Wah Keren! Mahasiswa ITB Berhasil Ciptakan Alat Pendeteksi Stres, Berikut Mekanisme Kerjanya

1 Maret 2021, 20:39 WIB
ILUSTRASI stres. /*/PIXABAY

GALAMEDIA – Pembuatan alat pendeteksi stres ini dilatarbelakangi oleh mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) yang kerap dibuat stres dengan banyaknya tugas yang diberikan dosen.

Uniknya, alat ini diciptakan melalui tangan dingin mahasiswa-mahasiswa ITB, yaitu Maha Yudha Samawi, Alifia Zahratul Ilmi, dan Gardin M. Andika Saputra.

Mereka membuat sebuah alat pendeteksi stres yang bekerja melalui pemeriksaan urine.

Baca Juga: Sanksi Tegas Menanti Anggota Polisi yang Terciduk ke Tempat Hiburan Malam dan Mabuk-mabukan

Inovasi tersebut pertama kali diperkenalkan mereka ke publik melalui kompetisi Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM) Karsa Cipta.

Dalam kompetisi tersebut, mereka berhasil meraih medali emas untuk kategori Presentasi dan medali perunggu untuk kategori Poster.

Inovasi tersebut bekerja dengan mendeteksi biomarker atau zat penanda spesifik pada urine yang berpotensi besar dapat mengindikasikan adanya stres di antaranya sorbitol, asam urat, dan asam azelat.

"Alat ini menjadi pendeteksi depresi klinis noninvasif pertama di Indonesia. Umumnya deteksi depresi masih menggunakan kuesioner yang rawan risiko subjektifitas pasien akibat harapan akan kondisi yang dialaminya," ujar Yudha yang dikutip Galamedia dari laman itb.ac.id, 1 Maret 2021.

Baca Juga: Petani di Puspahiang Tasikmalaya Rakit Mesin Pengolahan Limbah Sampah Jadi BBM

Penggunaan biomarker tersebut didasari dengan keberadaan zat sorbitol, asam urat, dan asam azelat di dalam tubuh pada saat seseorang mengalami stres.

Kemudian biomarker ini dideteksi dan diukur dengan metode elektrokimia hingga menunjukkan tingkat stres seseorang.

"Biomarker yang kami gunakan adalah asam azelat, asam urat dan sorbitol yang terdapat di urine,” lanjut Yudha.

Selain itu, Yudha juga mengungkapkan jika inovasi tersebut memiliki mekanisme kerja yang sama dengan test pack kehamilan.

Baca Juga: Cegah Klaster Baru Covid-19, Sat Binmas Polresta Bandung Bagi-bagi Masker ke Driver Ojek

Selain menunjukkan tingkat stres seseorang, ternyata alat ini juga dapat memberikan tips kegiatan bagi pasien dengan tingkat stres rendah.

Sedangkan untuk pasien dengan tingkat stres sedang dan berat, ternyata inovasi tersebut sudah dilengkapi dengan fasilitas contact center yang dapat mempermudah pasien untuk menghubungi psikiater.

"Kami berharap, alat ini dapat mengurangi fatalitas depresi yang secara signifikan menurunkan produktivitas masyarakat. Sehingga di masa mendatang angka kasus depresi dapat menurun dan produktivitas masyarakat dapat meningkat," pungkas Yudha.***

Editor: Lucky M. Lukman

Tags

Terkini

Terpopuler