Bangka Belitung Sempat Jadi Ibu kota Selama 7 Bulan, Intip Bagaimana Sejarahnya hingga Saat Ini?

- 22 April 2024, 08:04 WIB
Bangka Belitung pernah jadi ibukota./ Instagram/@explorebelitung
Bangka Belitung pernah jadi ibukota./ Instagram/@explorebelitung /

GALAMEDIANEWS – Tahukah kalau Bangka Belitung ternyata pernah dijadikan Ibukota selama 7 bulan pada tahun 1949. Mengapa hal ini bisa terjadi, bukannya sebelum pindah ke IKN, ibukota itu Jakarta.

Diketahui secara “De Facto” daerah Pangkalpinang pernah menjadi ibu kota RI selama 7 bulan lamanya. Kala itu, presiden Soekarno dan Agus Salim selaku Menteri Luar Negeri diasingkan di Wisma Ranggam di Muntok, bagian Bangka Barat dari 5 Februari 1949 dan secara de facto pimpinan beralih ke Bangka Belitung.

Sejarah Bangka Belitung

Hingga saat ini Belitung merupakan kepulauan yang mengalami beberapa pemerintahan raja pada akhir abad ke 7, Belitung itu tercatat sebagai wilayah Kerajaan Sriwijaya. Kemudian, ketika kerajaan Majapahit ini berjaya pada tahun 1365, pulau ini menjadi benteng pertahanan laut kerajaan.

Pada abad ke 15, Belitung mendapat hal pemerintahannya, akan tetapi tidak lama kemudian saat kerajaan Majapahit berjaya pada tahun 1365, pulai ini menjadi salah satu benteng pertahanan laut kerajaan tersebut.  Dan pada abad ke 15, Belitung mendapatkan hak pemerintahannya.

Tapi, itu tidak berlangsung lama karena ketika Palembang diperintah oleh Cakraningrat II, pulau ini menjadi taklukan Palembang. Pada abad ke 15 di Belitung telah berdiri kerajaan Badau dengan Datuk Mayang Geresik sebagai raja pertama.

Pusat pemerintahan Belitung terletak di sekitar daerah Pelulusan sekarang ini. Wilayah kekuasaanya meliputi daerah Badau, Ibul, Bange, Bentaian, Simpang Tiga, Buding, Manggar dan Gantung, beberapa peninggalan sejarah yang tersisa berupa tombak berlok 13, keris, pedang, gong, kelinang, dan garu rasul di Museum Badau, wajib nih dikunjungi untuk liat peninggalan bersejarah.

Baca Juga: Formasi CPNS 2024 Menjadi yang Terbesar Sepanjang Sejarah

Kerajaan kedua di Belitung yakni kerajaan Balok, raja pertama berasal dari Kerajaan Mataram bernama Kia Agus Masud atau Kiai Agus Gedeh Ja'kub yang bergelar Depati Cakraningrat I dan telah memerintah dari tahun 1618 – 1661.

Pemerintahan dijalankan oleh Kia Agus Mending atau Depati Cakraningrat II dari tahun 1661 – 1696 yang telah memindahkan pusat kerajaan dari Balok Lama ke daerah yang dikenal sebagai Balok Baru. Pemerintahan kemudian dipegang oleh Kiai Agus Gending yang mendapat gelar Depati Cakraningrat III.

Belitung dibagi menjadi 4 ngabehi yakni seperti berikut ini:

1. Ngabehi Sijuk dengan gelar Ngabehi Mangsa Juda atau Krama Juda.
2. Ngabehi Badau dengan gelar Ngabehi Tanah Juda atau Singa Juda.
3. Ngabehi Belantu dengan gelar Ngabehi Sura Juda.
4. Ngabehi Buding dengan gelar Ngabehi Istana Juda.

Ngabehi ini menurunkan raja yang digantikan Kerajaan Balok.  Gelar Depati Cakraningrat hanya digunakan sampai raja Balok ke 9 yakni Kiai Agus Mohammed Saleh bergelar Depati Cakraningrat IX karena gelar  dihapus oleh Pemerintah Belanda. Keturunannya yakni Kiai Agus Endek yang memerintah dari tahun 1879 – 1890 berpangkat Kepala Distrik Belitung dan berkedudukan di Tanjungpandan.

Kerajaan ketiga yakni Kerajaan Belantu, yang merupakan wilayah Ngabehi Kerajaan Balok, raja pertamanya adalah Datuk Ahmad dari tahun 1705 – 1741 yang bergelar Datuk Mempawah, sedangkan rajanya yang terakhir bernama KA Umar.

Kerajaan keempat adalah Kerajaan Buding yang merupakan bagian dari wilayah Kerajaan Balok, raja bernama Datuk Kemiring Wali Raib.  Kerajan Balok terbesar yang pernah ada di Belitung.

Adapun pertambangan tungsten dan timah dikelola oleh perusahaan Billiton Maatschappij di Belitung pada tahun 1942. Bahkan Belitung telah menjadi jalur perdagangan sejak abad ke 17. Pedagang Cina dan Arab yang paling berpengaruh. Hal ini dapat dibuktikan dari tembikar yang berasal dari Wangsa Ming abad ke 14 dan ke 17 yang banyak ditemukan dalam lapisan tambang timah di daerah Kepenai, Buding, dan Kelapa Sampit.

Orang Cina mengetahui Belitung karena pedagang Cina masuk ke Belitung sekitar tahun 1293. Saat armada Cina di bawah pimpinan Shi Pi, Ike Mise dan Khau yang melakukan ekspedisi ke Pulau Jawa dan terdampar di perairan Belitung.

Selain Cina, ada kapal Belanda bernama 'Zon De Zan Loper', di bawah pimpinan Jan De Marde yang juga merapat ke sungai Balok dan menjadi satunya bandar

Pulau Belitung masuk ke dalam wilayah kekuasaan Inggris pada 18 September 1821, walau secara de facto terjadi pada 20 Mei 1812. Residen Inggris di Bangka mengangkat raja siak untuk memerintah Belitung karena di pulau Belitung sering terjadi perlawanan rakyat yang dipimpin oleh tetua adat.

Pada surat keputusan Komisaris Jenderal Kerajaan Inggris pada 17 April 1817, Inggris serahkan Belitung ke Kerajaan Belanda dan ditunjuk Asisten Residen menjalankan pemerintahan di Belitung.

Kapten berkebangsaan Belgia bernama bernama JP. De La Motte pada tahun 1823, Asisten Residen dan pimpinan tentara Kerajaan Belanda telah temukan timah dan sesudah Traktat London tahun 1850, pertambangan kemudian diambil alih oleh Billiton Maatschappij, perusahaan penambangan timah milik Pemerintah Belanda.

Pada waktu itu Belitung terbagi menjadi 6 daerah yakni: Tanjungpandan dan Gantung/Lenggang berada di bawah pemerintahan Depati, Badau, Sijuk, Buding, Belantu yang berada dibawah pemerintahan masing- masing ngabehi.

Pangkat Ngabehi kemudian dihapus pada tahun 1890 kemudian digantikan dengan Kepala Distrik selanjutnya yang terdapat 5 distrik yakni : Tanjung Pandan, Manggar, Buding, Dendang dan Gantung.

Belitung dipisahkan dari Bangka pada tahun 1852 dalam urusan administrasi dan kewenangan penambangan timah. Pemisahan itu atas desakan dari JF Louden selaku Kepala Pemerintahan pusat di Batavia, guna mencegah terjadinya pengaruh buruk dari Residen Bangka yang iri melihat pertambangan timah di Belitung.

Belitung dijadikan distrik dikepalai oleh Demang yakni KA Abdul Adjis pada tahun 1921, dibantu dengan 2 orang Asisten Demang yang membawahi 2 onder distrik yakni Belitung Barat dan Timur. Kelurahan Gementeee dibentuk pada tahun 1921 – 1924 berdasarkan Ordonantie No. 73 tanggal 21 Februari 1924, Belitung terbagi menjadi 42 Gemeente.

Belitung berubah menjadi satu Onder afdeling yang diperintah oleh Controleur dengan pangkat Asisten Residen pada tahun 1933 yang telah bertanggung jawab ke Residen dari Afdeling Bangka – Belitung berkedudukan di pulau Bangka pada 1 Januari 1939 berlaku peraturan baru di wilayah Belitung.

Belitung sudah diberi hak untuk mengatur daerahnya sendiri dan mempengaruhi beberapa kondisi seperti Onder afdeling Belitung yang meliputi 2 distrik yakni Distrik Belitung Barat dan Timur, yang dikepalai oleh Demang.

Tentara Jepang menduduki Belitung pada April 1944. Pemerintahan kedua distrik dikepalai oleh Gunco. Jepang membentuk Badan Kebaktian Rakyat di Belitung pada tahun 1945 yang bertugas membantu Pemerintahan. Namun,masa kedudukannya tidak lama dan terjadi perubahan.

Pada saat tentara Belanda kembali menguasai Belitung pada tahun 1946, pada masa ini Onder afdeling Belitung diperintah oleh Asisten Residen Belanda, sedangkan penguasaan distrik tetap dipegang oleh Demang yang diganti dengan Bestuur Hoofd.

Dilansir dari YouTube ALIS DUNIA pada Minggu, 21 April 2024.Pulau Belitung yang menjadi bagian residen Bangka Belitung, pernah menjadi bagian dari Gewest Borneo kemudian menjadi bagian Gewest Bangka – Belitung – Riau karena muncul peraturan yang mengubah Belitung menjadi Neolanchap.

Kemudian, badan Pemerintahan dibentuk Dewan Belitung pada tahun 1947, pada waktu pembentukan RIS (Republik Indonesia Serikat). Neolanchap Belitung dibentuk menjadi negara sendiri.

Belitung dipisahkan dari RIS dan digabungkan dalam Republik Indonesia pada tahun 1950. Pulau Belitung menjadi kabupaten yang termasuk dalam provinsi Sumatera Selatan dibawah kekuasaan militer karena waktu itu Sumatera Selatan merupakan daerah militer istimewa. Belitung kemudian menjadi kabupaten yang dikepalai Bupati.

Pulau Belitung pada masa kemerdekaan menjadi tempat terbentuknya organisasi mahasiswa daerah bernama IKPB (Ikatan Keluarga Pelajar Belitung) yang terbentuk di Kelapa Kampit 13 Mei 1955 yang diinisiasi oleh siswa mualimin Yogya. Sebelum menjadi IKPB sebelumnya bernama KPB (Keluarga Pelajar Belitung) yang merupakan persatuan siswa mualimin asal Belitung di Yogyakarta dan IPB (Ikatan Pelajar Belitung) yang merupakan siswa-siswi SMA asal Belitung di Jakarta dan Bandung.

Pulau Belitung bersama dengan pulau Bangka telah mengembangkan diri pada tanggal 21 November 2000 berdasarkan UU NO 27 Tahun 2000, dan telah membentuk satu provinsi dengan nama Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Provinsi ini merupakan provinsi ke 31 di Indonesia.  

Kabupaten Belitung sekarang terbagi menjadi 2 kabupaten yakni Kabupaten Belitung dengan ibukota Tanjung Pandan dengan cakupan wilayah 5 kecamatan dan Kabupaten Belitung Timur dengan Manggar sebagai ibukotanya dengan cakupan wilayah meliputi 4 kecamatan.


Penduduk Belitung

Etnis penduduk asli Kabupaten Belitung yakni etnis Melayu yang mengalami akulturasi dan asimilasi dengan berbagai etnis lain seperti etnis Melayu Riau, Palembang, Bugis, Cina, Jawa, dan etnis lainnya. Kebudayaan etnis Melayu, etnis Cina. Agama Islam dan kepercayaan yang telah dibawa oleh etnis Cina berpengaruh terhadap pola kebudayaan dan pola relasi sosial masyarakat Kabupaten Belitung.

Di kabupaten Belitung, pemeluk agama Islam sekitar 91,61%, dan pemeluk agama lain seperti Budha sekitar 6,37%, Protestan sekitar 1,02%, Katolik sekitar 0,55%, dan Hindu sekitar 0,45%.***
 

Editor: Feby Syarifah

Sumber: Youtube ALIS DUNIA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah