Atasi Kecemasan Sosial pada Anak Diperlukan Strategi yang Baik

22 April 2024, 11:40 WIB
Ilustrasi/Kecemasan sosial pada anak/ANTARA/Pixabay/ /

GALAMEDIANEWS – Gangguan kecemasan sosial (GKS) dikenal juga sebagai fobia sosial. Merupakan kondisi mental di mana seseorang mengalami kecemasan yang berlebihan dan takut terhadap situasi sosial atau kinerja di depan orang lain.

Dikutip dari Hindustan Times melalui Antara, Senin, 22 April 2024, berbagai hal dapat menjadi penyebab kecemasan sosial pada anak-anak.

Baca Juga: Manchester United Disinyalir Lakukan Pembicaraan dengan Thomas Tuchel untuk Gantikan Posisi Erik ten Hag

Baca Juga: Prediksi Susunan Pemain Sevilla vs Mallorca dan Catatan Head to Head Kedua Tim

Kecemasan sosial pada anak menyebabkan anak merasa takut dan menghindari situasi sosial yang memengaruhi kehidupan sehari-hari sehingga lebih sulit untuk mendapat teman hingga berprestasi di sekolah.

“Kecemasan sosial dapat berdampak signifikan pada anak-anak dalam berbagai cara. Anak-anak yang cemas secara sosial mungkin kesulitan untuk berpartisipasi dalam diskusi kelas, dan merasa sulit untuk berteman atau menjaga persahabatan karena takut akan penilaian sosial atau penolakan. Akibatnya, mereka mungkin mengalami perasaan kesepian dan isolasi,” kata Aktivis Anak dan Konsultan Kesetaraan Gender di The Design Village, Mamta Sahai dalam wawancara dengan HT Lifestyle.

Baca Juga: Persiapan PPDB 2024, Ini 8 SMA Terbaik di Kota Surakarta yang Menjadi Sekolah Top Nasional di Jawa Tengah

Baca Juga: Liverpool Raih Kemenangan atas Fulham, Jurgen Klopp Kirim Peringatan untuk Arsenal dan Man City

Mamta juga mengungkapkan bahwa secara fisik, kecemasan sosial dapat muncul pada anak-anak melalui gejala seperti sakit perut, sakit kepala, keringat, gemetar, atau kemerahan saat dalam situasi sosial.

Menurut Mamta, menghindar dari situasi sosial, umum terjadi pada anak-anak dengan kecemasan sosial, yang mengakibatkan kesempatan bersosialisasi, belajar, dan tumbuh secara pribadi terlewatkan.

Penting bagi orang tua, guru, dan orang lain yang peduli terhadap anak-anak untuk memahami apa yang penyebab kecemasan.

Rendahnya harga diri bisa timbul dari ketakutan konstan akan penilaian negatif, sehingga secara perlahan merusak kepercayaan diri dan harga diri seorang anak dari waktu ke waktu.

Baca Juga: Masih Memperingati Hari Kartini, Yuk Kenali Lebih Jauh dengan Sosok Ibu Kartini!

Baca Juga: Nadiem Makarim Menjadi Menteri Pendidikan Paling Berani, Berikut Alasannya!

Identifikasi dini dan intervensi yang tepat, seperti terapi kognitif-perilaku atau pelatihan keterampilan sosial dapat membantu anak-anak mengelola kecemasan sosial dan meningkatkan kualitas hidupnya.

Mengatasi kecemasan sosial adalah proses bertahap yang sering melibatkan kombinasi strategi bantuan diri, terapi profesional, dan dukungan dari teman dan keluarga.

Salah satu strategi yang membantu adalah berlatih teknik relaksasi, yang dapat mencakup belajar untuk menantang dan mengubah kembali pikiran negatif atau keyakinan tentang diri sendiri dan interaksi sosial.

Menurut dia, terapi kognitif-perilaku (CBT) bisa sangat membantu dalam mengatasi kecemasan sosial.

“Salah satu pendekatan yang efektif adalah secara bertahap mengekspos diri pada situasi sosial penyebab ketakutan, mulai dari yang kurang menakutkan dan secara bertahap meningkatkan levelnya. Selain itu, penting untuk menetapkan tujuan yang realistis dan dapat dicapai untuk diri sendiri dalam situasi sosial. Rayakan kesuksesan Anda, tidak peduli sekecil apapun itu terlihat,” ujarnya.

Baca Juga: Persiapan PPDB 2024, Ini 5 SMA Terbaik di Kab. Bojonegoro yang Menjadi Sekolah Top Nasional Incaran Para Siswa

Mamta mengingatkan bahwa mengatasi kecemasan sosial adalah perjalanan, dan kemajuan secara bertahap, sehingga diperlukan kesabaran dengan diri sendiri dan rayakan kesuksesan dalam perjalanan tersebut.

Kecemasan sosial ini bisa terjadi kepada siapa saja. Hal yang paling utama dan yang pertama kali untuk melindungi adalah adanya perhatian dari keluarga.

Keluarga memiliki peranan penting dalam memahami setiap anggota keluarga yang ada.***

Editor: Lucky M. Lukman

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler