Menata Kembali Pariwisata di Jawa Barat

23 Februari 2021, 17:01 WIB
Foto penulis./dok.pribadi /

GALAMEDIA - Ancangan dasar spirit wisatawan mengunjungi suatu destinasi wisata adalah motivasi ingin mendapatkan pengalaman yang menyenangkan dari sesuatu destinasi yang tidak ada atau berbeda dengan tempat asalnya.

Rasa senang, pengalaman indah dan suasana kebatinan yang diekspektasikan tersebut dapat terwujud bila seluruh mata rantai kepariwisataan berjalan mulus sesuai dengan harapan para wisatawan.

Namun di iklim pandemi seperti saat ini hal tersebut sangat tidak memungkinkan. Upaya pemerintah menurunkan mobilitas penduduk, penerapan protokol kesehatan maksimal, pembatasan aktivitas transportasi dan sebagainya secara otomatis mengurangi kelancaran seluruh mata rantai kepariwisataan.

Baca Juga: Mendebarkan, Aldebaran Ungkap Reyna adalah Nindi, Andin Syok, Sinopsis Ikatan Cinta 23 Februari 2021

Pandemi Covid-19 ini terbukti telah menimbulkan tekanan yang berat bagi sektor-sektor yang terkait dengan kepariwisataan.

Seperti tercermin dari kondisi turunnya okupansi hotel, aktivitas biro perjalanan dan penggunaan jasa transportasi, serta penurunan aktivitas mata rantai sektor kepariwisataan lainnya.

Dalam kerangka kebijakan mengurangi risiko penyebaran virus Covid-19, pemerintah dengan terpaksa melakukan penutupan sementara dan pengurangan aktivitas di berbagai usaha sektor kepariwisataan.

Akibat lanjutannya jelas terjadi banyak unit usaha yang kesulitan likuiditas sehingga berakibat gagal bayar kredit dan bahkan ada yang menutup usahanya.

Kabar sementara, lebih dari 2000 hotel dan 500 restoran berhenti beroperasi dan diperkirakan lebih dari 2,1 Juta unit UMKM juga ikut terdampak.

Selama Tahun 2020, jumlah kunjungan wisman ke Indonesia hanya mampu mencapai 4,02 juta kunjungan atau turun sebesar 75,03 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama Tahun 2019 yang mampu mencapai 16,11 juta kunjungan.

Baca Juga: Eks Menteri KKP Edhy Prabowo Akui Siap Dihukum Mati, Begini Reaksi KPK

Jumlah perjalanan wisnus juga diprediksi akan kembali menurun akibat adanya pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).

Penurunan jumlah kunjungan ini secara otomatis berdampak pada penyerapan tenaga kerja sektor pariwisata, yang pada gilirannya menurunkan permintaan atas jasa akomodasi (hotel) sehingga selanjutnya berdampak terhadap penggunaan tenaga kerja dan sumber daya lainnya.

Fenomena yang menerjang industri pariwisata ini mendorong UN-WTO (World Tourism Organization) untuk memprioritaskan pemulihan pariwisata 2021 yang tujuannya jika pandemi berakhir maka pembukaan kembali sektor kepariwisataan dapat berlangsung efisien dan efektif.

Termasuk pembagian peran tanggungjawab untuk mengharmonisasikan dan mengoordinasikan protokol dan prosedur mitigasi risiko pengendalian kesehatan di sektor pariwisata hingga penguatan nilai tambah pekerjaan melalui teknologi baru dan inovasi berkelanjutan di fase new normal.

Baca Juga: Menikah! Berikut Profil Aktris Cantik Marcella Daryanani

Bagaimana kondisi pariwisata di Jawa Barat (Jabar) dan bagaimana proses pemulihannya?

Perlu dicatat bahwa daerah asal dan tujuan utama wisatawan nusantara masih didominasi oleh provinsi yang berada di Pulau Jawa, yaitu Jawa Timur dan Jawa Barat.

Tentunya potensi ini dapat dijadikan motivasi untuk kembali menumbuhkan sektor kepariwisataan di Jabar. Masa pandemi saat ini hendaknya dijadikan basis rekonsolidasi internal pengembangkan destinasi wisata agar bisa bergeliat kembali dalam kerangka peningkatan kualitas lingkungan dan kehidupan serta kesejahteraan masyarakat pariwisata di Jabar.

Sebagai produk kolektif maka pengembangan sektor pariwisata membutuhkan totalitas inovasi dari semua pemangku kepentingan dalam peningkatan keterampilan berwirausaha.

Pendekatan kolaborasi prioritas kepariwisataan yang masih mungkin untuk dilakukan misalnya pengkondisian agar UKM pariwisata yang masih tertinggal dapat didorong untuk mampu berkembang, dengan difasilitasi oleh pemerintah daerah (Pemda).

Baca Juga: Jokowi Masih Masuk Survei Capres, Jimly Asshiddiqie: Sudah Hari Gini ...

Pengkondisian ini dapat disandingkan dengan platform program Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 2021 yang berencana mengembangkan pariwisata dan ekonomi kreatif dengan menerapkan prinsip penguatan inovasi, adaptasi dan kolaborasi.

Beberapa langkah prioritas dapat dilakukan: Pertama, inovasi kepariwisataan pengembangan objek dan daya tarik wisata berbasis kekuatan sumber daya dan kekuatan pasar.

Namun tetap memperhatikan aturan dan arahan pengembangan tata ruang kota dan mendukung green traveling sebagai bagian dari penyehatan lingkungan.

Kedua, peningkatan kualitas wisata mix attraction yang berkarakter mix-culture terutama yang berkaitan dengan produk art performance dengan identitas lokal yang kuat dengan pelayanan inovatif yang berstandar health tourism serta memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan.

Ketiga, mengoptimalkan fitur-fitur unik daerah secara arif sebagai diversifikasi aktivitas wisata kota dengan pendekatan digital marketing/promoting.

Baca Juga: Siapkan 1.500 Makanan Siap Saji, ILUNI UI Bantu Korban Banjir di Jabodetabek

Adaptasi kepariwisataan Jabar dapat dilakukan dengan merancang kebijakan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) pariwisata yang berkualitas sehingga mampu bersaing dalam tataran lokal, regional dan internasional dengan tidak meninggalkan identitas lokalnya sebagai faktor pembeda yang unik.

Beberapa rancangan kebijakan pengembangan SDM pariwisata adalah: Pertama, membangun sistem dan melaksanakan pembinaan aparatur pemerintah dalam bidang kepariwisataan dengan memanfaatkan seluruh potensi sumber daya yang tersedia.

Kedua, melaksanakan pemberdayaan masyarakat di bidang kepariwisataan atau bidang terkait lainnya, dan Ketiga, membangun organisasi pembelajaran di seluruh instansi pemerintah, organisasi usaha pariwisata, dan lembaga kemasyarakatan di bidang pariwisata.

Kolaborasi, aliansi dan partnership adalah kata mutlak kekinian yang perlu terus dilakukan atau ditingkatkan.

Baca Juga: Rocky Gerung Sebut 'Otak Presiden Harus Direvisi', Refly Harun: Semua Anggota DPR Seharusya Diangap Oposisi

Tidak boleh lagi masing-masing kota/kabupaten di Jabar berjalan sendiri-sendiri, berjalan seadanya, sekedarnya, dan tanpa konsep yang sesungguhnya dapat lebih baik dari sekarang sehingga akan terlihat langkah sinergi kepariwisataan yang ditampakkan.

Persepsi dan orientasi kepala daerah harus seluruhnya memahami konsepsi dan arti penting kepariwisataan dalam mendorong multisector di wilayahnya dengan lebih cepat, lebih mudah dan lebih murah.

Fenomena pandemi covid19 ini hendaknya dapat memberikan inspirasi dan merubah "mindset" semua stakeholder kepariwisataan Jabar untuk menjadikan kembali (re-inventing) kepariwisataan pasca pandemi sebagai bagian penting dalam pembangunan daerah secara keseluruhan, sehingga sektor ini dapat dijadikan sektor andalan pembangunan ekonomi.

Penulis:
Yudhi Koesworodjati
Dosen Tetap Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNPAS
Pemerhati pariwisata

Seluruh materi dalam naskah ini merupakan tanggung jawab pengirim. Gugatan, somasi, atau keberatan ditujukan kepada pengirim.

 

Editor: Lucky M. Lukman

Tags

Terkini

Terpopuler