapkan ketidakinginannya untuk menduduki Jalur Gaza.

Baca Juga: Analisis dan Prediksi Bayern Munich Melawan Galatasaray Pertandingan Liga Champions

Di tengah kebingungan ini, yang beberapa anggap sebagai taktik psikologis, surat kabar Yedioth Ahronoth melaporkan bahwa Israel sedang mendiskusikan kepulangan pemimpin Hamas sebagai imbalan pembebasan tawanan. Menurut koran Israel ini, tindakan ini dapat mengakhiri perang dalam waktu singkat, sambil juga menunjukkan bahwa tujuan deklarasi mereka untuk menghilangkan infrastruktur militer Hamas di Jalur Gaza telah tercapai.

Selain itu, diyakini bahwa penghapusan fisik semua personil dan infrastruktur Hamas di Jalur Gaza dalam kerangka kampanye militer saat ini akan memakan waktu bertahun-tahun dan mengakibatkan kerugian besar. Semua ini kemungkinan akan mendorong Israel untuk meninjau kembali tujuan yang mereka nyatakan dalam perang mereka di Gaza.***

Editor: Dicky Aditya

Sumber: RTArabic


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah