KOMANDAN IRAN dan HIZBULLAH Bantu Arahkan Serangan Houthi di Yaman, AS dan Inggris Tutup Mata?

- 20 Januari 2024, 20:16 WIB
Pendukung gerakan Houthi berkumpul untuk mengecam serangan udara yang diluncurkan oleh AS dan Inggris pada target Houthi, di Sanaa, Yaman 12 Januari 2024. REUTERS/Khaled Abdullah
Pendukung gerakan Houthi berkumpul untuk mengecam serangan udara yang diluncurkan oleh AS dan Inggris pada target Houthi, di Sanaa, Yaman 12 Januari 2024. REUTERS/Khaled Abdullah /

Houthi, yang muncul pada 1980-an sebagai kelompok bersenjata yang menentang pengaruh agama Sunni Arab Saudi di Yaman, mengatakan mereka mendukung Hamas dengan menyerang kapal-kapal komersial yang mereka katakan terkait dengan Israel atau sedang menuju ke pelabuhan Israel.

Serangan mereka telah mempengaruhi pengiriman global antara Asia dan Eropa melalui selat Bab al-Mandab di lepas pantai Yaman. Itu telah memicu serangan udara AS dan Inggris terhadap sasaran Houthi di negara itu, membuka teater konflik baru terkait dengan perang di Gaza.

Konflik Gaza juga telah memicu bentrokan antara Israel dan militan Hizbullah di sepanjang perbatasan Lebanon, serta serangan oleh kelompok-kelompok terkait Iran terhadap sasaran AS di Irak dan Suriah.

"Garda Revolusi telah membantu Houthi dengan pelatihan militer (tentang senjata canggih)," kata orang dalam Iran kepada Reuters.

"Sekelompok pejuang Houthi berada di Iran bulan lalu dan dilatih di pangkalan IRGC di Iran tengah untuk membiasakan diri dengan teknologi baru dan penggunaan rudal."

Orang itu mengatakan komandan Iran telah melakukan perjalanan ke Yaman juga dan mendirikan pusat komando di ibukota Sanaa untuk serangan Laut Merah yang dijalankan oleh komandan senior IRGC yang bertanggung jawab atas Yaman.

Strategi Regional

Serangan Laut Merah sesuai dengan strategi Iran untuk memperluas dan memobilisasi jaringan milisi bersenjata Syiah regionalnya untuk memproyeksikan pengaruhnya dan menunjukkan kemampuannya untuk mengancam keamanan maritim di kawasan itu dan sekitarnya, kata dua analis.

Mereka mengatakan Teheran ingin menunjukkan bahwa perang Gaza bisa terlalu mahal bagi Barat jika berlarut-larut – dan bisa memiliki konsekuensi bencana di wilayah tersebut ketika keadaan meningkat.

"Houthi tidak bertindak secara independen," kata Abdulaziz al-Sager, direktur think-tank Pusat Penelitian Teluk, yang mendasarkan kesimpulannya pada analisis dekat kemampuan kelompok, yang diperkirakan memiliki 20.000 pejuang.

Halaman:

Editor: Dicky Aditya

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah