Menurut Rudy, isian dari daftar checklist tersebut adalah prosedur-prosedur protokol kesehatan yang harus ada dan diterapkan di tempat wisata tersebut. Misalnya, memiliki alat pengukur suhu tubuh (Thermo Gun), Menjaga Jarak, dan lain sebagainya. Selain itu, lanjut Rudy, di lokasi tempat wisata juga harus sudah mempunyai Kawasan Patuh Prokes (KPP) guna memantau penerapan prokes dilokasi tersebut.
"Kami semua (tempat wisata) silahkan dibuka. Tapi nanti untuk yang mendapatkan kerumunan misalnya Papandayan jadi ada KPPnya dulu, kawasan patuh prokesnya harus dibuat dulu. Nah itu harus ada di check list punya thermo gun engga, punya apa, punya apa, punya apa. Termasuk di dalamnya adalah hal yang berhubungan dengan penanggung jawabnya siapa," ucapnya.
Sementara itu, berkaitan dengan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) yang sudah berjalan kurang lebih 10 hari di Kabupaten Garut, Rudy menilai kondisinya bagus dan ia juga berterima kasih kepada orang tua yang turut mendukung terlaksananya PTM para siswa di sekolah.
Meskipun begitu, Rudy mengungkapkan kekhawatiran terkait dengan paparan Covid-19 ini, bukan dari sekolah ke rumah, melainkan dari rumah ke sekolah. Sehingga ia meminta di rumah tetap harus steril.
"Saya berterimakasih kepada orang tua yang mana mereka sudah mendapatkan kepastian anaknya bisa sekolah dan mendukung. Jadi jangan sampai Covid di rumah dibawa ke sekolah. Jadi yang dikhawatirkan bukan dari sekolah ke rumah tapi dari rumah ke sekolah, kan siswa di sekolah cuman 3-4 jam selebihnya kan dirumah, nah dirumah itu harus ditetapkan steril," katanya.***