Taubat Atas Perbuatan Dosa, Allah Membuka Pintu Maaf bagi Hamba-Nya

- 8 Februari 2021, 06:23 WIB
Berdoa
Berdoa /DepositPhotos



GALAMEDIA – Tidak ada satu pun di dunia ini manusia yang terhindari dari dosa.

Semua pasti pernah melakukan kesalahan yang mengakibatkan pelakunya mendapat dosa, baik itu kecil atau besar.

Perbuatan yang mengakibatkan diberinya dosa bisa terjadi hanya karena hal kecil, hingga kepada perkara besar.

Terkadang banyak kaum muslim yang tidak menyadari bahwa melakukan perbuatan yang dianggap biasa saja, justru itu merupakan dosa kecil atau bahkan ternyaat dosa besar.

Baca Juga: Kebakaran Hotel Ishraq di Madinah Arab Saudi Tewaskan 15 Jemaah Umrah pada 8 Februari 2014

Allah adalah zat yang Maha Pemaaf dan Maha Penyayang. Dia memberikan kesempatan kepada manusia untuk melakukan perbaikan diri dengan cara bertaubat kepada-Nya dengan sungguh-sungguh.

Taubat ini dilakukan atas dosa-dosa yang sudah dilakukan. Baik itu dosa kepada Allah subhanahu wa ta’ala, maupun dosa terhadap sesame manusia lainnya.

Upaya melakukan taubat harus dipenuhi dengan kesungguhan. Inilah yang disebut taubat yang murni/tulus (tawbat[an] nashuha).

Taubat ini mensyaratkan beberapa hal, di antaranya:

Pertama, menyesali atas perbuatan yang dilakukan sedalam-dalamnya dibarengi dengan bukti, tidak sekedar kata-kata.

Baca Juga: BNKG : Bandung Pagi Hari Diguyur Hujan Sedang, Siang Diprakirakan Berawan

Imam Ibnu al-Jauzi rahimahulLah di dalam At-Tabshirah (1/2971) mennyebutkan bahwa taubat sungguh-sungguh membutuhkan bukti penyesalan.

“Wahai orang yang menyesali dosa-dosa: Manakah bukti penyesalanmu? Manakah tangisanmu atas ketergelinciran kakimu? Manakah rasa khawatirmu atas sakitnya hukuman-Nya? Manakah rasa cemasmu karena takut atas teguran (azab)-Nya?”

Ketika seseorang punya kesungguhan untuk bertaubat atas dosanya, maka dia tidak akan menganggap remeh terhadap yang telah dilakukannya. Bilal bin Sa’ad berkata:

“Janganah kamu memandang pada kecilnya dosa. Namun, perhatikanlah kepada siapa kamu berbuat dosa.” (Ahmad bin Hanbal, Az-Zuhd, hal. 311)

Baca Juga: Jakarta Mulai Banjir, Puluhan Rumah di Dua Kelurahan Sempat Terendam Air Setinggi Lebih dari 1 Meter

Seorang muslim yang sedang bertaubat atau yang memang selalu melaksanakan ketaatan kepada Allah, tidak boleh menghitung amal-amalan kebaikannya.
Fokuslah menghitung amal buruknya agar selalu sadar dan bertaubat karena merasa banyak dosa.

“Mengingat-ingat amal-amal kebaikanmu sembari melupakan amal-amal keburukanmu adalah sebuah kelengahan/kelalaian.” (Ahmad bin Hanbal, Az-Zuhd, hal. 312)

Kedua, diharuskan untuk sering mengucapkan kalimat istighfar (ampunan) kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

Rasulullah telah terbiasa melakukan permohonan ampun kepada Allah tidak kurang dari 100 kali, meski Rasulullah dijamin terhindari dari dosa dan api neraka. Apalagi kaum muslim yang penuh dosa, tentunya wajib beristighfar.

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam mengajari tentang doa yang harus dipanjatkan saat melakukan pertaubatan.

Baca Juga: Tinggi Muka air di Pos Pantau Sunter Hulu Siaga I, Katulampa Masih SIaga III

“Allahumma inni dlolamtu nafsi dlulman katsiran, wa laa yaghfiru ludzunuba illa anta, faghfirli maghfiratan min ‘indika, warhamni innaka antal-ghafuru-rohiim.”

Artinya: “Ya Allah, sungguh aku tela mendzalimi diriku sendiri dengan kedzaliman yang banyak, sementara tidak ada yang bisa mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau. Karena itu ampunilah aku dengan ampunan dari-Mu dan sayangilah aku. Sungguh Engkau Maha Pengampung dan Maha Penyayang.” (HR. Mutaffaq ‘alaih)

Ketiga, memiliki tekad yang kuat untuk tidak mengulagi dosa yang sama di waktu mendatang.

“Setiap orang dari umatku akan masuk surge, kecuali yang enggan.’ Para sahabat bertanya,’Wahai Rasulullah, siapa yang enggan?’ Beliau bersabda,’Siapa saja yang menaatiku pasti masuk surga. Siapa saja yang bermaksiat kepadaku, berarti dia enggan masuk surga.” (HR. Bukhari).

Baca Juga: 6 Ide Sarapan Sehat Rendah Kolesterol, Salah Satunya Berbahan Dasar Telur

Keempat, bersungguh-sungguh untuk menyegerakan dan tidak menunda-nunda amal kebaikan. Khalid bin Ma’dan rahimahulLah berkata:

“Saat pintu kebaikan telah dibuka di hadapan salah seorang di antara kalian, segera masuki, karena dia tidak tahu kapan pintu kebaikan tersebut menutup kembali.” (Ahmad bin Hanbal, Az-Zuhd. Hal. 311)

Maka manfaatkan sisa umur yang masih Allah beri untuk digunakan dalam melakukan pertaubatan, karena tidak ada yang tahu kapan ajal setiap orang datang.***

Editor: Brilliant Awal


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x