Network
GALAMEDIA - Seni adalah keahlian membuat karya yang bermutu, seperti tari, lukisan, ukiran. Pun dalam kegiatan belajar mengajar. Seni meliputi banyak kegiatan manusia dalam menciptakan karya visual, audio, atau pertunjukan yang mengungkapkan imajinasi, rasa, atau gagasan dari pembuatnya, untuk dihargai keindahannya estetikanya, atau kekuatan emosinya
Pelibatan emosi dalam mengajar, utamanya secara virtual maupun audio visual, butuh kekuatan seni yang mumpuni. Tanpa kekuatan sentuhan seni dalam mengajar, rasa itu tidak akan sampai. Bagaimana membuat siswa tergerak menikmati tuturan sang guru dalam menyampaikan pembelajaran, dapat menembus rasa, hingga mampu menyelesaikan tugas-tugas yang dibebankan, dan goalnya mengimplementasikan dalam diri siswa, menjemput masa depan.
Baca Juga: Jadi Relawan Uji Klinis Vaksin Covid-19, Anggota DPRD Kota Bandung Ini Mengaku Tidak Menyesal
Hidup itu belajar, maka guru jangan pernah puas dalam merancang pembelajaran, mencetuskan gagasan, menerapkan metode yang tepat, pelibatan emosi, hingga siswa dapat memahami dan menikmati pembelajaran dalam ruang estetika yang dikelola guru.
Banyak hal, sarat dengan nilai seni. Seni bagaikan mengajar, mengajar adalah seni. Apa? Bagaimana memaknai hal tersebut?
Pada tulisan saya sebelumnya, dengan kondisi pandemi, guru mau tidak mau terjun menghadapi era industri 4.0.
Tiga unsur dalam pendidikan adalah guru, orang tua, dan siswa, adanya keterkaitan yang dilandasi seni dalam hubungan timbal balik ini. Seni berbicara menghadapi orang tua siswa dalam mempertanggungjawabkan berbagai kegiatan di sekolah, akan kering tanpa seni dalam berkomunikasi.
Kesalahpahaman kemungkinan terjadi.
Baca Juga: Benarkah Makan di Luar Rumah Lebih Berisiko daripada Naik Angkutan Umum? Ini Jawabannya
Saat pembelajaran virtual, bagaimana menyampaikan kekurangan siswa, penting dengan seni berkomunikasi.
Keterbatasan guru dalam mengajar secara virtual, memberikan lompatan-lompatan bermakna dengan kekuatan emosi menghasilkan karya yang dengan seolah tiba-tba saja guru berubah menjadi youtuber mengisi ruang-ruang kosong di media dengan pembelajaran penuh makna. Semua pengelolaan membutuhkan sentuhan seni.
Latar tempat, properti, isi, shooting video pembelajaran, vocal, ekspresi, dan banyak hal, semua dikelola dengan mengalirnya seni memenuhi ruang estetika.
Baca Juga: Benarkah Makan di Luar Rumah Lebih Berisiko daripada Naik Angkutan Umum? Ini Jawabannya
Penyampaian isi, hingga memaknai isi, tak lepas dari tumpah ruahnya seni yang menggelora dalam raga, agar siswa tak hanya diam, namun terlibat penuh gairah dan interaktif.
Seni mengajar, kekuatan emosi menembus rasa, tak semata keluar begitu saja, tanpa disertai pengalaman, kontribusi, kemampuan akademik, dan hakekat tujuan dalam memaknai arti sebuah pendidikan.
Baca Juga: Ini 6 Trik Investasi Agar Dapatkan Rumah Impian Yuk Prioritaskan
Jika berawal dari bahagia, maka akan menghasilkan kebahagiaan. Menikmati proses yang indah, timbul dari hati yang paling dalam untuk mencipta generasi unggul, maka rasakanlah dasyatnya gagasan, praktek mengajar, memunculkan kekuatan emosi yang tak lepas dari seni dalam mengajar.
Nenden Simbar Rahayu, S.Sos
